Buku Gratis dari Ekonom Gila

Buku Gratis Bulan . . . !*



Judul: Atonia Uteri; Menemukan Jejak Masa Lalu
Kategori: Novel
Penulis: Baharuddin Iskandar
Peberbit:  Penerbit Shofia
Rilis: Oktober 2011.


Banyak kisah yang terjadi bahwa dirimu memiliki kemampuan lebih dibandingkan manusia lainnya. Itu adalah reruntuhan do'a-do'a ibumu ketika beliau mengandung. Betul-betul tercitra di dalam batinnya agar engkau menjadi orang berguna, memberi manfaat kepada orang lain...."


Kalimat di atas adalah sepenggal kutipan dari sebuah buku berjudul Atonia Uteri. Atonia Uteri adalah sebuah novel yang berlatar belakang cerita dunia medis. Novel ini bisa juga disebut novel yang bernuansa budaya, sebab dialog-dialog yang digunakan beberapa tokoh adalah dialog dengan dialek Makassar, namun tetap dapat dipahami dengan mudah oleh masyarakat umum yang tidak berdomisili di Makassar.


Menurut Fitrawan Umar (Ketua Forum Lingkar Pena Sulsel), baik tidaknya karya sastra kadang dinilai dari seberapa dalam kata-kata yang tersusun padanya untuk membentuk makna. Makna inilah yang dicari orang ketika membaca, dan menjadi penting ketika menjalani kehidupan. Novel ini akan menuntun Anda untuk menemukan makna-makna itu.

Status: Sudah Habis. 

Nantikan Buku Gratis EG yang berikutnya!!!! ^_^
 Cara mendapatkan Buku:
1. Masukan komentar pada bagian bawah halaman ini;
2. Masukan nama, biografi singkat, alamat lengkap pada bagian komentar tersebut;
3. Komentar tercepat akan mendapatkan buku ini
*) Buku ini berlaku bagi non-penulis blog Eknom Gila

 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Program Buku Gratis Ekonom Gila

Apa lagi ini? Ekonom Gila mau bagi-bagi buku gratis? Mungkin untuk mengetahui latar belakang dari dijalankannya program "Buku Gratis Gila" ini, kita sama-sama menyimak sebuah tulisan penyemangat dari salah satu penulis di Ekonom Gila.

Socius

Oleh: Yoga P.S

Ada dua kejadian di tahun 2009 yang membekas di hati saya.

Pertama, saya pernah menangis ketika hendak membeli buku. Serius. Waktu itu saya ingin membeli Marketing in Crisis karya Rhenald Kasali, penulis favorit saya, di sebuah toko buku di Surabaya. Harga di barcode pas cepek. 100 rb rupiah. Saya merogoh dompet, dan pas ada 100rb rupiah. Uang sisa-sisa lebaran pemberian kakak. Hanya itu saja harta saya yang ada.

Jika saya beli buku ini, maka ada ancaman saya pulang jalan kaki 30 km ke Sidoarjo. Karena jarum bensin motor sudah menunjukkan titik nadir. Darimana dapat uang? Minta transfer orang rumah? Repot. Pinjem orang ga ada yang kenal. Gadai KTP? Malu-maluin. Mau jual diri? Dolly masih jauh bung. Hahaha.

Jika tidak jadi membeli, rugi saya jauh2 datang dengan niat membeli buku. Harusnya Eko Prasetyo menulis buku: “Orang Miskin Dilarang Beli Buku”. Tapi inilah kenyataan bisnis bos! Ada uang ada barang. Karena bingung, saya putuskan “bertanya” kepada Tuhan. Saya sholat dulu. kalo lagi bokek aja, inget sholat. Hehe.

Dalam doa, saya mengadu kepada Tuhan. Koq betapa sulitnya orang yang sedang dilanda krisis keuangan untuk bisa menuntut ilmu. Saya tidak menggunakan kata “miskin”. Selain karena malu dan emang munafik, saya percaya selama mindset-nya bener dan ada kemauan berusaha, masalah keuangan hanya bersifat temporer.

Entah mengapa, Tuhan membimbing saya untuk membeli buku itu. Bodo’ amat klo kehabisan bensin. Tinggal ninggal handphone ke “pertamini” (bensin eceran) kan bisa diambil besok. Kalo ga bisa ya pulang jalan kaki. Jika masih ga bisa, masi bisa ngesot. Kali aja bisa buat film horror kebo ngesot. Hehe.

Saat berjalan ke kasir, saya kembali melihat tumpukan buku di rak. Mereka seperti burung yang terpenjara. Mereka harus terbang, ke alam pemikiran pembaca. Suatu saat nanti, buku-buku itu akan kubebaskan. Kuterbangkan. Kukembalikan ke habitat aslinya.

Sambil menangis dan mengusap air mata setelah berdoa, saya berjanji, suatu saat akan membagikan buku-buku bagi mereka yang tidak mampu. Secara Gratis!.

(Eh alhamdulilah untungnya buku itu dapet diskon 20%! Ga jadi gadai hp ke pertamini, ga jadi jalan kaki. Goodbye kebo ngesot…)

**
Cerita kedua di tahun yang sama. Saya ingin mengikuti sebuah kursus di sebuah Universitas di Yogyakarta. Biayanya melebihi uang bulanan saya. Saya sudah memikirkan beberapa cara dari halal sampai haram untuk bisa mengumpulkan uang dan mengikuti kursus itu. Tapi belum kesampaian juga.

God save bonek! Akhirnya saya nekat. Hari terakhir pendaftaran saya datang. Mendaftar. Urusan pembayaran? Minggu depan ya Mbak, Kata saya. Ga tau deh dibayar pake apa. Butuh penari striptease berlemak Mbak?

Dan saya bisa mengikuti pertemuan pertama dengan mulus. Betapa senang hati ini. Modal nekat, dapat ilmu lagi. Biar statusnya penumpang gelap. Karena kulit saya emang gelap. Hehehe.

Di pertemuan kedua, sebelum masuk ruangan, saya dipanggil admin.

“Maaf Mas, Anda belum bisa mengikuti kegiatan karena belum menyelesaikan administrasi”.

Saya diusir secara halus. Tumben nih, biasanya untuk mengusir saya perlu bantuan orang pinter dan sesajen. Haha. Dan saya benar-benar diusir!!!.

Begitu sampai kos, saya menangis. Terus bertanya-tanya. Bukankah ilmu itu anugerah titipan Tuhan dan hanya kembali menjadi milik Tuhan? Bukankah ilmu harus disebarkan untuk kebaikan dan bukan untuk keuntungan? Bukankah itu tujuan pendidikan? Mengajak orang menjadi baik. Berbuat baik. Menyebarkan hal-hal baik.

Dalam hati saya berjanji: suatu hari nanti saya akan membagikan ilmu yang saya miliki! Secara Gratis!.

**
Saya tahu penjual buku dan penyelenggara kursus tidak salah. Mereka butuh dana operasional dan biaya lain-lain. Logika mahasiswa fakultas ekonomi saya membenarkan. Pembicara dan penulis pengisi materi juga perlu dihargai. Jika Anda mampu, maka hargailah orang berilmu. Belilah buku mereka yang asli. Bayarlah seminar mereka dengan harga tinggi. Berikan appresiasi dalam bentuk materi.

Tapi tetap saja, dua kejadian ini membuat saya ingin “membalas dendam”. Membagikan ilmu dan buku bagi mereka yang benar-benar tidak mampu. Saya juga ingin membalas kebaikan takmir masjid yang memberikan sebuah buku dan telah mengubah hidup saya. Yang sampai sekarang saya tidak pernah bertemu lagi dengannya.

Darimana saya harus mulai? Dari diri sendiri. Kapan? Sekarang. Emang saya orang kaya, pake nyumbang-nyumbang? Belum kaya. Tapi tidak perlu menunggu kaya untuk berbuat baik. Karena dengan berbuat baik, kita menjadi kaya.

Mulai bulan ini, 1-2 buku akan saya bagikan. Jumlahnya memang sedikit. Tapi lama-lama bisa menjadi bukit. Saya harap teman-teman bisa bergabung. Berbeda dengan gerakan sumbang buku ke perpustakaan atau rumah baca. Disini sifatnya dari teman ke teman. Kita membiasakan membeli 1 buku setiap bulan untuk dikirimkan ke orang lain. Saya percaya kebaikan kecil yang dilakukan secara konsisten akan mengalahkan kebaikan besar yang bersifat sporadis.

Anda tahu, ilmu itu seperti air. Semakin ia dialirkan, diberikan ke orang lain, semakin deras arusnya. Semakin besar energy kinestetiknya. Semakin besar energy potensialnya. Jika air diendapkan, bisa menjadi sarang penyakit. Air yang mengendap kehilangan kodratnya sebagai air. Air hadir untuk mengalir.

Yakinlah, kebaikan akan melahirkan kebaikan. Biar kecil. Meski sedikit. Asal dilakukan dengan ikhlas dan istiqomah, suatu saat akan berbuah manis. Buku-buku yang kita bagi, akan berubah menjadi mawar melati, yang akan ditaburkan di kubur kita nanti.

Manusia tidak selamanya homo economicus. Apalagi homo homini lupus. Kita bisa menjadi homo homini socius.

Manusia adalah teman bagi sesamanya.


Nah! sudah dibaca? Jadi dalam waktu dekat blog Ekonom Gila akan memberikan program bagi-bagi buku gratis buat para pembaca Ekonom Gila. Jadi buat teman-teman yang hobi baca, tongkrongi terus Ekonom Gila. Dijamin! semua gratis tis tis...!!

32 Komentar:

  1. d zaman yang serba gila tak afdol kiranya tak menjadi pengikut "komunitas orang gila"..Bismillah, Aku bergabung

    BalasHapus
  2. Gila... Gila... Gila... Aku suka! ='P

    BalasHapus
  3. Nama blog-nya ganti aja, EG bukan Ekonom Gila, tapi Ekonom Gratis

    BalasHapus
  4. aduh.. ini kok gue keseringan nongkrongin ekonom gila bukannya jadi gila, malah ngerasa makin waras n makin wise aja ya? haha. gila. gila.. keren gilanya!

    BalasHapus
  5. kalau bicara nasionalisme ekonomi, saya suka sekali dengan pemikiran-pemikiran Kwik Kian Gie & Jusuf Kalla,,, barangkali, ekonom selebritis, hanya tinggal mereka berdua yg masih eksis...

    Zulham A. Hafid, kelahiran Palopo, 13 September 1987. Seorang kolerik-melankolis, penyuka film kartun Doraemon. Sehari-hari berusaha menjadi abdi negara yang baik, mengurus ekonomi dan pembangunan di kota kelahirannya. Meraih gelar SE-nya di STIE Muhammadiyah Palopo, walaupun sempat tercatat sebagai mahasiswa Ilmu Pemerintahan Unhas dan kemudian memilih belajar Teknik Sipil di FT-Unhas. Senang memperhatikan gejala sosiologi urban dan tertarik pada sejarah, kebudayaan, ekonomi, marketing, politik dan olahraga. Saat ini berdomisili di kampung Balandai-Kota Palopo, Sulawesi Selatan.

    Korespondensi dapat dilakukan dengan alamat:
    Kantor Walikota Palopo (Lt. 2 R. Asisten Ekonomi & Pembangunan)
    Jl. Andi Djemma No. 66, Kota Palopo, Sulawesi Selatan
    Hp: 081342350532
    email: zul_c05@yahoo.co.id atau

    BalasHapus
  6. Terima Kasih kepada mas Zulham atas partisipasinya, tunggu saja kiriman buku kami. Semangat!

    BalasHapus
  7. baiklah kalo begitu..
    lebih baik lagi jika buku itu hasil tulisan anda sendiri.. makin besar pahalanya.. ya gak? sambil nunggu pemimpin yang bisa menghargai ilmu hingga rela menimbang setiap buku yg tercipta dengan timbangan emas 24 karet eh karat...

    BalasHapus
  8. semoga ekonom gila tetep gila selamanya...
    tak terkontaminasi ama "virus dan bakteri yang telah berspora"...
    gue salut...

    BalasHapus
  9. Terima kasih atas dukungannya, nantikan buku gratis ekonom gila bulan depan, di waktu-waktu yang tidak terduga! :D

    BalasHapus
  10. taufiq prasetyo, 33 tahun, Surabaya

    Sudah lama gila, tapi gila ekonomi sejak tahun 2003.
    Setahun bekerja di pemerintah daerah malah makin gila menulis ekonomi
    Karena kerjanya di bidang industri dan perdagangan makan menulisnya hanya gila pada dua bidang tersebut

    BalasHapus
  11. Mas Taufik Prasetyo, silakan kirim alamatnya ke email kami: ekonom.gila@gmail.com

    Nanti bukunya akan segera kami kirimkan. Terima kasih :D

    Jika ingin bergabung jadi kontributor, silakan kirim juga tulisannya via email. :) ditunggu ya..

    BalasHapus
  12. hem... buku gratisnya sudah habis yah? hehe, saya hanya mau bilang, buku itu penulisnya adalah guru bahasa dan sastra indonesia waktu saya sma. saya sebagai muridnya bangga terhadap beliau! =)

    BalasHapus
  13. Halo mbak Inayah!.. Masih ada kok :D
    Mbak Inayah silakan kirim alamatnya ke email kami atau via komentar disini juga bisa.

    Wah gurunya ya? Selamat!... Tentu muridnya penulis hebat juga. ;)

    BalasHapus
  14. buku itu sangat menarik untuk dibaca ... ^_^
    saat pertama tahu ttg buku itu, saya sangat heran mengapa seorang guru Bahasa Indonesia bisa membuat sebuah novel medis (kesehatan) ...

    @mbak inayah : sekedar info, beliau jg guru saya hingga sekarang ...


    Muhammad Irwan
    Jl. Lasinrang No. 439, Kab. Pinrang, Sulawesi Selatan
    Hp: 085343819508
    email: delta_forcech@yahoo.co.id

    BalasHapus
  15. Terima kasih Mas Muhammad Irwan. Bukunya akan segera kami kirimkan. :D

    BalasHapus
  16. Saya belum pernah baca buku Atonia Uteri; Menemukan Jejak Masa Lalu,kenapa gak beli aja? Uang bulanan saya cuma cukup untuk makan ala kadarnya, transport, dan poto kopi lembaran-lembaran kertas burem di koperasi kampus. Iya, sekalian curhat.


    Saya Santy Novaria, Mahasiswa, Batam.

    Seorang muda yang sangat menghindari bahasan apa saja tentang ekonomi tapi malah terjebak di fakultas Ekomoni dan dengan lancangnya duduk di ruang kelas Akuntansi. Terjerumus diantara angka Debet dan Kredit yang harus selalu balance. Saya pengagum berat penemu ilmu Perpajakan, karena berkat beliau tercipta lapangan kerja di Dirjen Pajak dan adanya fasilitas kesehatan gratis buat masyarakat.

    Saya tinggal di:
    Komp. Taman Cipta Asri Blok J No.80
    Kel. Tembesi - Kec. Sagulung
    Batam 29434

    BalasHapus
  17. mbak novaaa... sebenernya bukunya dah abis, cuman ak lupa update, maaf-maaf.......... ^_^

    BalasHapus
  18. Gapapa, mbak Dyah..

    Semoga laen kali yak.. :)

    BalasHapus
  19. @mbak nova: nggak apa-apa mbak nova. stay tune di EG yaaa... ^_^

    BalasHapus
  20. tengkyu buat ekonomgila yg sdh ngirim buku gratisan NASIONAL.IS.ME...
    moga sukses ekonom gila sukses selalu & tetap gila!!!!

    dokumentasi buku: http://www.facebook.com/photo.php?fbid=2487035107740&set=a.1404925495676.51743.1608550826&type=3

    BalasHapus
  21. saya dulu berniat jadi ekonom, tapi karena ekonomi pribadi gak berubah2, jadi niatnya dihentikan di tengah jalan. tapi sekarang udah jadi guru 'gila'. salam mas. sama2 gila kita, wkwkwkwkwkwk

    BalasHapus
  22. kegilaan adalah kebahagiaan.
    setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya menemukan komunitas orang gila.

    salam gila

    BalasHapus
  23. seneng banget bisa nemu blog kayak gini! incredible!! :D
    #hikmahbrowsing :p

    BalasHapus
  24. Mantab ney blog,bisa nambah wawasan tentang perekonomian indonesia

    salam hangat dan gila

    BalasHapus
  25. Bagus sekali kalau bukunya bisa dibuat e-book. Sehingga ilmunya mudah tersebar dan bermanfaat buat orang lain. Ilmu hanya milik Allah dan semua orang berhak mengaksesnya. Terlebih kalau bukunya udah ga di cetak lagi dan sulit mendapatkannya. Ebook bs mjd solusi penyebaran scr masive.. go indononesia open knowledge.

    BalasHapus
  26. @Anjir: setuju Pak. he.. tapi mungkin ada baiknya kita juga tidak melupakan penghargaan kepada sang penulis. dengan membeli buku kemudian memberikannya adalah bentuk penghargaan.

    bisa dicari jalan tengahnya, membeli dalam bentuk ebook. yang tentunya akan lebih murah dibanding harus bayar uang kertasnya. (c)

    BalasHapus
  27. Atas masukannya Ekonom Gila mengucapkan terima kasih :D
    Semoga Ekonom gila semaki hari semakin Gila!

    BalasHapus
  28. gila emang ekonomi gila soal nya negara kita lagi butuh orang 2 gila buat nylesain masalah kegilaan ekonomi gila bangsa kita...he...he...

    BalasHapus
  29. Kalau memang betul-betul gila, saya pingin bukti...! saya haus bacaan gila

    Mahmud Syarief, S.Pd.I
    Dusun Gamblok RT.03 RW.03 Desa Balerejo Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang
    Kode pos : 56153

    BalasHapus
  30. terimakasih ya atas kiriman bukunya

    BalasHapus
  31. stoknya masi ada ga ... kl ada mari kita bergila ria dalam berekonomi biar ga jeblok kaya rupiah hehehehe.
    cara dapat buku lagi gimana ya.... -d

    BalasHapus
  32. Hahaha...
    Pecinta buku memang gila...
    Kadang tidak peduli yang penting harus memiliki
    Masa SMA membaca buku hampir 24 jam sambil makan, dan minum kopi
    Buku di tangan kanan rokok di kiri
    Nunggu kiriman sambil baca buku
    Kalau tak ada pinjam perpustakaan atau teman
    Kuliah cari orderan untuk beli buku
    Setelah selesai biasa kupinjamkan atau kuberikan
    Pulang hanya bawa badan
    Setelah dapat pekerjaan satu buku satu bulan
    berbagi dengan anak isteri untuk makan
    cari buku gratisan dengan internetan
    Alhamdulillah dapat kiriman
    yang penting ada bacaan giliran sama anak-anak yang rebutan
    dan kadang kami baca berulang-ulang
    Hahaha....
    membaca jadi bahagia
    lupa segalanya
    termasuk perut yang belum ada isinya

    Rawoyo
    SMAN 4 Tegal. Jalan Setiabudi 32
    Kota Tegal
    Jawa Tengah
    Indonesia
    52122

    BalasHapus

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...