Oleh: Priyok 
Jarang ada tulisan yang membahas bajaj secara ekonomik dan akademik. 
 Ketika saya coba cari di google pun, pembahasan bajaj sudah kalah seru 
 dibandingkan cucu-cucunya, Bajaj Pulsar dll. Tak pernah kendaraan lucu 
 beroda tiga ini masuk dalam diskusi ilmiah. Ya, bajaj memang sudah  
terpinggirkan. Kalau di jalanan pun mereka biasanya nyelip di pinggir.  
Jadi pantas kan disebut kendaraan pinggiran. Bajaj terkenal sebagai  
saingan Tuhan. Karena hanya sopir dan Tuhan saja yang tahu kapan dia  
akan belok dan melakukan manuver.
Di Jakarta ini tercatat  sekitar 15.000 ekor bajaj yang berkelana di 
hutan Jakarta. Bajaj dikenal  sebagai kendaraan dengan output yang 
komplit. Knalpot yang mengeluarkan  asap hitam, bunyi yang memekakan 
telinga, badan yang gemetaran, bensin  yang boros, juga supirnya yang 
sering kencing sembarangan di pinggir  jalan. Masalah ini yang membuat 
ahli pikir di Jakarta mewacanakan untuk  membuang bajaj dari bumi Betawi
 yang kita cintai ini. Tapi sebenarnya  apakah betul bajaj harus 
benar-benar dirumponkan atau kah kita harus  memberikan stimulus agar 
denyut nadi bajaj kembali mengalir  (baca:revitalisasi).
Bicara sistem transportasi, kita bisa  membaginya kedalam beberapa 
bagian berdasarkan jalur yang dilewati.  Masing-masing sistem memiliki 
pasarnya sendiri-sendiri sehingga sesuai  namanya, sistem, pola 
tranportasi yang akan saya sebutkan kemudian ini  :
1. Sistem Transportasi Jalan Utama 
Transportasi  ini melewati jalur utama kota. Jalur ini biasanya 
dilayani oleh  angkutan bermuatan besar seperti bus, kereta, dsb. 
Ciri-cirinya adalah  melewati tengah kota (yaiyalah, orang jalur utama),
 ngangkut banyak  orang, dan juga ongkosnya relatif murah. Contohnya di 
Jakarta tentu saja  KRL, bis yang melewati Gatsu, Thamrin, By Pass, 
Senen, Lebak Bulus,  dll.
2. Sistem Transportasi Jalan Non-Utama
2. Sistem Transportasi Jalan Non-Utama
Transportasi  ini merambah daerah-daerah sudut kota. Jalurnya lebih 
variatif, ribet,  dan belok-belok. Moda angkutannya pun juga lebih 
kecil, bis ¾ (mang  celana), ataupun minibus. Contoh konkretnya adalah 
mikrolet.
3. Sistem Transportasi to the point
3. Sistem Transportasi to the point
Sistem  ini adalah transportasi yang directly langsung ke tujuan 
kita. Mau dari  pasar, kantor, ataupun dari kuburan bisa dianter 
kemanapun kita mau.  Karena pelayanannya yang premium, transportasi ini 
relatif lebih mahal  dari angkutan masal lainnya. Betapapun moda 
transportasi ini tp  diperlukan. Nah, bajaj termasuk dalam kategori 
ini. 
Bagi  anda yang punya uang, mungkin naek bajaj agak-agak sedikit 
geli.  Disamping memang tongkrongannya yang menggelikan, bajaj juga 
dipandang  tidak elit dibanding taksi. Bajaj memang milik orang menengah
 ke bawah.  Mencarinya harus di pasar atau daerah yang ramai orang kere.
 Hal ini  yang menyebabkan bajaj memegang peranan luar biasa dalam 
ekonomi kelas  bawah. Rakyat butuh kendaraan model begini untuk 
menunjang hidup mereka.  Lantas haruskah kita membuang bajaj kalau 
begini?
Kalau saya jadi gubernur DKI jakarta, saya akan membuang seluruh bajaj yang ada di jakarta. (wah gubernur tidak pro rakyat!!!)
Tenang dulu...karena saya akan menggantinya dengan bajaj gas. Kenapa bajaj gas menjadi alternatif solusi dari saya?
Saya  pernah naik motor di daerah senen dan sebagai pengendara motor 
yang  baik dan benar maka saya pun mengeluarkan keahlian saya untuk  
selip-menyelip. Akhirnya saya pun berada di antara kendaraan pinter  
Phanter generasi terbaru dan kendaraan kecil berwarna biru yang ternyata
  bajaj gas. Dan ternyata, suara bising yang menjadi cap bajaj 
dikalahkan  oleh suara panther. What?ya betul, kendaraan yang nyaris tak
 terdengar  itu masih kalah halus suara mesinnya daripada Bajaj gas. 
Begitu pula  getarannya. Ah, dua masalah selesai. Tak ada lagi suara 
bising. Selain  itu bahan bakar gas juga membuat kendaraan tersebut 
rendah kadar  polusinya. Benar-benar luar biasa kendaraan ini. 
Kakak-beradik yang  benar-benar berbeda.
Oleh sebab itulah kendaraan ini bisa  menjadi solusi transportasi 
murah yang sehat. Murah dan sehat bukan  hanya untuk konsumen tapi juga 
untuk pemerintah. Kok bisa?ya bisa,  karena kita bisa menghemat anggaran
 subsidi BBM. Hitung saja 15000 unit  bajaj yang menghabiskan kira2 5 
liter bensin sehari. Selama setahun  bajaj akan mengkonsumsi 27.375.000 
liter bensin. Nah, apabila kita  sepakat mengganti bajaj yang ada 
sekarang dengan bajaj gas, maka kita  akan menghemat anggaran sebesar 
931 Milyar rupiah setahun!!!(asumsi  subsidi BBM Rp 4000 – selisih dr 
harga bbm non subsidi).
Jumlah  yang kecil memang dibanding APBN kita yang berbobot 1.200 
Trilyun.  Namun penghematan tersebut dapat kita gunakan sebagai modal 
untuk  revitalisasi bajaj tanpa harus membuat sang pemilik bajaj 
menanggung  beban lagi. Harga bajaj gas berkisar 60juta, artinya dengan 
penghematan  setahun kita bisa membeli 15516 ekor, eh unit bajaj untuk 
dibagikan  gratis ke rakyat (walau saya tak akan melakukan itu, saya 
lebih suka  memberi kredit lunak pada mereka). lebih banyak dari jumlah 
bajaj yang  ada sekarang dan bisa melakukan lebih banyak hal lagi dengan
 penghematan  di tahun2 berikutnya. Memang ada efek lain yang perlu kita
 pikirkan  juga. Tapi sepertinya ini kabar baik untuk semuanya.
Lantas  apa lagi yang dinanti pemegang kebijakan di daerah. Apakah 
hendak  membunuh bajaj pelan-pelan sehingga para pedagang pasar, 
pendatang yang  baru datang dari desa, dan masyarakat kecil lainnya 
kebingungan mencari  angkutan yang murah dan langsung ke tempat tujuan. 
Ataukah masalah bajaj  adalah masalah yang terlalu kecil dibandingkan 
bendungan di teluk  jakarta, patung MH Thamrin, atau pembangunan mall.
Atau menunggu saya jadi Gubernur DKI Jakarta?
 *ngarep jadi Gubernur DKI 2032

mantabs...
BalasHapusselamat mudah2n jadi gub DKI beneran besok