Untuk kalian yang akan menikah,
ingin menikah, dan atau baru saja menikah. :)
(untuk Mas Syarif dan Mbak Kiki, untuk Dilla dan Kak Ato, untuk semuanya :D)
“Nikah? Duh, please jangan bahas itu donk, gw stress dengernya.”
“Nikah? Hahha..belom lah, kita kan masih muda, saatnya senang-senang dulu lah… Nikah itu perkara serius yang belum siap gw jalani.”
“Nikah? Hmm..do’ain aja yaa..”
Bla bla bla
Bicara soal nikah, tiap orang tentu
punya respon yang berbeda. Berhubung kemarin menghadiri acara pernikahan teman (pernikahannya kawan saya Dilla dan Kak Ato yang sesama aktivis HMI),
jadi ikutan nulis aja tentang nikah ah. Hihihii.. tapi bukan soal respon
ataupun latar belakang kenapa orang menikah atau bagaimana agar mendapatkan
pasangan yang ideal yang ingin saya bahas disini. (soalnya itu dah dibahas di tulisannya kak Yoga PS). Ini cuman catatan kecil nan
ringan tentang jodoh.
Kata ustadzah saya, tiap orang
sudah diatur jodoh, rezeki, dan waktu kematiannya. Kita nggak pernah tahu yang
mana yang lebih dulu datang, apakah jodoh dulu atau rezeki non-jodoh dulu?
(jodoh itu termasuk rezeki juga loh.. hehee). Yang jelas, yang manapun yang
duluan datang, mau nggak mau ya ambil aja dan tentu harus disyukuri. :)
Tiga
Sistem dalam Perekonomian (dan Dunia Perjodohan)
Masih inget kan kalau dalam ilmu
ekonomi, kita mengenal beberapa sistem yang bisa digunakan untuk mengatur
perekonomian, antara lain yaitu:
-
Sistem Pasar Bebas / Liberalism / Neoliberalism / Laizess Faire, dan sejenisnya
Dalam sistem ini, semua
pelaku ekonomi berhak dan bebas menggunakan dan mengumpulkan sumber daya/asset sebanyak
apapun mereka inginkan. Titik-titik penawaran dan permintaan bergerak bebas,
tidak beraturan, dan sangat cepat. Bila dikaitkan dengan sistem dalam menemukan
pasangan hidup, maka bila menggunakan sistem ini berarti seseorang mencarinya
dengan bebas. Nggak ada aturan si A nggak boleh sama si B. Maka jangan heran,
dalam sistem ini, ada sebuah kelemahan yang timbul, diantaranya misalnya yaitu tidak
sedikitnya orang yang menjalani hubungan dengan orang lain yang dah punya
pasangan, sebab kebebasan adalah hal utama dalam sistem pasar bebas ini.
-
Sistem Komando / Marxisme / Penganut golongan kiri
Berbeda halnya dengan
sistem pasar bebas. Dalam sistem komando, segala sesuatu yang berkaitan dengan
perekonomian diatur oleh negara, bahkan kepemilikan individu pun diatur dengan
ketat oleh negara, segala sesuatu untuk negara. Sistem seperti ini cenderung
sangat mengikat para warganya. Titik-titik penawaran dan permintaan dalam
sistem ini bergerak secara kaku (rigid). Bila dikaitkan dengan urusan hati,
contoh konkret untuk sistem ini yaitu dua orang yang menikah karena perjodohan.
Ya, misalnya kisah siti nurbaya dan datuk maringgi. Hehhee.. Mereka dijodohkan,
dan tidak berhak untuk menolak.
-
Sistem Islam
Nah, lalu bagaimana dengan sistem Islam? :) sistem
islam yang saya maksud disini tidak hanya untuk para muslim dan muslimah saja,
tapi untuk siapa saja, sebab saya percaya nilai-nilai islam itu nilai-nilai
universal.
Jika dibandingkan dengan sistem liberalism dan
marxisme, sistem islam adalah penyeimbang keduanya. Segala hal sudah diatur
dalam islam, termasuk dalam hal memilih pasangan hidup. :) ada empat hal yang
menjadi pertimbangan, yaitu: paras wajah, kekayaan, keturunan yang baik, dan
agama. Namun yang menjadi point utama yaitu agama. Jadi, walaupun tampan, kaya,
dari keluarga yang baik, tapi jika beda agama? Maka carilah yang lain. :)
Lalu, jika nggak tampan, belum kaya materi, dari
keturunan biasa-biasa saja, tapi agamanya bagus, maka adakah alasan untuk
menolak? :)
Bukan hanya soal memilih pasangan, tapi islam juga
mengajarkan kita untuk tidak sekedar memilih yang baik, namun juga melalui
proses yang baik.
Dua orang berbeda jenis kelamin yang ingin menikah,
hendaknya saling berkenalan terlebih dahulu. Maksudnya dalam hal ini berkenalan
lebih dalam agar saling mengetahui pribadi masing-masing, biasanya hal umum
yang penting diketahui misalnya: prinsip hidup, kriteria ideal masing-masing, kebiasaan-kebiasaan
buruk masing-masing pihak (apakah bisa ditolerir atau tidak), visi ke depannya
seperti apa? (ingin membina rumah tangga yang seperti apa, ingin punya anak
berapa, etc), ingin istrinya berkarir atau jadi ibu rumah tangga saja, dan lain
sebagainya.
Selain itu, selama proses perkenalan (biasa disebut
ta’aruf), harus ada muhrim atau perantara yang mendampingi, tampilkan diri apa
adanya, dan jawab pertanyaan sesuai keadaan yang sebenarnya. Waktu maksimal ta’aruf
biasanya 3 bulan, tapi tergantung masing-masing pihak, jika ternyata baru ta’aruf
1 minggu, tapi dua-duanya merasa tidak cocok, ya ta’arufnya tidak perlu
dilanjutkan. Tapi jika ternyata ta’aruf 1 minggu sudah merasa sama-sama klop,
maka pernikahan tidak perlu ditunda-tunda lagi.
Jadi?
Ingin menemukan jodoh dari sistem yang mana? :)
Menentukan
pasangan hidup itu perkara hati.
Seperti
yang sudah disebutkan di awal, semua orang punya jodoh, rezeki, dan voucher
hidup di dunia yang berbeda-beda. Kita hanya perlu menyiapkan diri untuk
menerima yang mana saja yang duluan datang. :)
Jodoh
kita adalah pilihan kita.
Gud Luck!...
Makassar, Ahad, 27 November 2011.
*NB: note ini juga untuk diri saya sendiri :D
hahahaha, menikah yang dikaitkan dengan sistem ekonomi, ada2 aja.
BalasHapusBtw, kalo saya ikut ekonomi campuran aja.....