Oleh: Riza Rizky Pratama
Pasar tradisional. Apa yang terlintas di kepala anda jika mendengar dua kata tersebut? Becek, bau, kotor dan segala tetek bengek kekurangannya. Ok cukup main kotor-kotorannya hehe. Mungkin anggapan seperti itu sangat relevan di masa lalu. Namun anggapan itu sekarang mulai terbantah dengan bermunculannya pasar tradisional gaya baru di Indonesia. Pasar-pasar tersebut diberi nama pasar modern (aneh ya,tapi itulah nama yang diberikan oleh si developer :)).
Baiklah, saya mulai cerita ini dari pasar modern yang ada di dekat lingkungan rumah saya. Kebetulan saya tinggal di dekat salah satu kawasan elit di selatan Jakarta yaitu Bumi Serpong Damai atau biasa disingkat BSD (biar di pinggir tetap elit :p). Kawasan yang dibangun oleh om Ciputra ini sekarang tengah menjadi sentra bisnis properti yang menjanjikan. Di masa si om, pasar tradisional yang ada di sekitar BSD hanya dibiarkan begitu saja. Kotor, bau, becek plus asap knalpot angkot campur jadi satu kayak gado-gado yang gak enak rasanya (hueeekk). Namun keadaan itu berubah ketika BSD diambil alih atau lebih tepatnya dibeli oleh Sinar Mas Grup. Grup bisnis yang cukup ternama di Indonesia ini menyulap BSD menjadi kawasan bisnis terpadu lengkap dengan fasilitas pendidikan, kesehatan dan beragam kemewahan lainnya. Untuk info lebih lanjut hubungi no 555xxx (loh kok jadi promosi property,hehehe).
Ok, kembali ke tooopiiikkk (tukul mode on :p). Singkat cerita, setelah tampuk manajemen kawasan BSD beralih dari om Ciputra ke pihak Sinar Mas Grup, pasar tradisional yang tadinya sumpek ikutan "disulap" menjadi pasar tradisional bernuansa modern. Ketika pertama kali saya dan keluarga datang ke pasar ini, bapak saya bilang kalau pasar modern ini mirip dengan freshmarket di Jepang (jadi pengen ke Jepang hoho). Kenapa bisa begitu? Hal ini bisa terjadi berkat kerjasama yang apik antara pihak pengelola pasar modern dengan para pedagang yang dulu berjualan di pasar yang lama. Para pedagang direlokasi ke tempat yang baru sehingga mereka tidak kehilangan mata pencaharian. Selanjutnya mereka pun dikelompokkan sesuai dengan barang dagangannya. Jadi bagi anda yang berniat belanja di pasar ini tak perlu khawatir dan kebingungan mencari kebutuhan sembako sehari-hari. Bagi yang ingin cari jeroan, daging sapi, daging kambing dan lainnya, tinggal meluncur ke lapak daging. Kemudian bagi yang ingin cari daging ayam baik yang sudah mati ataupun hidup, anda tinggal langkahkan kaki ke lapak daging ayam. Terus kalau yang mau cari sayuran gimana? Anda tinggal mendatangi lapak sayuran yang tentunya segar dan hijau.
Ah kayaknya cerita saya sama saja ya dengan pasar tradisional lainnya. Eits tunggu dulu hehehe. Sebagai catatan, semua lapak tersebut ditandai dengan "traffic sign" seperti yang ada di supermarket (sangat mirip loch). Lapak-lapak tersebut diposisikan secara terpisah, jadi anda tidak akan menemukan sayuran bau ayam hehehe. Kemudian selain memiliki pasar basah seperti yang saya sebutkan sebelumnya, pihak pengelola juga menyediakan pasar kering yang berisi aneka produk kelontong, baju dll. Terus kalau lapar habis belanja seharian gimana? don't worry be happy. Di dalamnya juga disediakan beraneka ragam tempat makan dengan pilihan makanan mulai dari baso, bubur ayam, mie ayam, aneka soto, chinese food, etc. Belakangan pihak pengelola juga menjadikan area di sekitar pasar menjadi tempat wiskul alias wisata kuliner di malam hari (suasananya kayak hongkong or singapore di malam hari loch). Sayangnya untuk yang satu ini saya belum pernah mencoba tapi hanya melihat saja hehehehe :p. Oh ya satu lagi, bagi anda yang bawa kendaraan gak usah takut kemalingan karena di sini disediakan area parkir yang cukup luas dilengkapi pengamanan ala mal-mal getoh hehe. Hal menggembirakan lainnya bahwa langkah ini mulai diikuti pengembang properti lain di sekitar BSD seperti Bintaro, Pamulang dan sekitarnya.
Lantas hikmah apa yang bisa dipetik dari cerita ini? Secara pribadi, saya melihat nuansa keadilan ekonomi di pasar ini. Selama ini jika melihat atau mendengar tayangan properti, saya cenderung skeptis dan apatis karena tayangannya hanya menampilkan kemewahan serta cicilan yang konon hanya puluhan juta per bulan (itu duit apa daun pak???). Tapi dengan konsep pembangunan pasar modern BSD City yang ditawarkan oleh Grup Sinar Mas ini setidaknya menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mementingkan keuntungan pribadi tetapi juga kemanfaatan bersama. Meskipun hal ini tidak lepas dari kepentingan promosi si pengembang, upaya ini patut kita apresiasi. Last but not least, mengutip ungkapan begawan manajemen dunia Peter Drucker dengan sedikit gubahan dari saya, "Tidak ada pasar tradisional yang sumpek, yang ada hanya pasar tradisional yang salah kelola" (nyambung ga ya?? piss om hehehe)
0 Komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...