Oleh: Ode Kustriani Atmaja*, 966 kata.
Assalamualaikum kawan, bagaimana kabar kantung kalian hari ini?
Hahaha, ini kan blog Ekonomi Gila, kalau bicara tentang ekonomi pasti
berhubungan sama uang, uang dan uang. Kalau siswa-siswi jurusan IPA belajar
biologi tentang penyakit kanker yaitu pertumbuhan sel abnormal. Sedangkan, istilah
‘kanker’ menurut siswa-siswi jurusan IPS adalah ‘kantung kering’. Nah, makanya
di awal tadi, saya menanyakan tentang kabar kantung kalian.
Oh iya, sebelum memulai tulisan ini (sepertinya sudah mulai dari
tadi :p) saya ingin mengucapkan Selamat Ulang Tahun yang pertama untuk blog
Ekonomi Gila yang di prakarsai oleh om Yoga dan mas Aul. Traktirannya ya :).
Ups, dalam ilmu ekonomi, kita kan di ajarkan untuk berhemat dan berinvestasi,
tidak boleh menghambur-hamburkan uang.
Teman-teman, mungkin kalian bertanya-tanya apa hubungannya judul
tulisan saya kali ini dengan tema lomba. “Jangan langsung menilai orang dari
fisiknya, tapi lihat sikapnya juga”. Nah, seperti itu pula prinsip kita jika hendak
membaca tulisan. “Jangan menilai tulisan dari judulnya tapi baca dulu isinya”.
Sobat, masih ingatkah hari-hari menjelang berakhirnya tahun 2011
kemarin? Banyak proyek-proyek pembangunan di beberapa provinsi di Indonesia
yang baru dikerjakan. Padahal, anggaran untuk pembangunan mulai berjalan resmi
sejak tanggal 1 januari 2011. Proyek-proyek tersebut terindikasi di kerjakan
dengan kecepatan extra alias sistem kebut. Hmm, tak heran banyak siswa-siswi
yang belajar menggunakan sistem kebut, belajar semalam suntuk hanya untuk
ulangan besok. Karena pemimpin-pemimpinnya pun mencontohkan hal seperti itu :D.
Proyek-proyek seperti pembangunan pembatas jalan, pembangunan
pagar taman kota dan pembangunan
jembatan penyebrangan dilakukan ‘asal jadi’ karena ingin mengejar target. Pekerjaan
itu, dilakukan tanpa memikirkan dampak dan hasilnya. Pekerjaan yang dilakukan
terburu-buru tentu saja hasilnya tidak baik. Mengingat kerugian uang pajak
serta kualitas dari pembangun itu sendiri tidak akan bertahan lama. Misalnya:
jembatan dari sistem kejar target hanya akan bertahan maksimal 2 tahun.
Hingga 7 Desember 2011, Penyerapan anggaran Kementerian Pekerjaan
Umum baru mencapai 74,92% atau sekitar Rp. 42,7 triliun dari total anggaran Rp.
57 triliun. Padahal, batas waktunya 15 Desember 2011. Sedangkan Menteri
Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto menargetkan penyerapan anggaran 75%, berarti
masih kurang 0,08%. Maka demi mengejar target, Kementerian Pekerjaan Umum harus mengebut dengan menggunakan
anggaran rata-rata Rp. 500 sampai 700 miliar per hari.
Rendahnya penyerapan anggaran juga terjadi di Kementerian
Perhubungan. Sampai awal desember lalu, realisasi penyerapan anggaran baru
62,73% atau sekitar Rp. 14,59 triliun dari total anggaran senilai Rp. 23,27
triliun. Pada Direktorat Perkeretaapian anggaran terserap Rp. 2,3 triliun dari
Rp. 4,7 triliun atau sekitar 50.19%, Direktorat Perhubungan Udara mencapai Rp.
3,02 triliun dari Rp 5,35 triliun atau sekitar 56,57%, Direktorat Perhubungan
Laut realisasi angaran senilai Rp. 4,9 triliun dari Rp. 7,7 triliun atau sekitar 63,44% dan yang menyerap anggaran
Kementerian Perhubungan terbesar adalah Direktorat Perhubungan Darat yaitu Rp.
1,3 triliun dari 2,09 triliun atau 63,7%. (Rakyat Merdeka)
Jika realisasi saat ini baru 62,73%, sedangkan target penyerapan
anggaran hingga akhir tahun adalah 85,34% berarti masih kurang 22,67%. Maka,
Kementerian perhubungan harus mengebut anggaran sekitar Rp. 650 sampai 750
miliar per hari.
Melihat kenyataan di atas, maka balapan pekerjaan menjadi hal yang
di lakukan kementerian-kementerian tersebut. Jika Rossi dan Stoner saling
susul-menyusul, balap-membalap dan kebut-kebutan di sirkuit, begitu pun dengan
menteri-menteri di Negara ini. Mereka mengebut anggaran hingga tercapai target
tanpa memperhatikan kualitas bagi kesejahteraan rakyatnya. Jika Naysila Mirdad
dan Dude Harlino membintangi sinetron kejar tayang, maka pemimpin kita
membintangi sinetron kejar target penyerapan anggaran. Pemimpin kita Pembalap
dan Pemain Sinetron?
Menteri Perhubungan beralasan, rendahnya penyerapan anggaran
karena sulitnya pembebasan lahan, proses pelelangan, adanya kontraktor yang
bermasalah serta kehati-hatian para pengelola anggaran dalam menggunakannya.
Jika siswa-siswi di sekolah sering mengadakan lomba cerdas cermat,
mungkin para pemimpin-pemimpin kita ini perlu di ikut sertakan. Karena lomba
cerdas cermat adalah melatih kecepatan dan ketepatan siswa-siswi dalam menjawab
pertanyaan.
Jika kita analogi kan, permasalahan menggunakan anggaran Negara tersebut
seperti halnya menjawab pertanyaan dalam lomba cerdas cermat, dimana setiap
peserta harus menjawabnya dengan cepat dan tepat. Begitu pun seharusnya
pemimpin negeri ini, cepat dan tepat memutuskan kontraktor mana yang akan
mengelola pembangunan tersebut, bagaimana perincian pengeluarannya serta desain
yang tentunya harus memperhatikan kualitas serta keseimbangan lingkungan.
Bukankah orang-orang berdasi yang menjabat sebagai menteri itu
adalah orang-orang terpilih yang tentunya bisa merencanakan pembangunan lebih
matang? Bandingkan saja dengan siswa-siswi SMA yang hendak mengadakan pentas
seni. Mereka membuat proposal, mencari sponsor, mencari bintang tamu, menyusun rundown dan semua dilakukan dengan perencanaan sekitar dua sampai tiga bulan.
Terkadang mengorbankan waktu belajar mereka dengan mengajukan surat dispensasi.
Berat tentunya, tapi memang seperti itu, jika kita ingin rencana kita sukses
maka harus ada yang di korbankan. Siswa-siswi SMA yang ingin mengadakan pentas seni
tidak dibayar oleh pihak mana pun. Sedangkan pemerintah di bayar dengan uang
rakyat puluhan juta. Tentunya rakyat berharap para petinggi negeri ini bisa
menjalankan pembangunan dengan baik.
Pemerintah menargetkan penyerapan hingga akhir tahun mencapai
diatas 90%. Kendati kenyataannya sampai awal Desember, realisasi penyerapan
anggaran baru 69,15% atau Rp. 913,2 triliun dari Rp 1.320,7 triliun. Artinya,
hingga tanggal 15 Desember, Pemerintah harus menggenjot penyerapan naik minimal
sebanyak 20,85% atau Rp. 276,53 triliun demi mencapai target anggaran sebanyak
Rp. 1.188,63 triliun. Tapi sayang, target tersebut tidak tercapai karena di
akhir 2011 kemarin, Menteri Keuangan membeberkan penyerapan anggaran hanya 88%
atau sekitar Rp. 1.162,2 triliun.
Sistem kebut anggaran di akhir tahun sepertinya sudah menjadi
budaya di kalangan pemimpin negeri kita. Walau pun demikian, Menteri Keuangan
tetap optimis perekonomian Indonesia mencapai 6,7% di tahun berikutnya dan
penyerapan anggaran akan lebih baik.
Ok kawan, jadi sebenarnya uang di Negara kita memang banyak. Tentunya
harus di gunakan se-optimal mungkin untuk kesejahteraan rakyat. Tidak perlu
tergesa-gesa yang penting hasilnya maksimal. Tapi jangan terlalu lama juga,
karena bisa ketinggalan sama Negara tetangga. Cepat dan tepat, itu lah
pembangunan yang diharapkan rakyat dari para pemimpin-pemimpin yang memegang
Negara ini. Tak semua pemimpin di negeri ini adalah pembalap atau pemain
sinetron kejar target penyerapan anggaran. Saya percaya masih ada pemimpin
jujur yang bercita-cita memajukan Indonesia. Semoga semangat pemimpin
bercita-cita mulia itu menular pada pemimpin lainnya. Amin :)
Wassalamualaikum sahabat.
Haha
BalasHapusmanusia adalah benar manusia ketika dia mengusahakan yang sebesar - besarnya untuk kesenangan dirinya
maka dari itu kehidupan akan menjadi kota dimana para warganya bersenggol - senggolan mencari ruang yang paling luas dan kemudian dipagarnya kuat - kuat agar orang lain tidak bisa mengganggunya
sebenernya uang adalah hasil dari peradaban yang bertujuan 1 yaitu untuk mengganti kekurangan2 dari barter
bicara ekonomi dan permasalahannya adalah pr bagi kita
karangan ini bagus karena kalau tidak bagus tidak mungkin saya bilang bagus
karangan ini mahal karena kalau murah tidak mungkin saya bilang mahal
hehe
karangan ini sangatlah mubazir kalau tidak dibaca
pemerintah dan perilakunya
BalasHapusmanusia dengan kehidupannya berekonomi
semua ini menjadi renungan untuk kita,
tulisan ini bagus untuk dibaca terutama di recommend #kalau tidak untuk apa saya comment