Senin, 10 Desember 2012

Mountainomics

Source Pict.: yogainmyschool.com
Oleh: Ahmad Munadi

Teori pertama dalam belajar ekonomi adalah The Law of Scarcity (Kelangkaan). Teori yang mengatakan bahwa sumberdaya itu terbatas dan kebutuhan tidak terbatas. Alhasil ada harga lebih atas kelangkaan tersebut. Sesama pendaki gunung akan rela berbagi segalanya. Jelas-jelas logistik semacam makanan maupun minuman disana sangat langka. Kenapa mereka mau membaginya, gratis lagi! Teori ekonomi macam apa yang bisa menjelaskan ini?


Manusia adalah Homo Economicus

Manusia adalah seorang homo economicus atau bahasa gampangnya manusia adalah makhluk ekonomi. Manusia makhluk ekonomi karena dalam berbuat mereka umumnya didorong oleh sebuah kepentingan ekonomi. Sebagai homo economicus manusia selalu bertindak rasional, rasional disini diartikan bahwa mereka akan mengejar keuntungan baik itu moneter maupun non-moneter dalam setiap tindakannya. Kira-kira itulah hasil terjemahan dari investopedia.

Kenapa manusia bisa disebut sebagai homo economicus? Hipotesis saya menyebutkan manusia menjadi seorang homo economicus sejak manusia mulai belajar mengenai keinginan dan kebutuhan (needs and wants). Ketika manusia belajar bahwa di dunia ini mereka tidak bisa berdiri sepanjang hari dibawah terik matahari karena akan mati, maka mereka bergerak. Bergerak mencari makan, pakaian, rumah dan lain sebagainya. Mereka mengenal makhluk lain dan juga sesama spesiesnya. Mereka mengerti bahwa mereka butuh (needs) makan dan minum serta pakaian, dan mereka juga memiliki keinginan (wants) memiliki makanan yang enak pakaian yang banyak dan rumah yang besar.

Homo sapiens diduga adalah spesies manusia modern pertama. Mereka jadi manusia modern alasannya karena besarnya otak mereka seperti manusia modern sebesar 1300-1400 cm kubik. Alasan lainnya adalah karena mereka berbeda dari spesies sebelumnya, mereka mulai mengenal bercocok tanam dan mengurangi berburu dan menggunakan alat-alat yang terbuat dari selain batu. Maka kita bisa juga mengambil sebuah hipotesis bahwa semakin modern manusia maka dia akan semakin sadar bahwa dirinya adalah seorang homo economicus. Hal ini melihat perkembangan homo sapiens dibandingkan spesies-spesies sebelumnya.

Kenapa saya berhipotesis makin modern manusia makin homo economicus? Ya jelas karena perkembangan manusia didasarkan pada kepentingan ekonomi. Manusia menggunakan logam dibandingkan batu karena logam lebih mudah memotong-motong daging sehingga daging yang dapat digunakan menjadi lebih cepat dan banyak. Manusia bercocok tanam agar tidak tergantung pada alam dan dapat mengatur sendiri pangan mereka. Mereka memilih berkelompok agar lebih kuat dan dengan berkelompok mereka mulai bertransaksi ekonomi.


Berinteraksi dengan Alam

Ketika Adam pertama diciptakan, ia tidaklah berada di bumi, ia di surga. Ia kemudian ditemani oleh Hawa. Kemudian disebabkan karena mereka memakan buah apel terlarang akhirnya mereka diturunkan ke bumi. Jangan tanyakan saya apakah itu apel malang ? apel fuji? Atau apel washington? Karena saya juga tidak bisa menjawab kenapa buah terlarang itu harus apel tidak jeruk atau buah yang lain…

Kembali ke topik Adam, jadi Adam turun ke bumi. Apa yang pertama dilakukan Adam ke bumi, dia berinteraksi dengan alam. Di surga ia mendapatkan segalanya tanpa susah payah, tapi di bumi? Ia harus berusaha. Berusaha memenuhi kebutuhan manusianya berupa makan, minum, tidur dan lain sebagainya. Semua itu didapatnya dari alam, menurut saya inilah pertama kali manusia berinteraksi dengan alam.

Ketika manusia di dunia hanya Adam dan Hawa, kita rasanya tidak bisa menyebut bahwa mereka seorang homo economicus. Karena ketika mereka hanya berdua saja di bumi yang luas ini, rasanya alam menjadi milik mereka berdua. Mereka berdua tidak perlu bertransaksi sesama mereka untuk mendapat keuntungan karena mereka bertransaksi dengan alam. Mereka tak perlu membagi bumi menjadi dua daerah kekuasaan barat untuk Adam dan timur untuk Hawa, mereka tak perlu. Mereka tau alam yang mereka pijak, bahwa mereka bertransaksi dengan alam. Alam telah menyediakan segala kebutuhan mereka secara gratis. Mereka menerima dari alam, memakan tanaman dan hewan dan mereka menjadikan batu-batuan sebagai rumah perlindungan.

To the point aja, yang ingin saya sampaikan bahwa ketika manusia hanya Adam dan Hawa atau ketika manusia dilahirkan mereka bukanlah seorang homo economicus. Manusia terlahir bukanlah sebagai seorang homo economicus, bukan dengan selalu berfikir untuk mengambil keuntungan dari setiap transaksi atau interaksi. Ia terlahir ke bumi karena kekhilafan moyangnya Adam memakan apel terlarang sehingga diturunkan ke bumi, maka manusia semestinya berinteraksi dengan alam untuk dapat menaikkan derajatnya ke atas bumi, mungkin.  


Mountainomics

Terus apa hubungannya bacaan diatas sama mountainomics? Ngapain juga bicarain homo sapiens sama kisah Adam dan Hawa itu kan berlawanan. Sama istilahnya bicarain teori evolusi yang selalu ditolak sama agamawan. Trus homo economicus apaan? Manusia itu terlahir sebagai homo economicus atau enggak sih? Dasar emang penulisnya muter-muter, pantes aja lulusnya lama :P

Ngapain orang naik gunung? Seorang teman saya di Wonosobo sangat expert dalam menjawabnya. Dia akan menyediakan jawaban banyak, mau jawaban dari sisi mana? Agama? Lingkungan? Ekonomi? Sosial? Budaya? Sejarah? Tinggal pilih aja. Agama, bahwa wahyu pertama turun di gua hira di dataran tinggi, maka orang naik gunung biar dapet wahyu. Lingkungan, orang naik gunung untuk menghirup udara segar, merasakan indahnya alam tempat pijakannya. Budaya, bahwa banyak peninggalan budaya juga ditemukan dan terjaga keasliannya di pegunungan. Sosial, orang naik gunung untuk mempererat perkawanan atau ingin lepas dari hiruk pikuk manusia. Ekonomi? Mau nyari tambang emas, enggak lah saya becanda, ini yang kita coba dalami.

Ketika seorang manusia hendak mendaki gunung, banyak yang dipersiapkannya, makanan minuman pakaian dan cara buat tidur. Semua itu hampir sama dengan Adam ataupun homo sapiens yaitu mencari makan, menyediakan pakaian dan mencari tempat tidur, bedanya hanya zaman dan teknologi. Jika dahulu makan cari buah dan hewan untuk diburu, sekarang makanan dibawa dari daging kalengan dan sayu dari pasar. Jika dulu pakaian dari hewan, kini pakaian bawa saja secukupnya. Jika dulu tempat tidur dari batu dan berada di gua, pendaki gunung tidur di sleeping bag di gua atau dalam tenda. Hampir sama kok sama dahulu-dahulu. Jadi mountainomics itu gabungan pengertian homo economicus dari homo sapiens dan Adam gitu? Oh sebentar tunggu dulu, setelah iklan yang lewat ini.
.
.
.
Saya mencoba berasumsi bahwa ekonomi yang kita anut sekarang sebagian besar adalah ekonomi ala homo sapiens. Ekonomi yang benar-benar meyakini ilmu evolusi. Sistem ekonomi yang kita kenal sekarang berawal dari Bapak Adam Smith dan terus berkembang hingga saat ini. Mengenal law of scarcity, utility, gossen theory, Nash equilibrium, SWAP, option, accounting, competitive advantage, dan lain-lain. Teori ekonomi terus berkembang mengikuti keinginan zaman dan kebutuhan manusia. Dan sekarang ekonomi tersebut mengarah ke green economics, yang menyertakan alam dalam berekonomi. Green economics juga dilandasi global warming dan kesadaran manusia terhadap perbuatannya terhadap alam.

Ada juga ekonomi bukan mainstream yang sedang berkembang yaitu ekonomi ala Adam dan Hawa. Ekonomi yang bersumber dari Tuhan. Bahwa hukum-hukum ekonomi sudah ada sejak dahulu dan telah diberikan Tuhan pada manusia. Manusia hanya perlu mendekatkan diri pada Tuhan, baca firman-Nya maka Anda akan tau teori ekonomi bahwa kita hidup tidak di dunia tapi juga di akhirat. Ini dia ekonomi yang sekarang kita kenal dengan sebutan Ekonomi Syariah atau Ekonomi Islam.

Terus ada dimana mountainomics sendiri. Dia mungkin akan menyerempet pada ekonomi homo sapiens atau ekonomi evolusi. Hal ini karena ekonomi tipe ini sekarang lebih mengarah ke green economics, ekonomi yang mengarah pada perhatian pada alam. Hal ini sejalan dengan jiwa para pendaki gunung, untuk menikmati alam dan juga melestarikannya. Sayangnya mountainomics hanya menyerempet ekonomi sekarang, karena meskipun tujuan dan niatnya sama tapi caranya beda. Bagaimanapun ekonomi homo sapiens tetap kekeuh pada paradigma manusia adalah homo economicus yang suka mencari keuntungan tapi tidak untuk mountainomics. Berbeda dengan sikap para pendaki gunung adalah berbagi segala yang dimilikinya untuk alam sekitarnya yang membutuhkan secara tulus.

Mungkin juga mountainomics mengarah pada ekonomi ketuhanan. Mereka rela berbagi logistik secara gratis untuk sekitarnya yang membutuhkan dengan tulus. Apalagi artinya tulus tersebut kalo bukan telah mencapai tingkat spiritualitas yang amat tinggi. Melakukan sikap berbagi kepada sesama secara tulus padahal logistik disana langka hanya karena Tuhan. Ah tapi kembali lagi, menurut saya mereka berbagi karena ingin ke puncak gunung bersama-sama. Ingin ke puncak bersama-sama, tidak semua pendaki gunung selalu ingat Tuhannya.

Jadi apa itu mountainomics kalo bukan ekonomi homo sapiens juga ekonomi ketuhanan. Kembali pada para pendaki gunung, mereka mendaki gunung supaya naik puncak ya iyalah. Tapi inilah pendaki gunung, orang yang mendaki ke gunung untuk menikmati alam dan melestarikannya. Mereka orang yang mungkin di gunung rela berbagi segalanya pada sesamanya tapi ketika tidak di gunung ia mungkin tidak sebaik ketika di gunung. Jadi perilaku mereka amat dipengaruhi oleh alam. Mountainomics bukan berasal dari pemikiran-pemikiran atas evolusi manusia dan kepentingannya. Bukan juga sepenuhnya dari Tuhan. Mountainomics lebih mengarah pada perilaku ekonomi manusia yang dipengaruhi langsung oleh alam. Alam yang mengajarinya apakah ia harus ber-homo economicus atau tidak.




***

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 Komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...