Sabtu, 07 Mei 2011

Green Jobs, Peluang dan Tantangan


Oleh: M Syarif Hidayatullah*

Climate change, global warming, dan berbagai isu lingkungan lainnya sukses menjadi primadona dalam satu dekade terakhir. Berkembangnya isu lingkungan ini akhirnya memunculkan berbagai program, kebijakan dan teori yang terkait dengan pelestarian lingkungan. Berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, bahkan akademisi, berlomba-lomba menciptakan program yang seringkali diawali oleh kata “green”. Sebut saja green supply chain, green plastic bag, green audit, green city, green development, dan berbagai “green” lainnya. Tren “green” ini pula yang akhirnya melahirkan istilah Green Jobs.

Green Jobs adalah suatu penamaan (labeling) yang dilakukan ILO (International Labor Organization) untuk pekerjaan-pekerjaan yang dapat dikategorikan sebagai pekerjaan pelestarian lingkungan. Bentuknya berbagai macam. Seperti pekerjaan reboisasi, pengolahan limbah, daur ulang sampah, pertanian organik, penanam bakau, dan berbagai pekerjaan yang berorientasi lingkungan lainnya. Labeling ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, bahwa ada berbagai lapangan usaha yang secara bisnis menguntungkan dan secara lingkungan melestarikan.

Potensi Green Jobs sangatlah besar. Menurut data yang dikeluarkan ILO, pasar global untuk barang dan jasa berwawasan lingkungan saat ini mencapai US$ 1.370 Milyar per tahun. Diperkirakan pada tahun 2020 akan mengalami peningkatan hingga US$ 2.700 Milyar. Setengah dari pasar ini terkait dengan efisiensi energi dan keseimbangan di bidang pengelolaan transportasi, pasokan air, sanitasi dan limbah berkelanjutan.

Selain memiliki potensi pasar yang besar, Green Jobs juga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Di China, untuk sektor energi terbarukan saja mampu menyerap 2,3 juta tenaga kerja. Sedangkan di Amerika industri lingkungan mampu menyerap 5,3 juta pekerja. Bisa dibayangkan berapa besar lapangan pekerjaan yang diciptakan Green Jobs untuk sektor-sektor lainnya. Potensi besar inilah yang membuat Green Jobs mampu menyelesaikan dua permasalahan sekaligus. Permasalahan lingkungan dan permasalahan pengangguran.

Indonesia dan Green Jobs

Indonesia memiliki komitmen untuk mengurangi emisi gas karbonnya 26% hingga 41% pada tahun 2020. Untuk mencapai target tersebut segenap lapisan masyarakat, baik pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat sipil, harus turut serta dalam pelestarian lingkungan. Selama ini, kegiatan pelestarian lingkungan di Indonesia bersifat sukarela dan non-profit, seperti kampanye lingkungan yang dilakukan oleh LSM dan NGO, ataupun program CSR berbau pelestarian lingkungan dari perusahaan swasta.

Masuknya konsep Green Jobs ini sedikit menggeser paradigma tersebut. Pelestarian lingkungan tidak selalu harus sukarela dan non-profit. Pelestarian lingkungan bisa menghadirkan keuntungan secara bisnis. Menurut Croston (2008), green businesses (Green Jobs) merupakan bisnis yang paling menjanjikan pada abad ke-21 dan menjadi “green” merupakan langkah bisnis yang cerdas dan baik untuk lingkungan. Dengan potensi perkembangan nilai bisnis yang bisa mencapai US$ 1.370 Miliar pada tahun 2020, Green Jobs menawarkan peluang bisnis yang begitu besar.

Peluang besar ini tentunya akan menjadi stimulus bagi banyak pihak untuk terjun ke dalam Green Jobs. Semakin banyak pihak yang turut serta dalam Green Jobs, maka upaya pelestarian lingkungan akan berjalan lebih masif. Seperti kata pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlewati, Green Jobs dapat memberikan keuntungan finansial sekaligus memacu perkembangan pelestarian lingkungan.

Gleen Croston (2008) melakukan list pekerjaan yang dapat dikategorikan “green”. Setidaknya saat ini ada 75 pekerjaan yang masuk kedalam list tersebut. Pekerjaan tersebut berupa pengembangan energi alternatif, pengolahan air dan limbah, hingga produk pertanian organik. Indonesia memiliki hampir semua potensi untuk mengembangan seluruh pekerjaan yang dicantumkan oleh Gleen Croston. Dengan berbagai potensi tersebut, Green Jobs dapat tumbuh subur di Indonesia.

Berkembangnya Green Jobs tentunya akan menjadi angin segar bagi sektor tenaga kerja Indonesia. Tingginya angka pengangguran menjadi salah satu permasalahan besar Indonesia saat ini. Permasalahan pengangguran terjadi karena lambatnya pertumbuhan sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja, seperti sektor manufaktur yang hanya tumbuh 4% di tahun 2010. Munculnya Green Jobs sebagai sektor pekerjaan baru, menjadi alternatif dalam penciptaan lapangan pekerjaan di Indonesia.

Tantangan Dalam Pengembangan Green Jobs

Tantangan yang saat ini dihadapi pengembangan Green Jobs adalah banyaknya pekerjaan yang “green” tapi tidak layak (green but not decent). Banyak pekerjaan yang berhubungan dengan lingkungan merupakan pekerjaan yang “kotor, berbahaya, dan sulit” (ILO, 2010). Pekerjaan di sektor industri daur ulang dan pengolahan limbah, energi biomass, dan konstruksi cenderung berbahaya dan berupah kecil. Hal ini yang menjadi tantangan kedepan dalam pengembangan green jobs di Indonesia.

Pekerjaan yang dikategorikan dalam Green Jobs sudah sepatutnya memperhatikan aspek kelayakan dan keamanan dalam bekerja. Sehingga, Green Jobs tidak hanya menciptakan banyak lapangan pekerjaan baru, tetapi dapat memberikan pekerjaan yang layak untuk masyarakat sekaligus meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelesatarian lingkungan.

*)Calon Menteri Koordinator Perekonomian RI 2034 :p. Biografi yang "sesat" nyusul

Pencerahan

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 Komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...