Oleh: Ardhi Hiang Sawak
Green Industry yang selama ini diharapkan sebagai terobosan baru
dalam industri dunia demi mendukung terciptanya keberlanjutan ekonomi serta
perbaikan lingkungan menjadi sebuah topic terkini walau gagasan ini telah
dijadikan sebagai bahan konfrensi dunia pada tahun 2009 di filiphina yang
berawal dari harapan banyak orang pada tahun 1985. Banyak harapan yang
ditumpahkan dalam gagasan ini, para ahli perekonomian serta ahli lingkungan
berusaha menemukan konsep terbaik demi terwujudnya Green Industry yang dapat
diterapkan diberbagai belahan dunia dan pada akhirnya di tahun 2009 pencarian
itu menemui titik terang dimana beberapa Negara asia dan Amerika serta didukung
oleh PBB lewat anak organisasinya UNEP (UN Environment Programme)
mempersembahkan hasil awal demi terwujudnya hal itu.
Jika ditelaah, hasil dari konfrensi tersebut sebenarnya tidak
membahas jauh dari apa yang telah diterapkan pada ilmu Manajemen Operasi, yakni
EFISIENSI. Sumber daya perlu untuk diatur sedemikian rupa hingga terciptanya
Green Industry. Karena konsep dasar dari Green Industry adalah efisiensi sumber
daya, tanpa pengaturan yang baik dan system manajemen yang ketat, maka inisiasi
ini akan menjadi sangat sulit untuk diterapkan.
Green Industry menitikberatkan pada penggunaan Resources yang
baik, Efisiensi bahan baku, energy, sampah, pengelolaan karbon, bahkan
transportasi menjadi hal yang utama pada konsep ini. Walau tanpa melupakan
penggunaan energy alternative yang menghasilkan karbon lebih sedikit juga
merupakan salah satu cara dalam green industry. Tetapi dalam bahasan kali ini,
penulis akan menelaah usaha tercapainya green industry dengan pendekatan
keilmuan Manajemen, Khusus Manajemen Operasi dan lebih spesifik pada Efisiensi.
Singkat tentang EFISIENSI
Efisien menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tepat atau
sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang waktu,
tenaga dan biaya) mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat. Itu
merupakan definisi dari efisien, bagaimana dengan efisiensi. Efisiensi adalah
menggunakan sumber daya yang minimum demi mendapatkan hasil yang maksimum.
Lebih bijaksana lagi, dalam imlu ekonomi, efisiensi dapat diartikan sebagai
pemaksimalan input demi mencapai hasil yang maksimal pula, baik produksi barang
atau jasa. Lebih terdengar seperti prinsip ekonomi, tetapi inilah ilmu
manajemen operasi. Tetapi pada prakteknya, input dari resources tidak terlalu
jauh baik dari segi kuantitas dari output yang dihasilkan. Jika kita lihat
dalam formula, maka dapat dituliskan seperti ini.
Efisien = Output/Input
Secara sederhana dapat kita simpulkan sama seperti apa yang
telah kita tuliskan diatas, bahwa dengan penggunaan input yang baik dan
pemanfaatan yang maksimal, kita dapat mendapatkan output yang maksimal pula.
Hal inilah yang menjadi kunci utama dalam Green Inndustry.
Efisiensi sebagai kunci Green Industry
Seperti yang telah kita ketahui, efisiensi adalah gagasan dasar
terwujudnya industry yang berbasis kehijauan. PT Astra Agro Lestari merupakan
salah satu contoh perusahaan yang mulai menerapkan efisiensi sebagai basis
green industry mereka, berikut penggalan berita yang dilaporkan oleh
www.greenradio.fm, jumat, 4 Maret 2011.
“Astra Terapkan Green Industry
Kelompom usaha Astra yang bergerak dalam berbagai bidang telah
melakukan konsep green industry sejak tahun 90-an. Menurut M. Riza Deliansyah,
Head – Environment & Social ResponsibilityDivision Astra Internasional
mengatakan bahwa pihaknya selama ini telah berkomitmen melaksanakan konsep
green industry lewat 3 aspek yaitu sosial, lingkungan dan ekonomi.”Ada 145
perusahaan di seluruh Indonesia yang sudah melakukan konsep itu. Dan kebijakan
kami, mewajibkan setiap anak perusahaan untuk mengimplementasikan Astra Green
Company, minimal peringkat hijau dan efisiensi sumberdaya alam dan energy
minimal 5% persatuan produk,” tandasnya.
Apa yang disampaikan Riza Deliansyah diamini oleh Joko
Supriyono, Direktur Astra Agro Lestari yang menjadi salah satu anak perusahaan
Astra Grup. ”Social responsibility diterapkan dengan prinrip care to local
people. Astra Argo Lestari telah mengembangkan 65.000 hektar plasma. Dari yang
dikembangkan itu telah membantu 38.000 kepala keluarga,” kata Joko Supriyono.
Dalam perkebunan plasma ini, kata Joko, masyarakat lokal yang
memiliki laham seluas 1-4 hektar mendapat bantuan untuk mengembangkannya agar
mandiri dan menghasilkan. Program plasma ini berhasil mengangkat kualitas
kehidupan petani local dengan cara berkelanjutan, dimana saat ini rata-rata
petani dapat menghasilkan uang 5 hingga 10 juta rupiah per bulannya.
Soal penerapan ramah lingkungan PT Astra Argo Lestari kata Joko,
bahkan secara khusus menerapkanenvironmentally friendly lewat prinsip care to
planet. ”Kami secara khusus menggunakan bahan bakar produksi dari limbah
cangkang dan serat sawit dan bahan bakar soalr kami gunakan pada instalasi awal
saja. Selanjutkan proses composting limbah padat, water management dilahan
gambut sehingga untuk menjaga tingkat air dan meminimalkan emisi. Hal lainnya
adalah kami menggunakan agen biologi untuk hama seperti burung hantu dan ulat,
konservasi mangrove di pinggir pantai Sumatra Barat, dan High Conservation
Value (HCV). Itu semua dilakukan Astra Argo Lestarikan dalam mengelola kebun
sawit yang sesuai dengan prinsip green industry sehingga kami mendapat
penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup yaitu penilaian peringkat hijau
pada 2010 lalu,” ujarnya.”
Pada contoh diatas dapat dilihat bahwa PT Astra Agro Lestari
menerapkan kehijauan pada emisi dan renewable energy. Langkah tersebut
mencerminkan penghematan sumber energy dimana mengindikasikan perusahaan
menggunakan sumber energy seefiesien mungkin tanpa membuang-buang bahan bakar
yang ada, apalagi kalau mereka masih menggunakan bahan bakar fossil.
Sebagai tindak lanjut dalam efisiensi sumber daya, ada beberapa
hal yang harus kita perhatikan, yakni :
• Pemaksimalan pemanfaatan sumber daya (resource)
• Low-carbon Industry
• Good Transportation system
Pemaksimalan pemanfaatan sumber daya (resource)
Ketika bahan baku ditetapkan oleh perusahaan pada hilir proses
produksi, perusahaan telah menghitung berapa sumber daya yang diperlukan untuk
memroduksi sedemikian produk dengan kuantitas tertentu. Tetapi apakah sumber
daya ini bisa digunakan sepenuhnya secara maksimal atau tidak tergantung pada
midstream atau proses pembuatan.
Ketika proses pembuatan dilakukan, pada saat inilah konsep
efisiensi harus diterapkan. Sebuah perusahaan pembuat otomotif akan
memperhitungkan berapa jumlah bahan yang diperlukan untuk membuat 100 buah
jenis kendaraan yang sama. Ketika perusahaan tersebut dapat memaksimalkan
sumber daya yang dipakai, maka dengan membeli bahan yang berkecukupan pun tidak
akan menyebabkan kekurangan bagi perusahaan dalam memproduksi jumlah kendaraan
tersebut atau bisa disebut “Produksi Pasti Pas”.
Dengan adanya efisiensi dalam perusahaan mengindikasikan bahwa
makin sedikitnya sampah yang dihasilkan dalam proses produksi sebelum akhirnya
sampe ke hilir. Sumber daya dimanfaatkan sampai titik maksimalnya sedemikian
rupa hingga mencapai output yang optimal. Bermula dari titik inilah Green
Industry terbentuk, “Less Waste” berarti pencemaran dikurangi, yang berarti
industri dapat membantu mempertahankan ekologi yang baik dan berkesinambungan tanpa
mengindahkan pendapatan yang maksimal. Karena permasalahan yang timbul saat ini
adalah pabrik masih belum mampu menanggulangi sampah hasil produksinya, sampah
tercipta tetapi produksi kurang maksimal dan banyak barang produksi yang tidak
terpakai. Alangkah sayangnya sampah ini terbuang tetapi produksi perusahaan
tidak optimum. Lagipula, perusahaan memerlukan waste Management dalam proses
produksinya, demi mendukung Green Industry.
Akan tetapi dalam prakteknya, perusahaan jangan sampai melupakan
Total Quality Management (TQM). Walaupun perusahaan diharapkan untuk tetap
mempertahankan efisiensinya, perusahaan juga diharapkan tetap mengacu untuk
menghasilkan produksi tanpa kecacatan atau Zero Defect. Jangan sampai demi
menggunakan sumber daya yang maksimal, malah melupakan mempertahankan kualitas
produk. Just In Time merupakan salah satu solusi dalam pengadaan bahan baku
sehingga bahan baku tidak terdepresiasi lebih besar nilainya di dalam
Inventory.
Low-Carbon Industry
Perusahaan juga dapat melakukan Green Industry dengan melakukan
manajemen dalam penggunaan bahan bakar dan energy. Bahan bakar sangat berperan
penting dalam proses produksi atau midstream. Tidak ada produksi yang dapat
dilakukan tanpa menggunakan bahan bakar sebagai penggerak mesinnya. Akan digerakkan
dengan apa jika tidak ada bahan bakar sebagai sumber energinya.
Di Indonesia, masih banyak perusahaan yang masih menggantungkan
produksinya pada penggunaan Bahan Bakar Fossil. Bensin memiliki oktan sebanyak
88 ikatan, hal ini menyebabkan makin banyak carbon yang akan terlepaskan dalam
penggunaannya. Efisiensi dalam penggunaan bahan bakar disini juga menjadi
sangat penting dalam proses di midstream.Bayangkan betapa banyaknya asap yang
mengadung CO (Carbon Monoksida) jika perusahaan tidak mengatur dengan baik
bahan bakar yang digunakkannya.
Selain pengaturan, perusahaan juga dapat melirik penggunaan
bahan bakar terbarukan (renewable energy) untuk mengurangi ketergantungan
terhadap Bahan Bakar Fossil dan penggunaan teknologi termuktahir untuk
mengurangi volume asap akibat penggunaan bahan bakar fossil.
Good Transportation System
Efisiensi juga diperlukan dalam pengaturan jalur distribusi
sebuah perusahaan. Efisiensi biaya pengiriman serta penggunaan bahan bakarnya
pun harus diperhitungkan. Secara sederhana, semakin baik perusahaan dalam
melihat jalur dan pemetaan yang baik dengan bantuan Center of Gravity serta
Global Positioning System, pemilik keputusan akan sangat dibantu dalam
pengaturan terbaik dalma proses trasnportasi. Biaya dapat diperhitungkan dan
bahan bakar dapat diatur.
Jika perusahan tidak bijak dalam penggunaan biaya dalam
transportasi, maka akan sangat merugikan perusahaan dalam penghitungan Income
Statement. Jika tidak bijak dalam menentukan, maka penggunaan bahan bakar pun
menjadi tidak bijak dan pada akhirnya hanya menambah emisi yang berdampak
langsung pada alam. Kebijaksanaan perusahaan pun menjadi kunci penting dalam
proses trasnportasi dari Up-Stream ke Down-Stream.
Kesimpulan
Green
Industry merupakan hasil dari keberhasilan perusahaan dari menerapkan system
manajemen operasi yang baik. Sehingga tidak menutup kemungkinan ketika ada
perusahan yang ingin merubah diri menjadi sebuah green industry akan sangat
menjadi mudah ketika ia telah memiliki manajemen operasi yang baik.
0 Komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...