Oleh: Dipta Dharmesti
Tanggal 8 Juni 2012 yang lalu, saya mempresentasikan hasil riset saya yang lagi-lagi tentang perilaku konsumen online di Roma, Italia. Secara spesifik temuan saya ini menyorot perilaku pembelian impulsif. Apa itu? Pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak direncanakan, mendadak pengen beli barang itu, gara-gara lihat iklan dan didukung dengan mood yang bagus.
Kalau dianalogikan, penelitian saya ini cocok untuk orang yang sedangkepepet cari jodoh (tapi sebaiknya jangan ditiru, hehehe). Orang yang sedang cari pasangan biasanya melihat-lihat lingkungan sekitarnya. Lingkungan dalam penelitian saya adalah online, jadi browsing lah. Waktu browsing itu, orang akan melihat berbagai stimuli eksternal, entah itu gambar, foto, tulisan atau informasi, animasi, dan sebagainya. Stimuli tersebut berasal dari luar diri orang tersebut.
Di dalam dirinya, orang juga merasakan sesuatu. Salah satunya adalahmood yang sedang dirasakan sewaktu browsing. Entah itu "browsing" cewek atau cowok ya, hehehe :p
Dua faktor itu mempengaruhi keputusan orang untuk "beli atau tidak." Kalau cari jodoh, berarti "nembak atau nggak ya?" Sebelum mencapai keputusan itu, ada hal yang disebut consumption impulse. Apa pula itu? Consumption impulse adalah perasaan mendesak ingin memiliki, mendapatkan, atau mengkonsumsi sesuatu. Orang kalau berhasil mengatasi si consumption impulse, dia bisa batal beli, atau jawabannya "tidak." Cinta tak harus memiliki #eaaaaa... Tetapi kalau tidak bisa mengatasinya, setelah browsing dan melihat warna-warni stimuli dunia, maka orang itu kebelet untuk mendapatkannya daaann... "dorr!" beli deh, tanpa direncanakan sebelumnya.
Stimuli eksternal harus melewati consumption impulse dahulu, sebelum orang bisa berkata "ya" atau "tidak." Sementara mood, tergantungmood-nya. Kalau mood orang sedang baik, kemungkinan dia terlalu bersemangat dan langsung bisa bilang "yes, I will" atau "no, I won't." Tapi bisa juga dia mood-nya nggak begitu bagus, tapi dia merasakebelet pengen punya pasangan, yea... berarti langsung bisa bilang "ya."
Frekuensi bertemu juga bisa mempengaruhi keputusan "ya atau tidak." Semakin sering orang bertemu stimuli yang seperti itu, semakin pintar dia mengatasi consumption impulse. Biasa ketemu cowok ganteng atau cewek cantik, kalau dipuji mereka berarti sudah kebal kan? Hehehe... Sebaliknya, kalau jarang ketemu, sekali ketemu langsung tertarik, merasa mendesak ingin memiliki, and then say "yes." :)
So, itulah hasil penelitian saya. Orang bisa mendadak beli sesuatu setelah browsing, tanpa direncanakan sebelumnya. Hal ini baik bagi pemasar online, karena jika pemasar memasang stimuli yang menarik, orang yang tadinya cuma iseng browsing bisa terpikat dan mendadak beli, hehehe...
0 Komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...