
Awalnya pemikiran ini lahir dari sebuah fenomena sosial Jakarta atau kota besar lainnya yang sepertinya sudah jadi bagian hidup. Ya, kemacetan di mana mana, yang seakan akan terlihat seperti parade mobil dan motor atau pameran otomotif terbesar yang pernah ada namun diadakan setiap hari atau bahasa kerennya "The Biggest Auto Show", atau bisa juga dibilang jalan raya yang seharusnya sebagai sarana untuk "berjalan" tiba tiba menjadi "lahan parkir" karena macet tidak bergerak!.
Sisi positif dari kejadian ini adalah sebagai sarana untuk silaturahmi antar manusia, karena mobil atau motor susah bergerak kita bisa mengobrol bersama, menambah kenalan, bahkan merokok bersama atau saling menawarkan makanan kecil (Indah nya Silaturahmi). Sisi negatif dari hal ini ya saya yakin anda semua pasti bisa menebaknya. Ya betul! Ledakan eksplosif caci maki, beraneka ragam nama nama hewan bahkan bahasa imajinasi yang tidak ada kesan EYD yang pada kamus bahasa apa pun tidak akan pernah anda temukan.
Okey, sekarang saya mencoba mencurahkan isi hati, sisi positif atau mungkin sisi negatif yang berbaur menjadi sebuah pemikiran dan akhirnya menjadi "surat cinta" ini.
CSR sebagai singka
tan dari bahasa Zimbabwe, Corporate Social Responsibility. Entah mengapa yang terlintas pada pikiran saya pertama adalah Industri Otomotif, produsen kendaraan bermotor bukannya pemerintah yang sudah dengan sangat susah payahnya berusaha dan menasihati warga masyarakat untuk memakai kendaraan umum (padahal yang memerintah itu pakai mobil mewah). Cukup sudah curahan hati saya, sekarang kita coba kembali ke permasalahan dan pemikiran saya tadi.


Saya pun berpikir, mengapa mereka tidak membeli peralatan pertanian seperti traktor atau bajak sawah, atau mungkin hewan ternak, yang jelas bisa menjadi investasi mereka, bukan dengan membeli motor tiap tahunnya yang pada akhirnya harganya pun turun. Hal ini hanyalah sedikit dari permasalahan yang ada khususnya yang berdampak pada ekonomi di daerah daerah kemudian masalah lain yang cukup membuat saya miris adalah banyaknya kendaraan di kota besar yang setiap tahunnya makin memblu
dak. Apakah sebenarnya mereka (produsen otomotif) tidak berpikir bahwa produk mereka terus membanjiri pasar namun sarana wilayah atau jalan raya tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan produk produk hebat mereka? Lalu di sisi lain terkait lingkungan, apakah mesin high tech yang efisien bahan bakar dan menjadi andalan mereka itu pada akhirnya justru malah menjadi alat hebat mutakhir untuk membakar lapisan ozon dan justru terbuang sia sia (sangat efisien kah)?


Nah, industri o
tomotif yang selama ini memberikan solusi transportasi nyaman dengan menjual produk produk andalan mereka, justru malah tidak membuat nyaman dan menyadarkan kita bahwa terkadang jalan kaki ternyata selain sehat juga bisa lebih cepat dan efisien bahan bakar (Yup, saya pernah membuktikannya!). Hal yang mereka lakukan dengan pemahaman CSR mereka adalah dengan membuat program touring keluarga bersama dengan mobil atau motor hasil produksi mereka (menghabiskan bahan bakar dan membuat kemacetan atau tidak menurut anda?), atau malah terkadang membuat perayaan besar dan memberikan undian atas tercapainya target penjualan mereka yang sudah berjuta juta unit (apakah ini bentuk tanggung jawab dan memberikan solusi? Ayo beli terus produk kami ya biar dapat undian lagi!).

Akhirnya sa
ya sebagai orang awam mencoba berpikir mencari sebuah solusi dengan batas pemahaman saya yang apa adanya ini. Apakah lebih baik pada akhirnya jika produsen otomotif melakukan recycle bahan baku atas produk produk lama mereka? Okey penjelasannya adalah, anggap saja saya memiliki sebuah mobil dari produsen A, saya memiliki mobil tersebut sudah 5 tahun atau lebih, kemudian pemikiran konsumtif saya membawa saya untuk ingin membeli mobil model terbaru dari produsen A tersebut, dan pihak dealer produsen A tersebut menawarkan sebuah solusi untuk menjual mobil lama saya tersebut kepada mereka ya seperti tukar tambah dengan mobil baru, berarti saya mendapatkan mobil baru itu dengan potongan harga atas penukaran mobil lama saya, di satu sisi jelas itu cukup menguntungkan bagi saya, kemudian bagi produsen jelas menguntungkan adalah mereka dapat me recycle bahan baku dengan "menghancurkan" mobil model lama itu untuk di cetak kembali bahan baku nya menghasilkan mobil mobil terbaru mereka. Hal ini juga akan membuat konsumen loyal kepada produsen A dengan program potongan harga tersebut, dibandingkan dengan mereka menjual kepada pihak kedua, dan membeli mobil model baru yang pemikiran saya adalah justru menambah populasi kendaraan bermotor.

Pada akhirnya tulisan ini hanyalah sebuah pemikiran dari fenomena yang menurut saya meresahkan dan saya mencoba untuk mencari solusi dengan keterbatasan pikiran saya ditengah stress saya dengan keadaan ini setiap harinya. Semoga pemikiran ini pun bisa menjadi sebuah pilihan dan sedikit solusi, bagaimana pemikiran anda? Mari kita berbagi.
0 Komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...