Kamis, 21 Juli 2011

Spiderman Career Cycle Part 2 & 3 (End of Story)

Oleh: Riza Rizky Pratama

Setelah mendapat banyak permintaan dari penggemar, saya akan menutup pembahasan siklus karir spiderman dengan artikel pamungkas (dua siklus sekaligus :P). Sedikit cuplikan, artikel pertama lebih banyak membahas tentang kisah Peter Parker mengawali karirnya sebagai pahlawan super serta hubungannya dengan siklus awal yang biasa dialami kalangan pekerja pada umumnya. Nah, untuk artikel ini saya akan membahas tentang fase dimana seorang Spiderman pun bisa menjadi “galau” di tengah perjalanan karirnya (apalagi kita:P) dan sindrom lupa diri ketika Spidey berada di puncak karir. Selamat menikmati.

Spiderman #2 Career Cycle: Ketika Rasa Galau Melanda
Di film kedua, Peter mulai memasuki babak baru sebagai mahasiswa. Untuk menyambung hidup, dia juga bekerja sebagai fotografer amatir di Daily Bugle. Selain menjalani hidup secara normal, aktivitas utama Peter sebagai superhero tetap dijalankan di sela-sela kesibukan menimba ilmu dan mencari nafkah (superrrrr :d).
Well, sepertinya tidak ada masalah yang berarti pada aktivitas tokoh pahlawan super dari komik Marvel ini. Setelah Peter bertransformasi menjadi pribadi “multitasking”, rasa lelah yang amat sangat mulai melanda. Kegiatan membasmi kejahatan, melompat dan menempel dari satu gedung ke gedung lainnya membuat kuliah Peter menjadi kurang fokus. Hal ini diperparah lagi ketika pujaan hatinya, Mary Jane terancam direbut orang. Akibatnya Peter mengalami sindrom galau tingkat tinggi (ngarang banget :P).
Rasa “galau” akibat komplikasi kegagalan di beberapa lini kehidupan Peter mulai memunculkan pertanyaannya di benaknya: siapa saya? Apa tujuan utama saya menjadi Spiderman? Mengapa aktivitas kepahlawanan ini merenggut kehidupan pribadi saya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menggiringnya kepada suatu keputusan: saya harus berhenti dari profesi Spiderman!! (kata-kata ini hanya karangan belaka :P). Akhirnya Peter kembali memulai hidup sebagai mahasiswa biasa yang rajin kuliah dan meninggalkan profesi utamanya sebagai seorang Spiderman.

Ternyata keadaan tersebut tidak berlangsung lama. Suatu kali, Mary Jane mengajak Peter bertemu di sebuah restoran. Tujuan Mary Jane yaitu ingin mengetahui apakah Peter benar-benar mencintainya atau tidak. Belum selesai mereka berbicara, sekonyong-konyong sebuah mobil terlempar ke restoran tempat mereka bertemu. Untung saja insting spidey Peter muncul kembali dan dengan sigap dia menyelamatkan Mary Jane dari terjangan mobil tersebut. Ternyata ini adalah ulah Doctor Octavius alias Doc-Oc yang dahulu adalah ilmuwan panutan Peter yang kini menjelma menjadi makhluk mengerikan akibat ciptaannya sendiri.

Ternyata aksi brutal Doc-Oc bertujuan untuk memancing Spiderman keluar dari persembunyiannya. Marah karena MJ diculik, naluri spidey Peter pun kembali. Dia bersumpah akan menyelamatkan MJ bagaimanapun caranya. Singkat cerita, peristiwa itu meneguhkan kembali tekad Peter untuk kembali jadi Spiderman, pahlawan super sahabat masyarakat. Bagi yang sudah nonton film kedua Spiderman pasti tahu akhir ceritanya, jadi saya tidak perlu sampaikan lagi ya hehe (bisa jadi blog movie maker gila nanti :D).

Lalu apa sich hubungan sekuel Spiderman dengan siklus kedua dalam karir kita sehari-hari? Kalau anda menyimak petikan ilustrasi pada bagian sebelumnya secara seksama, anda pasti sudah bisa menebak bahwa saya akan cerita tentang fase galau di pertengahan karir. Saya dan anda pasti pernah mengalami kondisi hati seakan-akan pekerjaan yang kita lakukan begitu melelahkan dan merenggut kehidupan pribadi kita. Tujuan ilustrasi yang saya paparkan di atas yaitu ingin menggambarkan kondisi bosan, kelelahan hati & fisik serta disorientasi dalam bekerja yang biasa kita alami di tengah perjalanan karir kita.

Well, hal itu lumrah kok. Mengutip perkataan Dr. Yusuf Qardhawi (sumber dari time organizer board saya hehe), beliau menyatakan bahwa:

“Didalam membagi waktu kerja sebaiknya harus ada waktu yang terluang meskipun sedikit untuk beristirahat atau melepas lelah, karena hati atau jiwa juga bisa merasa lelah dan bosan seperti halnya tubuh atau raga”.

Meski “berprofesi” sebagai Spiderman, toh Peter juga manusia biasa sama seperti kita. Sang Pencipta “menginstall” rasa lelah, galau dan bosan pada diri kita dan Peter untuk digunakan sebagai alarm pertanda tubuh dan jiwa perlu istirahat dan melepas lelah. Saya dan anda pasti punya cara masing-masing untuk menghilangkan kepenatan setelah bekerja. Keputusan Peter untuk berhenti menjadi Spiderman memang ekstrem. Namun di saat dia meluangkan waktunya sebagai “warga biasa”, kegundahan hati selama “resign” dari profesi Spiderman perlahan membawanya kembali kepada pemahaman tanggung jawab sebagai pahlwan super: menolong orang lain yang sedang kesulitan. Bermain futsal, bermain game online, jalan-jalan, belanja dll merupakan hal umum yang sering dilakukan para pekerja untuk melepas penat. Tapi jangan kelamaan ya hehehe. Setelah “baterai” jiwa kita telah kembali penuh, bersegeralah untuk menyelesaikan semua pekerjaan kita. Always remember to work hard, play hard and pray hard to make your life happier :-).
Spiderman #3 Career Cycle: Sebuah Ujian di Puncak Karir
Seperti pada 2 cerita Spiderman sebelumnya, saya pun akan mengambil secuplik bagian dari cerita Spiderman 3 yang ada kaitannya dengan siklus karir. Di film yang ketiga, Peter mulai merasakan nikmatnya berprofesi sebagai Spiderman. Keberadaan Spiderman kini telah diakui menjadi pahlawan penegak keadilan dan sahabat terbaik polisi dalam memburu bandit. Bukan hanya itu, Peter pun berhasil mendapatkan cinta MJ dan ingin segera melamarnya. Sebuah kehidupan yang sempurna.

Namun ujian datang di tengah-tengah kebahagiaan Peter dan MJ. Sesuai kata pepatah, semakin tinggi pohon semakin kuat angin menerpa. Ujian pertama datang ketika Peter berhasil menyelamatkan seorang teman wanitanya yang hampir jatuh dari gedung tinggi. Karena telah berhasil menyelamatkan anak seorang sherif kota (teman wanitanya tadi), Peter alias Spiderman mendapat apresiasi luar biasa berupa pesta meriah di tengah kota atas jasanya. Di sinilah masalah pertama itu muncul.

Mary Jane sangat cemburu dengan apa yang dilakukan oleh Peter kepada teman wanitanya itu di tengah pesta (ups sensor :P). Selain itu MJ juga mulai merasakan perbedaan pada diri Peter yang lebih mementingkan kejayaannya sendiri. Padahal saat itu dia sangat membutuhkan dukungan dari Peter sehabis dipecat dari teater tempatnya bekerja. Hubungan mereka pun mulai merenggang.

Kemudian dari sisi kehidupan kerja, Peter mendapat saingan baru di tempatnya bekerja. Fotografer baru saingan Peter (saya lupa nama tokohnya hehe) berkata bahwa ia bisa mendapatkan foto-foto eksklusif Spiderman dengan angle yang lebih baik. Merasa terantang, Peter pun berupaya membuat foto-foto Spiderman yang lebih baik dari saingannya itu (memfoto diri sendiri :D).

Di tengah rasa bangga yang berlebih, Peter diingatkan kembali pada kejadian saat pamannya terbunuh oleh perampok. Di luar dugaan, polisi ternyata salah mengidentifikasi perampok yang membunuh pamannya beberapa waktu lalu. Perampok yang sebenarnya ternyata telah melarikan diri dari penjara dan masih buron hingga sekarang. Di dalam hatinya, Peter bersumpah akan mencari perampok itu dan membalas dendam atas kematian pamannya. Oh ya maaf ya kalo alur ceritanya lompat-lompat :D.

Singkat cerita, akumulasi rasa bangga berlebih dan dendam atas kematian pamannya membuat Peter menjadi pribadi yang egois dan agresif. Bahkan hal ini diperparah dengan kekuatan negatif yang secara tak sengaja datang dari luar angkasa yang kemudian masuk ke tubuh Peter dan membuatnya menjadi lebih beringas. Alhasil, komplikasi tersebut membuat Peter semakin jauh dari orang-orang yang dicintainya termasuk Mary Jane. Kumpulan momen tersebut membawa Peter kepada titik nadir: Apa yang telah saya lakukan? Apakah semua itu baik untuk saya?

Pada kondisi terpuruk seperti itu, Peter beruntung masih punya keluarga yaitu bibinya yang selalu mendukungnya. Peter kembali teringat perkataan sang bibi: kalau kau menjadi suami, kau harus bisa mendahulukan kepentingan istrimu daripada dirimu. Cerita moral sang bibi ditambah diculiknya MJ oleh SandMan dan Venom membuat Peter tersadar dan ingin segera melepaskan sifat-sifat negatifnya itu. Momen tersebut menjadi titik balik bagi Peter untuk kembali menjadi Spiderman yang sesungguhnya.

Kesimpulan apa yang dapat kita ambil dari rangkaian cerita moral dari trilogi Spiderman ini? Pada cerita pertama, kita diajarkan untuk memaknai setiap tugas yang diberikan kepada kita sebagai tanggung jawab yang besar tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga orang lain. Pada cerita kedua, kita harus bisa mulai “bersahabat” dengan rasa bosan karena itu adalah alarm alamiah dari Tuhan agar kita beristrahat sejenak dari rutinitas pekerjaan. Pada cerita ketiga, kita harus selalu ingat ketika kita mencapai posisi puncak karir, ada andil orang lain di belakangnya baik itu keluarga, kerabat, kekasih bahkan masyarakat. Saya ingin meyimpulkan bahwa apapun fase karir yang kita alami, akan ada suatu kondisi yang akan membawa kita pada suatu titik balik: untuk apa dan siapa kita bekerja. Melalui ilustrasi “gila” ini, saya ingin mengajak diri saya dan anda untuk kembali mengingat nasehat yang baik ini:
“Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain”
Semoga bermanfaat dan selamat berkarya untuk anda semua :-).

rizapratama

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 Komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...