Bagaimana cara menguasai
pemikiran seseorang?
Pertanyaan ini
terus menghantui pakar pemasaran, pengamat politik, ahli psikologi, dan pecinta
propaganda. Milyaran rupiah dihabiskan untuk melakukan riset pasar, eksperimen
lapangan, sampai neuro science research. Semua dilakukan agar mampu melakukan
modifikasi prilaku seseorang. Membuat seseorang melakukan, apa yang kita ingin
mereka lakukan.
Dalam dunia
advertising, ada teori tentang effective frequency. Pemikirannya sederhana:
seberapa sering sih seseorang harus melihat sebuah iklan hingga mampu
mempengaruhi pemikirannya dan mengubah prilakunya?
Ada banyak teori
yang menjelaskan. Salah satunya adalah Krugman 3 hit theory. Jadi, seseorang
harus melihat pesan (entah itu iklan produk, politik, anjuran, imbauan)
setidaknya tiga kali baru ia mengerti. Pertama kali melihat ia bertanya: “Apa
ini?”, kedua kali melihat ia bertanya: “Apa hubungannya dengan saya?”, dan
ketiga serta selanjutnya: “Ini mengingatkan saya”.
Sebelumnya ada
teori dari Thomas Smith lewat karya klasiknya Successful Advertising yang ia
tulis tahun 1885. Smith bahkan lebih ekstrim: setidaknya 20 kali pesan terulang
untuk dapat menancap di alam bawah sadar seseorang. Prosesnya seperti ini:
The first time people look at any given ad, they don't even see it.
The second time, they don't notice it.
The third time, they are aware that it is there.
The fourth time, they have a fleeting sense that they've seen it somewhere before.
The fifth time, they actually read the ad.The sixth time they thumb their nose at it.
The seventh time, they start to get a little irritated with it.
The eighth time, they start to think, "Here's that confounded ad again."
The ninth time, they start to wonder if they're missing out on something.
The tenth time, they ask their friends and neighbors if they've tried it.
The eleventh time, they wonder how the company is paying for all these ads.
The twelfth time, they start to think that it must be a good product.
The thirteenth time, they start to feel the product has value.
The fourteenth time, they start to remember wanting a product exactly like this for a long time.
The fifteenth time, they start to yearn for it because they can't afford to buy it.
The sixteenth time, they accept the fact that they will buy it sometime in the future.
The seventeenth time, they make a note to buy the product.
The eighteenth time, they curse their poverty for not allowing them to buy this terrific product.
The nineteenth time, they count their money very carefully.
The twentieth time prospects see the ad, they buy what is offering.
(Jadi jangan heran kenapa kita melihat iklan yang berulang-ulang di layar kaca hehehe).
30++
Untuk
mempengaruhi proses pembelian seorang konsumen saja dibutuhkan pengulangan
hingga 20 kali atau lebih (20+++). Lantas, perlu berapa kali repetisi untuk
mengubah kehidupan spiritual seorang manusia?
Mungkin karena
itu, Tuhan menurunkan bulan ramadhan. Bulan penuh latihan. Ingat, ajaran
ramadhan sudah lama lahir sebelum Thomas Smith menulis Successful Advertising. Ada
30 hari frekuensi. Tiga puluh hari yang mengajarkan manusia untuk mengendalikan
hawa nafsu, mendekatkan diri kepada Tuhan, mencintai sesama, sambil belajar
hikmah dari rasa kelaparan dan kehausan.
Tiga puluh hari
penyucian diri. Sebuah tingkat repetisi yang secara teori periklanan, sudah
cukup untuk mengubah prilaku seseorang. Tapi pertanyannya, meskipun kita
berpuasa sebulan penuh, mengapa tetap saja ada korupsi? Mengapa kita masih
gampang marah? Mengapa masih terus memburu nafsu? Mengapa kita masih belum
mencintai sesama?
Mungkin bukan
hanya kuantitas, tapi juga dibutuhkan kualitas. Tantangan utamanya adalah
membawa kualitas ramadhan ke bulan-bulan kedepan. Dan setidaknya, kita harus
berusaha. Sedikit demi sedikit. Toh, kita semua masih dalam tahap belajar. Selama
kita berusaha untuk konsisten, insya Allah perbaikan adalah harga paten.
Seperti kisah
Sahl bin 'Abdullah dari Tustar yang mendapat nasihat dari pamannya saat ia
berumur tiga tahun,
"Jika dalam tidur tubuhmu gelisah, ingatlah dirimu. Dan jika lidahmu bergerak, ucapkanlah, ‘Allah besertaku, Allah memelihara diriku, Allah menyaksikan diriku.’ Ucapkanlah kalimat itu tujuh kali pada waktu malam."
Ia mengikuti
saran tersebut dan beberapa waktu kemudian pamannya menyarankan untuk
meningkatkan amalan,
"Ucapkan kalimat itu lima belas kali pada waktu malam." Sahl mematuhi pamannya, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Setahun kemudian, pamannya berpesan, "Ucapkan kalimat itu sampai kau menuju liang kuburmu."
Paman Sahl
mengajarkan dzikir lewat amalan ringan yang terus meningkat. Harapannya, Sahl
terbiasa dengan amalan sederhana dan mampu melaksanakan amalan yang lebih utama:
selalu ingat kepada Sang pencipta.
Perubahan membutuhkan waktu. Butuh 20 kali frekuensi iklan yang efektif. Dibutuhkan waktu
21 hari untuk menetaskan telur menjadi anak ayam. Butuh waktu 28 hari seekor
ulat berubah menjadi kupu-kupu. Memang hanya diperlukan 30 hari untuk
menyelesaikan satu bulan ramadhan.
Tapi dibutuhkan
waktu seumur hidup untuk mengamalkan ajarannya, dan kembali menjadi manusia
seutuhnya.
0 Komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...