Terima Kasih atas Dukungannya kepada Ekonom Gila Selama Ini, Tapi..

Para pembaca yang budiman, setelah beberapa tahun Ekonom Gila vakum, akhirnya kami memutuskan untuk.... pindah ke website baru!! yeaaaa...

  • Menyenangkan

    Blog Ekonom Gila adalah sebuah blog yang menyajikan artikel ringan yang menyenangkan. Sesuatu yang makhluk hidup di muka bumi ini butuhkan.

  • Kolaborasi

    Ekonom Gila, karena dituliskan dengan cara yang menyenangkan, memunculkan kolaborasi yang spontan dari para kontributornya, sebuah gerakan menulis yang organik dan terus tumbuh tanpa sekat antar para penulis

  • Mencerahkan

    Tulisan dari Ekonom Gila, ditulis dengan hati dan hasil belajar yang sungguh-sungghu dari para penulisnya, sehingga walau terlihat "nyeleneh", tulisan Ekonom Gila akan sangat inspiratif

  • Dimana Blog Ekonom Gila Sekarang?

    Wajah Baru Ekonomi Gila

    Dengan penampilan dan wajah baru, kami berharap pembaca blog Ekonom Gila dapat lebih merasakan pengalaman yang menyenangkan ketika membaca blog kami dan dengan mudah berbagi kepada semua orang di jejaring sosial

    Tenang, kami masih menyimpan artikel di sini...

    Senin, 08 Agustus 2016

    Mental Block Investasi di Pasar Modal



    Seorang teman penasaran tentang investasi saham yang saya lakukan. Koq kayaknya keren, bisa main saham kaya di pilem-pilem. Padahal harusnya investasi di pasar modal adalah sesuatu yang biasa aja. Mirip dengan investasi di emas, ternak, atau perkebunan. Cuma bedanya investasi di pasar modal adalah paper asset. Aset yang tercatat di kertas.

    Saya jadi sadar jika investor individu di negara ini masih kecil. Per Februari 2016 baru ada 582.052 rekening. Dibandingkan dengan 250 juta penduduk negara kita, Itu berarti masih 0,2%, dan jauh tertinggal dari negara tetangga macam Singapura (30%) dan Malaysia (35%).

    Koq bisa kecil amat sih? Menurut saya, ada beberapa mental block (mindset yang keliru) tentang investasi di pasar modal yang menghantui masyarakat kita. Saya coba mendaftar beberapa diantaranya:

    “Saham itu bentuknya kaya apa? Apa Beda Pasar Modal dengan Pasar Senen?”

    Banyak dari kita yang belum tahu apa itu saham, dan apa itu pasar modal. Padahal sebenarnya saham itu sederhana: bagian kepemilikan dari perusahaan. Dan pasar modal adalah tempat dimana perusahaan yang butuh modal (emiten) bertemu dengan orang yang punya modal (investor).

    Zaman dulu katanya saham itu bertentuk kertas, macam sertifikat gitu. Tapi sejak perkembangan teknologi, saham hanya tercatat di rekening bursa seorang investor dan dia tak perlu menyimpan berlembar-lembar saham fisik. Enak kan, ga ribet kalo kebanjiran hehehe.

    Sebagai pemilik kita akan dapat bagi hasil berupa deviden (klo untung). Dan enaknya di pasar modal, kita bisa memperjual belikan kepemilikan saham kita. Jadi jika awalnya punya saham di perusahaan tambang terus ngerasa bosen dan pingin punya saham di perusahaan telekomunikasi, ya tinggal dijual aja ke orang lain. Transaksi inilah yang menyebabkan harga saham naik turun kaya ingus.

     “Saham hanya untuk orang kaya! Aku mah apa atuh, Cuma serbuk gergaji di semesta ini”

    Mindset yang sering menyerang kebanyakan dari kita: hanya orang kaya yang berhak berinvestasi. Nah sekarang pertanyaannya: “mereka berinvestasi karena kaya”, atau “mereka kaya karena berinvestasi”?

    Padahal banyak banget saham yang harganya terjangkau. Contohnya MYOR (Mayora) yang per 7 Agustus dijual dengan harga 1.640 rupiah saja per lembar. Atau TLKM (Telkom) seharga 4.350. Jika suka otomotif bisa membeli ASII (Astra) di level 7.925 perak.

    Nah bedanya untuk pembelian di pasar modal hitungannya lot bos. Zaman dulu 1 lot itu 500 lembar. Sekarang Cuma 100 lembar. Jadi 1 lot Astra Cuma 792.000 dan 1 lot Mayora hanya 164.000-an saja. Masih ngerasa kemahalan? Bisa cari yang dibawah harga 500 perak macam GIAA (Garuda) yang diperdagangkan di harga 470 rupiah per lembarnya. Beli gadget 5 juta aja bisa, masa beli saham 47 ribu ga mampu?

    “Jangan invest saham, itu judi!”

    Perlu diingat, harga saham di pasar bisa berubah-ubah dipengaruhi banyak faktor. Bisa laporan keuangan, proyeksi pertumbuhan ekonomi, krisis politik, sampai ulah spekulan. Karena sejatinya harga saham adalah proyeksi nilai dari sebuah perusahaan. Dan namanya juga valuasi, terus berubah sepanjang waktu.

    Orang yang berpikir jika saham adalah perjudian seringkali lupa jika investasi mengandung risiko. Ketika kita berinvestasi pada ternak, kita berharap ternak itu bisa besar dan dijual dengan harga tinggi. Bagaimana jika ternak-nya ga gede2 karena kena penyakit?

    Hampir sama dengan investasi di pasar modal. Kita berinvestasi di sebuah perusahaan dan berharap perusahaan itu menghasilkan keuntungan. Tapi jika ternyata rugi? Ya siap-siap harga saham kita turun.

    “Saya bisa cepat kaya dan juga bisa cepat miskin”

    Aduh bos, jangan menelan mentah-mentah informasi dari pilem Hollywood kaya Wallstreet atau Wolf of Wallstreet. Karena investasi itu ga seperti melihara tuyul instant. Bisa konsisten untung 20% setiap tahun sudah termasuk luar biasa. 

    Investor terkenal dunia macam Warrent Buffet atau Meryl Lynch dikenal bukan karena membuat klien-nya bisa beli kapal pesiar dalam satu tahun seperti iklan MLM. Tapi keuntungan yang stabil selama 10-20 tahun. Untuk membatasi kerugian juga biasanya ada aturan cut-loss. Anda harus menjual saham itu jika nilainya terus turun. Besaran cut-loss tergantung kepada Anda, sang investor.

    “Waduh saya kan sibuk, mana sempet belajar ilmu investasi yang njelimet”

    Saya selalu ingat pesan Benjamin Graham guru Warren Buffet, untuk berinvestasi hanya dibutuhkan ilmu aritmatika sederhana. Anda ga perlu katam kalkulus, bikin model valuasi njelimet, atau melototin grafik sambil bergadang 7 hari 7 malam.

    Karena sekarang semua informasi tersedia. Bahkan broker Anda sudah menghitungkan rasio-rasio keuangannya, memberikan historical data harganya, sampai memberikan rekomendasi pilihan sahamnya. Yang perlu kita lakukan sebagai investor hanyalah menggunakan akal sehat dan mengambil keputusan berdasarkan dua skill wajib: analisa laporan keuangan dan sedikit technical analysis.

    Oke saya ingin berinvestasi di pasar modal. Harus Mulai Darimana?

    Cukup datang ke perusahaan sekuritas resmi yang terdaftar di OJK. Mintalah dibuatkan dummy account dan cobalah berinvestasi secara virtual. Biasakan diri melihat istilah keuangan, daftar kode saham, pergerakan pasar, dan nikmati semua prosesnya.

    Yang pasti kita harus belajar mindset seorang investor: tidak konsumtif, bersabar, dan melihat nilai di masa depan. Ga usah ikut-ikutan jika teman ganti gadget atau tetangga ganti baju (nanti dikira ngintip). Karena lebih baik jadi orang miskin secara penampilan tapi kaya secara laporan keuangan, daripada terlihat kaya secara penampilan tapi sebenarnya miskin secara laporan keuangan.

    Setelah Anda yakin dan terbiasa, silahkan membuka rekening di bursa. Ga usah banyak-banyak, yang pasti make sure uang itu adalah disposable income (tabungan sisa) dan bukan hasil korupsi atau ngepet jadi babi.

    Selamat berinvestasi.

    Minggu, 27 Maret 2016

    Mengejar Valuasi, Cerita Perusahaan yang Sengaja Rugi


    “Serem”. Kata yang tak saya sangka akan diucapkan oleh Pak W, salah satu petinggi biro iklan multinasional ketika mengomentari belanja iklan jor-joran dari perusahaan e-commerce. 

    Malam itu pertengahan tahun 2015. Kami sedang makan malam dalam rangka memperkenalkan direktur baru kami kepada partner, salah satunya media agency dimana Pak W bekerja. Kita sedang berdiskusi tentang hebohnya startup. Karena tiga tahun terakhir adalah surga bagi “perusahaan online”. Semua berinvestasi jor-joran, termasuk untuk belanja iklan.

    “Kelihatannya sih bagus, tapi siapa siapa bisa jamin tahun depannya? Contohnya si Rocket internet (group dibalik Lazada, Zalora dll), tahun lalu dia spending gila-gilaan. Tapi kalo tiba-tiba dia decide untuk tutup operasinya dari Indonesia? Kita yang pusing dikejerin media”.

    Dia kemudian menyinggung strategy “burning money” serta “cut loss” yang biasa terjadi dalam dunia start up. Burning money berarti mereka rela rugi, sedangkan cut loss maksudnya mereka bisa kapan saja hengkang saat dirasa perusahaan yang mereka bangun tidak berkembang.

     “Sekarang di dunia ini, ada dua jenis perusahaan”. Pria botak yang sempat menjadi direktur salah satu airlines itu lalu bercerita.

    “Ada operation company, dimana perusahaan mencari untung dari proses operasi yang dilakukan. Mereka memproduksi barang dan jasa, lalu dijual dengan margin untuk mendapatkan keuntungan. Nah selain itu, ada namanya valuation company. Mereka tidak mengejar keuntungan dari operasi, tapi valuasi bisnis yang dilakukan oleh potensial investor”.

    Bakar Duit, Dapat Duit

    Ia lalu mencontohnya Traveloka. Online travel agent yang iklannya bisa kita lihat setiap hari. Bagaimana mungkin tiket yang dijual di Traveloka bisa lebih murah dari website airlines sendiri?

    “Karena mereka tidak mengejar keuntungan. Komisi di bypass ke konsumen, ditambahin subsidi. Convenience fee tidak dibebankan ke pembeli. Mereka berani rugi, yang penting traffic masuk, dapat user gede yang pada ujungnya membuat Traveloka seksi dimata investor”.

    Beberapa media meng-klaim Traveloka berpotensi menjadi startup unicorn, perusahaan dengan valuasi 1 milyar dollar. Dengan tingginya potensi traffic, user, dan masa depan industri travel di Indonesia, tak heran jika mereka mendapat suntikan dana dari Global Founders Capital, salah satu venture capital elit dunia yang punya uang ga berseri.

    Mungkin karena itu juga start up macam Go-jek dan Grab Bike melakukan hal yang sama. Rela “bakar duit” dengan mensubsidi tarif antar penumpang dan barang, ngasih komisi lumayan ke driver, hingga ngiklan kemana-mana.

    Go-jek dikabarkan mendapat pendanaan dari beberapa private equity macam Northstar Group dan Sequoia capital yang nilainya lumayan gede (konon total bisa ratusan juta dollar). Sedangkan Grab dapat 350 juta dollar dari China Investment Corporation. Pokoknya , kalo duit para venture capital ini dibelikan es dawet, kita bisa bikin kali Ciliwung full of dawet.

    Valuasi

    Apa yang dicari oleh venture capital ketika memodali sebuah perusahaan startup?

    Back to basic: duit. Venture capital bukan orang bego atau sinterklas yang rela duitnya dibakar begitu saja. Seperti kata pepatah:

    “Dibutuhkan ikan kecil untuk menjadi umpan ikan besar”

    Mereka berinvestasi karena percaya akan nilai dari business model yang diciptakan. Sekaligus pasti berharap return di kemudian hari. Setiap investasi yang dilakukan pasti sudah ada perhitungannya. Berapa tahun harus merugi, kapan harus mulai melepas subsidi, kapan harus profit taking, termasuk menghitung valuasi saat “exit strategy”.

    Ya, mayoritas venture capital mensupport startup untuk “dijual” lagi. Mereka mendanai masa inkubasi, mendapat jatah saham, untuk kemudian dijual ke pemodal lain  dengan keuntungan yang berlipat-lipat. Itulah yang disebut “exit”. Studi dilakukan Tyebjee and Bruno (1984), mayoritas venture capital sudah punya strategy untuk keluar saat mereka baru mendanai startup itu.

    Sedangkan berdasarkan riset yang dilakukan Miloud et al (2015), valuasi startup yang dilakukan venture capital berdasarkan beberapa faktor:
    a.      
     Product differentiation – sejauh mana produk itu benar-benar unik dan punya “disruptive effect”
    b.       
    Industry growth – apakah industri ini berprospek cerah?
    c.       
     Entrepreneur dan manajerial – siapa dibalik tim manajemennya?
    d.      
     Network – sejauh mana startup itu mampu membangun jaringan

    Intinya jika Anda ingin dapat funding jutaan dollar dari venture capital: temukan industry yang akan booming, ciptakan produk yang inovatif, miliki tim yang solid, dan kembangkan jaringan seluas-luasnya.

    Karena mimpi utama semua venture capital adalah ketika startup yang didanai-nya bisa go public dan listing di bursa saham. Ketika itu terjadi, mereka telah lulus ujian sebagai seorang kapitalis yang sukses menciptakan mesin pencetak uang. Seperti kata salah satu maestro valuasi saham, Warren Buffett:

    “Price is what you pay. Value is what you get”.

    Sabtu, 13 Februari 2016

    Cikal Bakal Nanti Dinyatakan Sekarang Tidaklah Sia sia


    Dulu gelap ya pake senter karena tiang listrik kudu nunggu arah mata angin eh, bukan,
    ukuran sudut datangnya sinar matahari, eeeeeeh, salah3,
    momen jatuhnya wangsit dari atas,
    Ckckck, emang deh ni tulisan kagak secakep buah jeruk atau sesakti botol kaca.

    Betul kalau duit bagong dipakai untuk beli kapal feri, maka laut mana yang dapat memisahkan kita ? Jawabnya blom... itu nanti,...
    Ckckck... ngawur lagi, maap3.

    Berbanding lurus-nya harga sisa mayat pohon dan cairan mayat mahkluk mikro dengan bargaining power daerah-daerah primadona era 2009-2012. Maka daerah sektor jasa, sektor padat modal, dan padat kecantikan jadi pilihan beroperasinya cahaya, ("pake" jadi be   "senter" ).

    Kentalnya kadar laut, hutan, dan bunderan HI dalam percakapan wong londo dan kaum ajinomoto terkait Indoonesia, akhirnya mendapat topping baru berupa kereta2 yang katanya sih masih terlalu mahal.

    Bagaimana pun juga yang namanya kereta, wajar mahal.
    Kudu bebasin lahan super panjang, dimana kalo bukan pemerintah yang turun tangan, niscaya mangkrak. Kereta juga lambang dan hadiah bagi kelas menengah yang telah taat bayar pajak dan senantiasa mencintai masakan daging pasangannya. (no daging mentah, no no).

    Proyek kereta cepat dapat jadi ajang pengingat soal Pareto Law. Sedikit tapi Unggul, Kecil tapi Gesit, untuk menimbulkan kegembiraan masif dan teriakan histeris, dari hati masyarakat, 11-11 sama bulutangkis laah...

    Soal sifat asli terlalu mudah bahagia / puas (dimana-mana edi emang kagak asik) tapi juga terbilang lambat soal bikin enak,
    dapat diobati dengan belajar bedanya kecepatan & percepatan, (bedanya ngitung delta r & delta v saat dibandingkan dengan durasi) antara:
    kereta di atas rel dengan boil2 di jalur tol bawah,
    perbandingan cepat lambat aliran arus bolak-balik saat liburan,
    juga perbandingan kondisi dalem kereta yang bisa ngobrol haha-hihi,
    dengan kondisi tol macet yang cuma bisa mencet klakson ! (do talk to stranger kids, it's 2016).
    Apalagi klo dalem hutan ada halte dimana penumpang bisa turun menjelajah sembari menikmati minum sebelum berendam dalam danau,
    beeuhhh.... sembuh dah tu panas dalem sisa kampanye.

    Sementara Antareja masih senantiasa menghantam penghalang tercapainya ramalan terakhir kita,
    soal keluar masuknya kereta di terowongan Jakarta.

    Maka kalau gelap, semoga pendek
    laksana Matahari bangun kepagian,
    Kalau dingin, ya pake sweter, sweater, sweeter (permen dong...), biar kita keringetan.
    Kalau basah yang ya disapu, ampe keram... kagak kering2...
    dan kalau panas dan terik, ya semoga keretanya bolak-balik sekencang cahaya dari senter, biar kita nyampe barengan, sehat utuh dan malah bertambah, gembiranya.



    Selamat Valentine...


    spectrum of waves merges into a media
    u have u'r own
    watch it
    so does they all
    embrace it
    as channel producer shift mind and paradigm
    so do secret widely shot on dim
    unaware 
    as another you
    raising swear
    oh what a view
    so when you fall in love darling
    again
    watch it
    is it u
    the channel
    or the producer
    who's awesome
    love is in the air
    sure
    love is all
    all that is

    By Petaniuang

    sumber gambar senter
    sumber gambar twinflame