Oleh: Dyah Restyani
Namanya Ali. Saat ia ke Indonesia
beberapa waktu yang lalu, kami sempat bertemu dan berbincang banyak hal, saya
mengetahui bahwa ia adalah seorang fotografer. Dia memiliki sebuah studio foto
mini di sebuah kawasan suburb di Australia. Tapi meskipun studio fotonya hanya
di kawasan suburb, studio fotonya selalu ramai. Dan jika ditanya soal
pendapatan, lebih dari cukup jawabnya.
Dia membuka studio foto khusus
untuk foto passport. Sebuah bidang usaha yang unik menurut saya. Di saat
sebagian besar fotografer membuka usaha dengan menerima jasa memotret apa saja,
dia fokus di satu bidang saja.
Suatu hari, pasangan muda mudi
datang ke studio fotonya dan memintanya untuk memotret. Tapi dia menolak.
Mengapa? Sebab si pasangan muda mudi itu meminta untuk dipotret bugil (sesuatu
hal yang sudah sangat umum di Australi).
Ketika saya tanya mengapa dia
menolak padahal bayaran yang ditawarkan oleh pasangan muda mudi tersebut
sangatlah tinggi, dia menjawab (kira-kira begini, abis ngomongnya cepet banget):
“I don’t like to take the nude
photograph. I only do what I like. And I only do business with my focus”.
Sesekali ia juga bercerita tentang
pengalaman-pengalamannya selama memotret bayi-bayi lucu yang selalu aktif
bergerak. Katanya, seringkali untuk mendapatkan 1 foto yang pas, butuh waktu 1
jam, karena ada saja yang dilakukan si bayi, entah itu gerak kanan kiri atau
malah menangis karena takut difoto.
Ali menempuh pendidikan di
universitas dengan jurusan fotografi. Dan karena ia sangat mencintai fotografi,
setelah lulus, ia memilih bekerja menjadi fotografer panggilan untuk pesta
pernikahan, ulang tahun, maupun foto keluarga. Lama kelamaan ketika kantongnya
semakin tebal, ia mulai membeli sebuah tempat yang akhirnya ia sulap menjadi
studio mini. Bersama beberapa kawannya, ia menjalankan bisnis tersebut sudah
hampir 10 tahun.
Dari Ali, saya belajar bahwa bisnis yang
dijalankan dengan baik dan memiliki prinsip, akan selalu dicari orang dan
memiliki reputasi yang baik. Bisnis tidak sekedar soal uang, tapi ia lebih dari
itu. Lebih bermakna daripada itu. Seperti yang dikatakan oleh Rhenald Kasali bahwa
tujuan orang berwirausaha bukan untuk menjadi kaya, karena kaya hanyalah akibat.
NB: illustration was pick from e-photography.diengplateau.com
0 Komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...