Rabu, 11 Mei 2011

Kapital di Setiap Petak Bumi yang Kita Pijak

Sering mendengar istilah kapital? Kapitalisme? Istilah yang selalu dikonotasikan negatif, padahal setiap kata hanya simbol semantik tanpa nilai.Yang memberi nilai kemudian adalah si pemilik persepsi yang mencermati "kata" tersebut.
Setuju nggak?

Oh iya, back to capital. Selama ini orang-orang selalu mendefinisikan capital itu berarti modal.. Dan senantiasa terkait dengan yang namanya uang. Tapi apa benar seperti itu? Apa kapital itu hanya uang semata?

Menurut Hernando de Soto dalam bukunya"The Mystery of Capital", dalam bahasa Latin abad pertengahan, kata "kapital" (capital) diartikan sebagai seekor sapi atau hewan ternak lainnya, yang merupakan sumber kekayaan penting disamping daging yang mereka sediakan. Contoh misalnya: kambing yang bisa dimanfaatkan dagingnya, bulunya, susunya, dan juga tanduknya. Sapi juga demikian. Lebih jauh lagi, susu yang dihasilkan juga dapat diolah menjadi yoghurt, keju, dan produk-produk olahan lainnya.

Dengan demikian istilah kapital berawal dari melakukan dua pekerjaan secara bersamaan, menangkap dimensi fisik aset-aset (dalam hal ini contohnya hewan ternak) sebagaimana potensi mereka untuk menghasilkan nilai tambah.

Sehingga bila dikaitkan dengan negara, para ekonom umumnya mendefinisikan "kapital" sebagai bagian dari aset-aset sebuah negara yang mengawali surplus produksi dan meningkatkan produktivitas.

Tulisan De Soto dalam bukunya (The Mystery of Capital) tersebut sebenarnya membahas tentang kontroversi kepemilikan lahan. Lahan-lahan kosong menurut De Soto seharusnya segera dikapitalisasi oleh pemerintah terkait agar lahan tersebut bisa lebih produktif dan memberi kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian suatu negara.

Terkait tentang produktivitas, De Soto percaya bahwa Adam Smith dan Karl Max meyakini bahwa kapital adalah mesin yang menggerakkan ekonomi pasar.

Bagi Smith, spesialisasi adalah sumber dari produktivitas dan kekayaan bangsa-bangsa. Smith percaya bahwa fenomena kapital adalah konsekuensi dari kemajuan alamiah manusia dari sebuah masyarakat berburu dan meramu, pedesaan serta pertanian, menuju masyarakat perdagangan. Atau secara sederhana, fenomena kapital adalah keniscayaan dari perkembangan masyarakat dari tradisional menuju masyarakat modern.

Smith menekankan satu hal yang merupakan inti dari misteri kapital: agar aset yang dikumpulkan bisa menjadi kapital aktif dan faktor produksi di dalamnya bisa bekerja, maka ia harus ditentukan dan diwujudkan ke dalam bentuk subjek tertentu "yang berlangsung beberapa waktu, paling tidak setelah itu tenaga buruh tidak diperlukan lagi. Persediaan tenaga buruh dalam jumlah tertentu diperlukan agar bisa dipergunakan di kesempatan lain". Smith mengingatkan bahwa tenaga buruh yang diinvestasikan dalam menghasilkan aset tidak akan lagi mampu menciptakan nilai apabila tidak ditentukan dengan persis.

De Soto memaknai kapital yang dimaksudkan Smith bukanlah akumulasi aset itu sendiri, melainkan potensi yang ia miliki untuk menciptakan kegiatan produksi yang baru. Potensi ini bersifat abstrak dan harus diolah menjadi bentuk nyata sebelum kita dapat melepasnya. Dalam hal ini, Soto mengibaratkan kapital seperti potensi energi nuklir dalam batu bata Einstein. Menciptakan kapital juga memerlukan proses konversi semacam itu.

Dalam sejarah, kapital telah kehilangan makna intinya..

Setujukah Anda???

NB: tulisan ini sebenarnya sudah pernah saya posting di note fb. Namun ditambah sedikit penambahan-penambahan.

Dya Ry

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

2 Komentar:

  1. Dalam prakteknya kapital punya banyak bentuk: physical capital dan human capital. Kalau dalam tulisan diatas sepertinya penekanannya lebih ke physical capital (mesin, komputer, lahan, dll), namun sekarang yang banyak dibahas itu human capital (yang mencakup pendidikan, kesehatan, dll yg sifatnya intangible). Investasi ke human capital jg diharapkan punya spillover effect, terutama investasi ke pendidikan. Tapi ada trade off juga: ongkos investasi pendidikan besar di awal (terutama utk riset sains murni/pure science) dan kadang ketidakpastian returnnya tinggi: high risk high return.

    Anyway, kalo sempat boleh jg berkunjung ke blog kami ya: http://obrolanangkring.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. yup!... :) tul betul.. itu physical capital aja.. ini pengantar aja untuk masuk ke tulisan selanjutnya.. hihihii :D thanks yaa.. btw secara personally dah pernah berkunjung, cuman nggak pernah ninggalin jejak :D ntar ninggalin jejak kaki deh.

    BalasHapus

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...