Rabu, 29 Juni 2011

Sensasi Pasar Tradisional

Ajegile tante, ada gitu sensasinya? Yang ada becek dan bau... Hahaha... ehm... coba deh ada yang mengklaim pasar tradisional sebagai budaya negaranya, jiwa patriot kita berkobar-kobar untuk merebut dan mengakui kembali "Ini Hanya Ada di Indonesia", "Hanya Milik Indonesia", dengan berbagai aksi patriotisme romantis abissss... Aaaah sudahlah kok jadi sentimen gitu, kalo mau curcol ya curcol aja gitu looooh...

Well, saya mau dari customer view aja banding-bandingin dikit, soalnya pengelolaan atau dampak perekonomian nggak ahli-ahli banget, apalagi akuntansi untuk pedagang pasar saya tidak menguasai dan nggak tau nyari di mana. Xixixi... Dalam perbandingan ini tentunya dengan modern market (supermarket dan hypermart, berbeda dengan makna pasar tradisional yang well organized yang pernah dibahas EG).

See, Ask, and Go

Inilah kepraktisan yang saya cintai dari pasar tradisional. Datang, lihat, dan kalo nggak kelihatan tanya "jual xxx ga?", bahkan kalopun ga ada jual masih saya tanyain "yang jual xxx di mana ya?", kalo udah ada barangnya dan sesuai dengan yang dikamsud tinggal tanya harga, mulailah aktivitas menawar (walaupun beda 1000 atau 500 itu nggak signifikan bagi saia, entah mengapa selalu minta turunin harga... hahaha...), terus bayar, barangnya jangan lupa dibawa, dan pergi. *Hidup pecinta kepraktisan!*

Simple! Ga bikin laper mata (seperti belanja di modern market)! Mau beli apa, ya beli then go! Nggak beli yang nggak perlu dan hemat waktu.

Berasa Ratu

Pembeli adalah raja, katanya orang. Well, berhubung cewek ya ratu dong ya, hahaha... gimana sih tuh rasanya jadi ratu? Coba aja ndiri! Saya sih sedikit-banyak merasa jadi ratu beberapa menit sewaktu belanja di pasar tradisional.

Baru terlihat "kayak mau beli doang" saya ditanyain mau beli apa, kalau ada ditunjukkan ke tempat barang tersebut berada, kalau nggak ada diberi referensi tempat lain yang menjual. Mau beli boleh pakai gaya suka-suka, mau milih sendiri or dipilihin, mau berebutan dan dorong-dorongan juga hayuk... wakakakaka...

Senyuman selalu menghiasi wajah penjual, sambil menyebutkan harga dan menerima bayaran. Udah bayar terus nanya-nanya lagi masih diladenin dan beli yang kelupaan nggak usah pake antri lagi, langsung serobot... Hahaha... senang saia!

Kesepakatan 

Mungkin saya memang lemah dalam memilih dan menawar. Dalam memilih, maklom saja hanya mengandalkan insting dalam memilih soalnya seumur-umur nggak pernah milih sayuran ataupun buahan, kalau daging dan ayam *aiiiiih...* menyentuh saja nggak berani. Kalau menawar yaaa hanya sekedar nawar (formalitas biar ga terkesan oon dan tajir... bedeeeeh...) dan parahnya nggak kekeh nawar... hahahay... gimana seh ini?

Yang saya lihat adalah kesepakatan harga sebagai suatu solusi. Mungkin untuk orang seperti saya yang tergolong newbie berbelanja di pasar tradisional, membuat kesepakatan harga dengan saya adalah perkara mudah bagi penjual! Saya nggak punya referensi harga sih, tapi bukan nggak mungkin kalau saya nantinya tau (semakin kecil asimetri informasi) dan saya berjiwa getol, masih bisa dinego. 

FYI saya price senstive loh kalau belanja di modern market! Saya liat yogurt Cimory dijual 9000 aja saya nggak mau beli, setau saya sih biasanya 6000 lah, dan coba deh kalaupun saya mau nawar, manager G***** nggak bakal nurunin harga Cimory, got it? Di modern market, ada kesepakatan tidak tertulis: Penjual menetapkan harga, dan pembeli beli aja!

Kenyamanan Berbelanja 

Yang menjadi faktor psikologis dan kenyataan bahwa modern market lebih diminati, dikarenakan kenyamanan berbelanja di sana, bersih dan adem. Kalau saya rasa-rasa, ada satu lagi sih: karena nggak ada rasa segan kalau-kalau nggak cocok harga terus nggak jadi beli. Harga telah tertera, pembeli hanya memutuskan. Bahkan ngeliat-liat 1 jam dan megang semua barang tapi nggak beli apa-apa juga boleh, definisi saya: kenyamanan cuci mata!

Memang, kelemahan terbesar dari pasar tradisional adalah kenyamanan berbelanja. Mengapa harus malu untuk sesuatu yang memang nyata-nyatanya benar: pasar tradisional nggak jauh dari kesan jorok! Kita masih bisa memilih yang sesuai dengan mood kok, lagi mau praktis (ini mah tergantung orangnya sebenarnya), memuaskan hasrat nawar or mencari kenyamanan dan cuci mata ;)

***

Ya, gitu deh... sekedar curcol dan berbagi. Lebih suka yang mana, ehm... sensasinya beda-beda sih!

Olivia Kamal

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 Komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...