Sabtu, 30 April 2011

Palugada

Oleh: Yoga PS


“Eh bos, lagi maen (bisnis) apaan neh sekarang?”
“Palugada”.
“Apaan tuh?”
“Apa lu butuh, gua ada”.

Percakapan diatas bukanlah manuksrip dari laut mati yang sedang diperebutkan oleh Israel dan Negara arab. Karena percakapan diatas adalah hasil chating saya dengan teman SMA beberapa bulan yang lalu. Tom namanya. Eit, jangan dikira keren ya. Tom itu nama panggilan. Nama aslinya sih Ferdi. Tapi anak2 lebih seneng manggil Tom, kependekan dari Tombro. Karena dulu agak susah membedakan muka dia dengan tampang ikan Tombro.

Dia kuliah di perkapalan ITS. Jurusan yang mempelajari kapalan di kaki. Oh bukan sodara-sodara, tapi kapal beneran. Dan untungnya setelah lulus dia tidak bekerja di kapal-kapalan atau berjualan kopi kapal api. Sorry, ini sudah malam dan saya tidak tahu harus menulis apa. Tapi karena Anda sudah terlanjur membaca, sebaiknya saya lanjutkan saja.

Kami sudah lama tidak berjumpa. Setelah sharing cerita dan pengalaman, akhirnya saya tahu kalau dia sedang maen (bagi saya bisnis itu permainan :D) di sektor minyak. Konsep bisnisnya sederhana koq: jualan minyak. Dia sewa kapal, beli minyak, trus diangkut kepasar. Yang menarik bagi saya adalah konsep palugada yang ia tawarkan.

Jadi selain mengangkut minyak, kapal yang ia sewa juga menjual barang-barang kebutuhan ABK yang sedang melaut. Mulai sembako, peralatan, kebutuhan sehari-hari, sampai istri. Oh maaf, teman saya belum mau buka bisnis prostitusi. Pokoknya apa yang kira-kira dibutuhkan, pasti ia sediakan.

Inovasi. Ekspansi. DIversifikasi
Secara konsep, palugada adalah semangat mencari peluang. Ia membuka mata pengusaha untuk terus berupaya memenuhi kebutuhan pelanggan, tak terpaku hanya pada bisnis inti saat ini. Ujung-ujungnya, spirit palugada terus mendorong semangat inovasi dan ekspansi. Kebutuhan dasar untuk menciptakan konglomerasi. Palugada menciptakan customer oriented driven business. Melihat kebutuhan pelanggan dan tak terpaku pada kemampuan perusahaan saja. Berusaha menciptakan diversifikasi usaha.

Pasti Anda sering melihat perkembangan pengusaha-pengusaha kecil disekitar kita. Mulanya Cuma jualan sembako, naik pangkat jadi agen gas, trus buka depot pengisian air minum, tak lupa jual pulsa, akhirnya buka rental mobil. Mereka berkembang karena konsep palugada, dan bukan karena memelihara tuyul. Apalagi ikutan kuis cepat kaya di tipi-tipi.

Banyak perusahaan besar yang menerapkan palugada dan terbukti sukses. Anda tahu Astra International (ASII)? Perusahaan yang didirikin om Liem ini benar-benar palugada tulen. Anak perusahaannya sampai 150 lebih. Mulai dari sector keuangan hingga infrastruktur. Dari jualan motor sampai minyak goreng. Padahal kalau dilihat dari sejarahnya, dulu dia hanya pedagang rempah2 yang sukses menjadi importir truk.

Konsep palugada juga dimiliki oleh Bakrie grup. Pendiri grub ini, Ahmad Bakrie, memulai usahanya dari berjualan kue-kue dari rumah kerumah. Ngecer. Kue berganti hasil bumi, lalu berkembang menjadi penguasa batu bara hingga property. Hebatnya lagi jika sedang marah, bosnya bisa menenggelamkan satu kota dengan lumpur dan menciptakan Kuala Lumpur baru di Jawa Timur. Ampon kakak….

Kayaknya hampir semua holding company (perusahaan yang berpegangan :p) menerapkan prinsip palugada. Eh, tapi ada sisi negatifnya juga loh.

Efek Samping
Tidak selamanya palugada itu baik. Ada kalanya palugada justru menjadi racun bagi perkembangan bisnis itu sendiri. Semangat yang over ekspansif biasanya tidak didukung pengembangan core competency (kompetensi inti) yang memadai. Penyakit ini menyerang konglomerat2 kita zaman dulu. Karena saking banyak bisnisnya, banyak yang ga keurus. Pas ada krisis moneter 98, ambruk semua dah.

Aduh. Apaan sih om, core competency itu? Misalnya situ adalah penjahit pakaian dalam (contoh yang lebih mesum ga bisa ya bos?). Nah ternyata banyak pelanggan Anda yang mengeluh kesulitan mencari makanan enak. Lalu Anda berpikir: hey, kenapa tidak sekalian saya buka restoran?

Jika menggunakan pendekatan manajemen strategis, maka usaha restoran itu termasuk ekspansi yang tidak berkaitan dengan core competency. Biasa njahit koq mau masak. Beda ceritanya jika Anda buka toko kain. Ini tergolong vertical expansion dan memiliki risiko kegagalan yang lebih kecil. Kecuali Anda mencari tenaga professional yang biasa masak dan mengelola restoran. Anda tetap focus menjahit.

Contoh paling terkenal dalam kegagalan palugada adalah kasus GE. General Electric. Ada kata general membuat GE punya anak perusahaan yang sangat banyak. Dari jualan lampu, asuransi, sampai solusi keuangan. Kinerja buruk terus menghantui. Hingga datang CEO legendaris mereka: Jack Welch.
Welch terkenal dengan golden rule yang boleh dibilang kejam:
“Menjadi nomor 1 dan 2 dipasar atau tidak sama sekali”.
Welch menganalisa semua anak perusahaan GE lalu menawarkan solusi: perbaiki atau tutup. Dia menutup dan menjual anak perusahaan yang tidak bisa bersinar dipasar dan hanya mempertahankan bisnis yang menjadi market leader. Bagaimana nasib karyawan? Pecahkan saja gelasnya biar ramai… saat itu Welch sangat terkenal karena memecat ribuan pegawai GE.

Saya ingin berkata: semangat palugada adalah nilai yang sangat baik. Tapi semua harus kembali ke konsep dasar dari bisnis itu sendiri. Sebelum melakukan ekspansi, coba pikirkan: Apa ultimate competitive advantage yang dimiliki? Kita jagoan dibidang apa? Apa yang membuatnya berbeda? Apa keunggulannya sehingga harus dipilih pelanggan daripada perusahaan pesaing?

Inti dari bisnis adalah memberi. Membantu orang lain. Membuat dunia menjadi lebih manusiawi. Jika Anda sedang bingung pingin bisnis apa, cukup bertanya pada diri sendiri: “Apa yang bisa saya lakukan untuk membuat hidup orang lain menjadi lebih baik, lebih mudah, dan lebih indah?”.

Urusan uang? Ah, itu cuma tujuan sampingan agar permainan ini sedikit lebih menyenangkan :).

Pencerahan

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

1 Komentar:

  1. ada cowok ga gan? wakakakaa... baru baca komplitnya hari ini. "apa yang bisa saya lakukan membuat hidup orang lebih baik, lebih mudah, lebih indah?" truly luv diz..

    BalasHapus

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...