Senin, 14 Februari 2011

Velentinomics dan Komodifikasi Cinta

Oleh: Yoga P.S

Hari valentine bukan hanya hari kasih sayang. Ia sudah berkembang menjadi hari penuh uang. Tak percaya?

Data tahun 2008 menunjukkan bahwa valentine membawa berkah bagi penjual coklat, kartu ucapan, dan perhiasan. Ada sekitar 14,4 milyar dollar yang berputar dalam bisnis coklat selama valentine. Ditambah 24 juta tangkai bunga terjual, serta 2,2 milyar dollar penjualan perhiasan. Orang Amerika rata-rata menghabiskan 120 dollar untuk merayakan tanggal 14 Februari. Bisnis yang lumayan kan?

Di Amerika Serikat, valentine sudah menjadi hari lbur dan menjadi hari terpopuler kedua untuk makan  malam diluar setelah natal. Menurut Asosiasi Restoran AS, Sebanyak 47% pasangan muda (18-24 tahun) akan merayakan dan menghabiskan rata-rata 62 dollar. Survey yang dilakukan PriceGrabber terhadap 2.458 konsumen online menunjukkan jika mereka akan tetap berbelanja untuk valentine tahun 2011, meski kondisi perekonomian belum sepenuhnya pulih.

Item terpopuler menurut survey tersebut adalah kartu ucapan valentine. Sebanyak 62% wanita mengaku akan membelinya. 42% konsumen wanita sudah menyiapkan anggaran untuk makan malam direstoran, dan 26% mengaku akan membeli permen. Sementara untuk konsumen pria, 55% mengaku akan membeli bunga, dan hanya 18% yang ingin membeli coklat dan permen. Sayangnya survey ini tidak menyebutkan berapa % pria yang berniat membeli kondom... (mulai ngaco dah!).

Memang tidak semua Negara memperbolehkan hari kasih sayang ini. Negara-negara Islam semacam Arab Saudi melarang warganya untuk ikut-ikutan perayaan ini. Karena bagi mereka, hari valentine adalah perayaan tolol dan tidak berguna. Selebrasi yang bisa menjadi kampanye pergaulan bebas dan perzinahan.

Bagi saya, perayaan valentine adalah perayaan yang sangat menguntungkan bagi bisnis dan perekonomian. Karena saya percaya perayaan valentine adalah ungkapan rasa cinta. Cinta akan harta maksudnya hahaha. Ingin bukti?

Komersialisasi Cinta
Kasus Jepang sebagai contoh. Ternyata perayaan valentine baru ada pada 1950-an. Coba siapa yang pertama kali memperkenalkan dan mempopulerkannya? Perusahaan coklat!!! Perusahaan itu bernama Mary Chocolate Co. yang pada tahun 1958 hanya berhasil menjual tiga batang coklat selama satu minggu pertama operasinya. Sekarang? Coklat sudah menjadi symbol cinta bagi kaum muda Jepang. Rata-rata remaja jepang memberikan coklat senilai 300-500 yen (30 sampai 50rb-an) sebagai tanda kasih sayang kepada teman atau orang kesayangannya.

Hasrat mencari keuntungan akhirnya menciptakan euphoria media tentang valentine. Tanggal 14 februari ditetapkan sebagai "hari sakral" yang harus dirayakan dengan berbelanja bunga, coklat, permen, dan hadiah lainnya. Para kapitalis seperti perusahaan perhiasan membayar mahal konsultan pemasaran untuk menciptakan ritual valentine yang dipatuhi dengan khusyuk oleh jutaan orang didunia. Motif dibalik itu sebenarnya sederhana: bisnis. Dan bisnis tidak mengenal logika cinta.

Kaum kapitalis tidak memandang cinta sebagai sebuah perwujudan eksistensial yang ultima bagi kita, manusia. Cinta-lah yang membedakan kita dengan binatang yang penuh nafsu. Cinta yang membuat kita mampu melakukan hal-hal yang tidak mampu dilakukan. Cinta juga yang menjadi dasar kemanusiaan dan peradaban. Tapi bagi kaum bisnis, cinta hanyalah ekspresi emosional yang bisa menjadi komoditas untuk dieksploitasi demi kemakmuran kapital.

Ngomong-ngomong, saya juga pernah menjadi oportunis yang memanfaatkan irasionalitas masyarakat merayakan valentine. Waktu SMA bersama teman-teman, kami berjualan bunga (bunga asli dan bukan bunga bukan nama sebenarnya). Memanfaatkan mentalitas teman-teman Ababil (ABG labil) yang menganggap perayaan valentine adalah kewajiban social tidak tertulis yang harus dilakukan. Not bad lah, untung 100% dalam sehari bo! Hohoho.

Komersialisasi cinta ala Valentine tentunya membawa korban bagi orang miskin dan buruk rupa seperti saya. Hahaha, sampai kalo dibuat film judulnya: The Poor and The Beast. (Ih jijik banget deh denger judulnya aja). Tapi sebenarnya, bentuk-bentuk komersialisasi dan materialisasi cinta yang ada hanyalah bentuk lain dari kebutuhan biologis yang terselubung.

Contohnya, mengapa wanita lebih suka dengan pria kaya, yang tentunya bisa memberikan hadiah valentine mahal-mahal?. Ini tak lebih karena secara biologis, betina membutuhkan jantan yang mampu menjaga keberlangsungan keturunannya kelak. Dahulu, kebutuhan akan keamanan ini diwujudkan dengan kekuatan tubuh dan teritori wilayah yang menjamin supply makanan. Saat ini? anda tahu sendiri jawabannya.

Demikian juga dengan pria. Mengapa pria lebih menyukai wanita dengan payudada besar dan pinggul berisi? Sama juga. Jantan membutuhkan betina yang mampu menjaga kelangsungan keturunannya. Payudara besar menandakan adanya supply air susu bagi anaknya kelak. Pinggul yang besar dan berisi menandakan sang wanita akan lebih mudah menjalani proses persalinan dengan aman.

Cinta Sejati
Manusia telah menulis jutaan kata cinta, cerita cinta, dan puisi cinta. Tapi sesungguhnya cinta sepasang kekasih, cinta orang tua kepada anaknya, atau cinta kita kepada sesama hanyalah bentuk lain kebutuhan biologis untuk memperpanjang eksistensi kita sebagai manusia. Cinta sejati hanyalah cinta Tuhan kepada ciptaannya. Cinta tanpa kata dan penuh tindakan nyata. Cinta tanpa pamrih, tak membutuhkan bukti apa-apa. Cinta yang sayangnya takkan mampu kita balas sampai kapan pun juga.

Oleh karena itu, jadilah konsumen yang cerdas. Tak usah terprovokasi media dan film-film romantis di televisi. Mereka menciptakan valentine untuk memperkosa dompet Anda. Tak ada kewajiban merayakan hari kasih sayang. Karena kasih sayang ada, bukan untuk dirayakan, tapi untuk diamalkan, dan disebarkan dalam kehidupan.

Kata mereka yang anti valentine, orang yang merayakan valentine itu: KAMPUNGAN! Tapi kata yang merayakan valentine, orang yang tidak merayakan valentine itu: KASIHAN!.

Terserah Anda memilih yang mana. Pokoknya salam cinta dari saya (siap2 muntah darah dah...)

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 Komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...