Minggu, 21 Juli 2013

Karpet

Hari pertama menjelang puasa. Seperti pada umumnya, shalat taraweh akan dibuka. Disebuah masjid di selatan Jakarta, dibelakang salah satu hotel bintang lima. Setelah sholat isya berjamaah, ada seorang bapak takmir memberikan pengumuman. Saya kira  siraman rohani atau semacamnya. Tapi ternyata:

"Karpet ini baru diganti sebulan yang lalu. Harap jamaah menjaganya. Sumbangan seorang donatur hamba Allah. Yang anak2 jangan sampai ngompol di karpet. Jangan tidur-tiduran di karpet. Kita mbersihkannya susah, dicuci setelah sholat isya".

Setelah pengumuman itu hening. Tidak ada sambutan lain. Langsung menuju taraweh.

Awalnya saya kaget, akhirnya saya tertawa. Sungguh “tausyiah” yang luar biasa. Tidak ada siraman tentang makna puasa seperti biasa. Imbauan tentang pentingnya meningkatkan amalan ibadah, atau petuah2 wajib semacamnya. Tak ada pula ajakan untuk mencintai fakir miskin, menyantuni anak yatim, atau bagaimana cara membantu mereka yang kekurangan. Pengumuman yang out of the box.

Kata pengamat2 soleh, kita sekarang berlomba-lomba mempercantik masjid, tapi lupa untuk mengisinya. Permasalahan klise modernisme. Ditengah banyaknya pengumuman pembangunan/renovasi masjid. Kotak sumbangan terus diedarkan. Dana terus dikumpulkan. Tapi jumlah jamaah belum tentu penuh memuaskan.

Pantas saja tidak penuh, karena mengikuti teori ekonomi, jumlah supply masjid terus bertambah. Sekarang setiap lingkup RT atau perkantoran punya masjid sendiri. Minimal ada musholla. Sehingga subsitusinya semakin banyak. Distribution point menjadi tersebar, dengan konsekuensi turunnya konsentrasi jamaah pada titik tertentu.

Pingin masjid rame? Gampang aja. Berikan direct material benefit kepada Jemaah. Selain menyediakan fasilitas yang aman dan nyaman (karpet empuk, AC dingin, free wifi), Adakan operasi sembako, pembagian daging kurban, kalau perlu sholat dapat door prize! Hahaha (meskipun pada dasarnya setiap sholat kita mendapat doorprize dari Allah swt- kalo keterima loh yaaaa hihi :p).

Tapi apa salahnya mempercantik rumah Tuhan? Di Mekah sekarang berdiri megah Abraj al Bait, kompleks hotel dan mall setinggi 600 meter dengan jam raksasa terbesar mengalahkan Big Ben London. Bangunan tertinggi kedua didunia dengan 800 kamar ini punya floor area seluas 1,5 hektar dan mampu menampung 1000 mobil. Kita juga bisa memarkir helicopter pribadi jika sedang bosan naik onta.

Memang salah satu tanda akhir zaman selain banyaknya kemaksiatan adalah jumlah umat yang banyak tetapi asyik bermegah-megahan dan cinta dunia. Tapi mari berpikiran positif. Islam mengajak umatnya cinta keindahan. Tidak jorok, ogah membuang sampah sembarangan, dan menjaga kebersihan. Termasuk keindahan masjid dan karpet.

Lagipula Paulo Coelho, pengarang Brazil yang tersohor itu, mendapatkan pelajaran hidup dari karpet.

 “Saat bangun pagi hari, masih di tempat tidur, saya bertanya kepada diri sendiri. Apa rahasia sukses? Saya menemukan jawabannya di kamar ini. AC berkata: DINGIN, hati kita harus sabar. Atap berkata: TINGGI, tetapkan cita-cita setinggi awan. Jendala berkata: Mari melihat dunia LUAR. Jam berkata: Setiap menit adalah HARAPAN. Cermin berkata: Sebelum bertindak, lihatlah DIRI sendiri. Karpet berkata: BerSUJUDlah! Pengetahuan suka bicara, kearifan cenderung mendengarkan”.


Pencerahan

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 Komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...