Oleh: Nenny Makmun*, 529 kata.
Aku
orang biasa, aku tidak pintar hitung menghitung dan kalkulasi total. Hanya saja
aku merasa sedih dengan keberadaan bangsa ini yang sebenarnya sangat kaya raya
tapi hanya dinikmati beberapa golongan tertentu. Duh Gusti mau diapakan
orang-orang yang miskin dan tinggal di kolong-kolong jembatan, para preman yang
merajalela karena kelaparan dan semakin berbuat jahat meresahkan masyarakat
saja! Belum lagi pengangguran para pemuda mau diapakan mereka? Mereka yang
punya energy hanya tercampak begitu
saja.
Yang
kutahu Negara kita ini sangat kaya dengan berbagai potensi kekayaan alam,
wisata, dan tenaga kerja. Tetapi kemana semua itu, kenapa rakyat Indonesia
banyak sekali yang berada pada golongan miskin.
Belum
lagi hutang bangsa ini terhadap IMF
(International Moneter Fund) yang kabar-kabar ini akan dibebankan pada cucu
keturunan kita sampai berapa silsilah. Walah….walah kalau orang tua meninggal
dunia yang ditinggalkan warisan buat anak cucunya. Bangsa yang kaya raya sampai
hanya meninggalkan hutang-hutang. Jaman edan!
Tapi
kalau melihat Korupsi yang telah menggerogoti dari jaman orde lama yah mau
diapain lagi, kecuali kesadaran tinggi para koruptor mau mengembalikan sebagian
hasil korupsinya buat Negara dan dialokasikan buat kesejahteraan rakyatnya.
Pemasukan
dari pajak juga besar, saya saja yang staf
biasa tiap bulannnya berapa ratus ribu udah otomatis di slip gaji selalu kena debet untuk memberi upeti buat bangsa.
Jujur jadi nggak ikhlas banget karena turun ke rakyatnya paling cuma berapa
persen dari total penyetoran pajak orang-orang yang kena wajib pajak.
Jadi
nggak beda jauh bangsa ini dengan negeri-negeri dongeng yang bercerita rajanya
menarik upeti tapi untuk memperkaya golongan-golongan tertentu sementara
rakyatnya sudah miskin masih saja dipecutin untuk bekerja keras demi
upeti-upeti yang harus disetorkan tiap bulannya.
Dari sebuah tulisan yang pernah aku baca dari kegiatan para
koruptor sampai Keuangan (BPK) menyatakan dalam lima tahun terakhir menemukan
sejumlah laporan keuangan milik instansi pemerintah yang terindikasi tindak
pidana korupsi.
"Itu
berdasarkan pemeriksaan lima tahun terakhir, ada 318 temuan yang mengandung
unsur korupsi dengan kerugian negara mencapai Rp29,5 triliun dan 450 juta
dollar," ungkap Wakil Ketua BPK Hasan Bisri dalam peringatan Hari Anti
Korupsi Sedunia di gedung KPK, Jakarta, Jumat (09/12).
Sedangkan
menurut ICW Total kerugian negara akibat korupsi mencapai Rp
10,9 triliun dari 140 kasus yang berhasil diidentifikasi Indonesia Corruption Watch (ICW).
Kita
dalam proses untuk pengumpulan para ahli untuk menemukan kerugian negara itu.
Karena menentukan kerugian negara tidak mudah. Banyak unsur yang diperlukan
untuk mendapatkan kerugian negara, faktor ekonomi dan sebagainya. Hanya saja
ini akan sampai kapan? Badan-badan anti
korupsi sendiri terlalu banyak masalah internal bagaimana mereka akan bekerja
efektif memberantas kasus-kasus korupsi yang mencapai ratusan.
Imagine! Apabila ada
badan yang benar independent, clean! Secara serius mengungkap satu persatu
kasus korupsi hingga pada titik penyitaan untuk dikembalikan negara dan
dikelola untuk kepentingan rakyat pasti akan banyak uang yang akan bertahap
pulang ke kas bangsa dan bisa dipergunakan sebagaimana mestinya. Demi kemajuan,
kesejahteraan yang merata.
Imagine!
Kalau
semua badan-badan yang mempunyai amanat untuk mengelola kekayaan negara juga
tahu akan pentingnya uang tersebut pada masyarakat sehingga tidak ada niatan
untuk mencuri dari kas bangsa maka tidak akan muncul kasus-kasus koruptor yang
saat ini sepertinya bukan hal yang memalukan. Malahan mereka seperti bintang
yang berhari-hari tidak kalah heboh dengan artis beritannya. So bila para koruptor masih punya hati
nurani Back The Money!To This Beloved Country.
Jakarta,
06 Januari 2012
*Nenny Makmun - Alumni Magister Management Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Saat ini bekerja di salah satu perusahaan swasta.
0 Komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...