Minggu, 19 Juni 2011

Strategi Aneh Botol Saus

Oleh: Aulia Rachman Alfahmy

Ini benar-benar tulisan spontan, baru kepikiran setelah saya makan malam. Pun, ini bukan tulisan ilmu ekonomi seperti tulisan-tulisan saya sebelumnya. Tulisan ini malah cerita soal strategi consumer service di warung makan atau restoran. Jadi cerita berawal dari teman saya (salah satu penulis di blog ini juga) yang tanpa hujan tanpa angin badai mentraktir saya di salah restoran fast food Pizza terkenal di Indonesia (udah pada tahulah maksudnya apa kan? :P) yang kebetulan berposisi hanya satu blok dari rumah kontrakan kami (keren kan kontrakan saya? Tertarik gabung? Klik di sini, sekalian promosi :P).

Cerita bermula dari kasus di mana saya kesulitan menuangkan saus di atas piring saya. Saya membuat botol saus itu vertikal tegak lurus dengan piring saya dan memukul-mukul “pantat” botol dari atas. Aneh! Sausnya kok nggak turun-turun. Saya sempat berpikir apa saya yang terlalu ndeso makan di tempat “semewah” ini sampe-sampe botol saus aja nggak bisa memakainya? Setelah berpikir-pikir, ah nggak juga tuh, saya sudah beberapa kali ke restoran pizza ini, baik di Jogja maupun di Jakarta atau delivery, botol sausnya aja kali yang aneh! Hahahahahaha.

Namun kesulitan saya tidak berlangsung lama. Sejurus kemudian ada mbak-mbak cantik datang menawarkan bantuan kepada saya. “Sini saya bantu mas…” Eits, kok bisa?! Ada cewek cantik yang datang membantu saya, dengan ikhlas dan tulus. Apa karena saya yang terlihat ganteng di matanya? (pasti pembaca yang budiman akan protes keras akan dugaan saya ini!). Atau.. jangan-jangan di restoran itu saya sudah terkenal? Karena ternyata selama ini saya anak pemilik restoran yang terbuang tapi karena alasan khusus, hingga hari ini status saya dirahasiakan dari saya sendiri (menghayal ala sinteron)? Apa jangan-jangan mbak itu secret admirer saya selama ini?

Oh, ternyata mbak itu adalah pelayan di restoran itu, pantes saja dia mau membantu saya (duh, tulisan paragraf sebelumnya nggak penting banget!). Dengan cekatan dia mampu mengeluarkan saus itu dari botol. Sedikit goyangan dari tangannya yang konstan, saus itu keluar dari botol dengan lancar. Saya dan teman saya melihat dengan takjub. “Waaah… hebat”. Mbak itu pergi ke pos pantaunya. Beberapa saat kemudian, di meja lain saya melihat ada ibu-ibu yang sedang kesulitan dengan hal yang sama, lagi-lagi mbak itu datang dan membantu dengan lemah gemulai. Tiba-tiba teman saya (yang berjiwa peneliti ini), akhirnya malah membuat “penelitian dadakan” yang berjudul: Optimalisasi Cara Mengeluarkan Saus dari Botol pada Restoran Pizza X. Dengan kesimpulan: Miringkan botol 45 derajat, guncangkan dengan pelan, maka output saus dari botol akan keluar secara optimal relatif terhadap input tenaga yang kita butuhkan untuk mengeluarkannya. Belakangan di akhir makan, ada pelayan restoran lain yang mengakat piring-sendok kami, lalu bertanya, “Kira-kira ada masukkan apa mas buat kami?”. Saya bilang, “Botol sausnya mas…”. Sang pelayan restoran bingung. Kami berdua tertawa terus saya tutup, “Enggak kok mas, bercanda”.

Apa Nama Strategi Ini?
Sampai rumah, saya masih berpikir. “Ada Apa dengan Botol”. Kenapa susah sekali mengeluarkan sausnya? Kenapa sudah tahu beberapa kali ada orang yang merasakan kesulitan, tidak ada perubahan? Masak mereka nggak melakukan riset? Ada beberapa kemungkinan yang bisa saya simpulkan. Pertama, atas dasar estetika, saus botol itu memang dibuat terlihat baru, belum dipakai oleh siapa-siapa. Jadi, kemungkinan karena baru dipakai itu, sausnya agak susah dikeluarkan. Tapi botol saus dengan keadaan baru bisa saja dimanipulasi. Setelah makan botol sausnya diambil ditukar dengan yang baru, dan yang lama diisi ulang sedikit. Loh jadi seolah-olah membuat  konsumen sengaja kesulitan menuangkan sausnya ke piring dong? Kok tega membuat konsumen kesusahan, bukannya ini berlawanan dengan prinsip “konsumen adalah raja”.

Hipotesis kedua saya adalah, konsumen sengaja dibuat susah. Ya! Lalu sengaja sang pemilik restoran menaruh pegawainya yang cantik-cantik di beberapa pos untuk datang menolong dengan sigap. Jadi, seolah-olah berprinsip, “Buat konsumenmu kesusahan dan datanglah menolongnya”. Pastinya, konsumen awal seperti saya akan terkagum-kagum dengan pelayanannya. Ohya! Meskipun berjarak hanya satu blog dari rumah kontrakan saya, ini kali pertama saya makan di sana. Hehehehe (dasar ndeso!). Mungkin untuk yang kedua, ketiga dan seterusnya saya tidak perlu ditolong lagi oleh mbak-mbak cantik itu. Mungkin mbak-mbak cantik itu mencari “mangsa” barunya yang lain dan bukan saya lagi (kecuali jika saya pura-pura bodoh nggak bisa mengeluarkan saus dalam botol itu lagi :P).

Baiklah, inilah ide dari tulisan saya kali ini yang sebenarnya sebuah pertanyaan. Apakah strategi membuat konsumen kesusahan lalu datang bak malaikat penolong ada teori dalam manajemen? Apa nama teorinya? Apakah ada dari pembaca budiman yang tahu? Karena menurut saya ini unik. Saya teringat cerita dari Starbuck yang konon sangat melayani konsumennya dengan sepenuh hati. Ada cerita, ketika salah satu pelanggannya mengalami bocor ban (atau sejenisnya) dan harus mengganti dengan ban serep, sang pelayan Starbuck datang menolong orang itu. Dibantunya si konsumen mengganti ban serep dan diberinya kopi gratis sebagai bentuk pertolongan. Waw, keren sekali.

Namun saya dengan kasus botol saus ini jadi berpikir nakal. Bagaimana jika kita sengaja membuat ban mobil konsumen kita bocor, di saat dia kesulitan, kita datang dan menolong. Tentu saja hati konsumen akan tersentuh bukan? Jadi dalam kasus saus di restoran tadi, sebenarnya itu adalah trik. Botol saus itu memang sengaja dibuat susah dan sudah disiapkan para “penolong” agar merebut hati konsumennya. Apakah praduga saya ini benar-benar nyata?

19 Juni 2011

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

25 Komentar:

  1. Oh waw, dan Mas masih sehat2 aja sampai detik ini? Alhamdulillah. Karena dgn fakta bahwa Mas bisa getting all worked up cuma gara2 hal begini doang, saya bakal sangat amazed kalo Mas ga sembelit dan/atau beruban dan/atau terkena risiko penuaan dini karena kok rasanya ribet sekali menganalisis hal sesederhana ini. Life's hard, isn't it?

    1. Pernah kepikiran bahwa mungkin botol-botol yang somehow selalu penuh itu dimaksudkan for the sake of aesthetics aspect? Karena dengan brand sebesar itu, akan sangat konyol dan 'njegleg' rasanya kalo konsumen melihat di atas meja ada botol saus tapi isinya cuma setengah penuh.

    2. Dimana-mana, mengeluarkan isi botol saus yg masih penuh akan lebih susah daripada yg ga penuh. waitress/waiter akan menolong konsumennya dong. Dan karena dy jauh lebih terbiasa mengeluarkeun saus yg msh penuh dari botolnya daripada kita, bukan hal yang aneh kalo mereka bisa melakukannya dgn mudah.

    3. Terakhir, niatnya ke PH (saya yakin PH) buat makan, toh? Biar rileks, begitu? Why didn't you do exactly just that? Makanannya, kata org Jawa, bakal jadi 'daging'.

    Jadi saya rasa, ini bukan strategi manajemen. Marketing Strategy shouldn't be this, well, stupid. Not to mention degrading. Dan, ya. Saya berkomentar sebagai konsumen.

    Semoga post Mas ini memang ga dimaksudkan untuk jadi bahasan yg serius shg yg serius di sini cuma saya (dan komen saya) doang. Amin...

    BalasHapus
  2. Wah... mas/mbak PR-nya PH ya? wkwkwkkwkw, serius amat jawabnya, eh.. komennya ding. Namanya juga blog ekonom gila mas/mbak. Jadi maklum ya tulisannya aneh-aneh begini. Anyway, saya enjoy kok mas/mbak pas makan, dan rileks2 aja. Biasa, kalau saya nulis itu based on "wangsit" pas pulang baru sadar atas fenomena yang terjadi barusan :P

    BalasHapus
  3. well, nggak ingin nambah runyam, kita sama-sama belajar untuk menuliskan apa yang kita rasa menarik dan gila. Komentar boleh dan welcome, dengan etika dan sopan ya. Terus terang aku nggak suka kata "stupid". Whoever you are, tolong yang sopan.

    BalasHapus
  4. tetep semangat berkarya aja teman2.....

    BalasHapus
  5. Hahaha, nggak apa-apa mbak Olive, at least kita lulusan UGM, nggak se-stupid itu lah. Kecuali kalau yang anonim itu lulus Havard atau Cambridge, baru deh aku angkat topi, =P. (Paling-paling dia PR nya restoran "itu" :P)

    BalasHapus
  6. Oke deh, biar analisisnya puas saya tambahin, biar saya nggak kelihatan stupid2 amat :P

    1. Masalah esetika, lah sudah saya bahas, bisa jadi botol penuh itu masalah esetika. Tapi..

    2. Ada apa dengan botol? emang susah yang mencarikan model botol yang lebih "user-friendly"? Banyak tuh model-modelnya? tetap esetika pula. :P

    Apakah ini strategi atau bukan.. bagia saya mudah saja Siapa yang berhak mengatakan ini strategi dan itu bukan strategi? Lagi pula ide tulisan ini adalah kalimat tanya. Jadi ya... dikatakan "stupid" nggak masalah :P

    hehehehe... ane penasaran sama si komen anonim, takuuuut ya ketahuan mukanya... :P

    BalasHapus
  7. nah, klo gni maahhhhhhhhh malah saia yang angkat topi buat Aulia Rachman Alfahmy... pinter banget jawaban atas sanggahan-sanggahannya. Terima kasih telah memberikan jawaban yang etis dan menarik untuk Ekonom Gila.

    BalasHapus
  8. waw, jadi heboh. menyenangkan! Pertama, buat Olive, kalo kira2 lg nganggur, bisa dong perhatiin lagi kalimat saya. Stupid di situ refers to strategi pemasaran. Dan ga sopannya di mana, persisnya? kalo saya vulgar, saya akan outright bilang 'oon' atau 'lebay', dan istilah sejenisnya, bukannya sarkasme. Jadi buat Mas Penulis, ga perlu repot2 menekankeun bahwa lulusan UGM tidak 'stupid'. Saya tahu. Masuk situ ga gampang dan keluarnya pun saya yakin, not any easier. Dan btw, botol saus yang isinya masih penuh dimana2 saya kira agak lebih sulit dibuka, ya, mau gimana juga bentuknya.

    Soal status anonim saya, ga penting. I'm entitled to my opinions. Siapa saya bukan isu dan memang sebaiknya ga perlu dijadikeun demikian.

    Biar puas aja, sik; saya anonymous karena saya ga pny blog di domain ini dan jelas, saya ga ngeliat perlunya bikin blog cuma supaya bisa komen dengan nama 'resmi'. Saya juga bukan PR PH, walopun saya juga mungkin ga nolak kalo ditawarkeun posisi itu.

    Cheers, sodara2!

    BalasHapus
  9. Plus, Mas Penulis, saya gaptek. jadi kalo misal nanti mau nyela2 saya soal ga-ada-blog-therefore-anonymous ini karena kayaknya kok banyak 'loophole'nya, saya sante.

    BalasHapus
  10. Hahaha, akhirnya datang lagi... asik2 (ternyata pembaca setia...:P). Maaf mbak/mas "PR-nya PH" (saya sebutnya ini aja ya, habisnya masih anonim sih). Itu yang saya bukan bilang susah ngebuka, tapi sausnya susah keluar...hihihihii, jadi karena bentuk leher botolnya yang mungkin terlalu sempit atau apa gitu, botol kalau di buat vertikal, nggak keluar2 saosnya. Padahal pada umnya kita numpah saus kan dengan membuat botol jadi vertikal.. jadi bukan ngebuka botolnya yang susah, hehehehhe..

    Anyway, kalau mau nggak jadi anonim tanpa harus bikin blog, bisa tuh tuh ada opsinya name/url..(masak gini aja nggak bisa) kasih nama anda dan mungkin url facebooknya, jadi kelihatan.. ai..ai siapa Anda...atau paling bodohnya (eh.. kata "bodoh" ini maksudnya bukan Anda yang "bodoh" loh, maksudnya "caranya" yang bodoh, hehehhe) kasih aja nama seperti yang saya lakukan ini...

    -Aulia Rachman Alfahmy-

    (eh tapi sudah sudah dipleodikan di komen terkahir ya, wkwkkwk, tapi lagi2, tanpa cara bodoh sekali pun... apa susahnya nulis nama di bawah komen :P)

    BalasHapus
  11. *upps, saya ketik maksud saya "pledoi" =P

    BalasHapus
  12. Hahahaha, wkwkkwkw, tiba-tiba saya berpikiran aneh.. hai anonim... jangan2 kamu secret admirer saya ya? tapi cintamu aku tolak, sekarang sangat keras mengkritisi tulisan saya, seumur-umur nulis di blog Ekonom Gila, gak ada yang yang sekeras ini ya. Maaf ya, kalau saya menolak cintamu dulu... bukan maksudku menyakiti hati mu, tapi hati ku tidak bisa direkayasa..(hueek..huek, pasti banyak yang mau muntah karena bualan saya..hahahaha)

    *bagaimana jika ternyata sang anonim adalah laki-laki hehehehehe

    BalasHapus
  13. Bahasa inggrisnya MasMbak anonim bagus :)

    regards,

    -Pugo-

    BalasHapus
  14. hehehe, seru neh...gak pa2 rekan Ekonom gila, namanya dunia blog anonimus pasti masuk, dan saya pernah baca komentar blog yg jauh lebih kasar dari itu. Pesan saya buat bung anonimus, mungkin bung bisa liat spirit dan tulisan lain dari blog ini, kita bukan mau memusingkan hal remeh, tapi justru dari hal2 remeh itu bisa membuka hal2 yg lebih besar. Ingat, "satu kepakan kupu2 di samudera pasifik, bisa menimbulkan badai di Amerika" (Chaos Theory, kalo gak salah,hehehe)

    BalasHapus
  15. Gimana secret admirernya masih muncul nggak :P

    BalasHapus
  16. Hmm...mas Aulia,sy boleh ikut nimbrung jg yaa...

    Saya jg prnah mengalami hal yg sama ketika saya makan di PH. Sausnya susah keluar dari botolnya,dan kmudian ada pelayan yg menolong.

    Bedanya,saat itu (bahkan hingga skrg) sy tidak memiliki pemikiran sperti yg mas pny. Sy tidak pernah berpikir bhwa itu adalah strategi 'menarik hati konsumen'. And for ur information,I learned about Marketing when I was a college Student.

    Kalau menurut saya,PH tidak pernah bermaksud seperti itu (menyulitkan konsumen). dan mereka pun tidak perlu 'menarik hati' konsumen dengan cara seperti itu. Wong ga perlu diksih botol saus 'aneh' gtu aja,udah pasti bnyak yg berminat makan distu. Pizza gitu looohhh...

    Kemudian masalah pelayan yg tiba2 datang dan membantu kamu,sy rasa itu sudah jadi kewajiban bagi mereka, karena mereka dibayar untuk itu. Restoran adalah salah satu bentuk usaha yg menekankan Hospitality Management. Jadi setiap Resto yg terkenal pasti akan memberikan pelayanan terbaiknya bagi konsumen. Dan itulah yg diaplikasikan PH dg mengharuskan setiap pelayannya utk bersikap friendly & helpful to their customers (bahkan menolong mengeluarkan saus).

    Hmm..trus masalah mengenai bentuk botolnya,yg menurut mu kurang user friendly (ato apa lah sebutannya),sy c setuju sama comment yg di kasih si Anonim sebelumnya. Kesulitan yg kamu alami saat itu,pasti juga akan kamu alami ketika kamu membuka saus lain dg botol yg serupa (dari kaca) untuk p'tma kalinya. (apalagi kalau merk nya Delmonte jg,kaya yg di pake PH!)

    PH itu menawarkan image resto pizza yg beda. Bayangin makan pizza aja,pke pisau garpu segala, smntara di Italia,blm tentu pke pisau & garpu. Dengan ditemani interior bagus & suasana nyaman dlm resto,PH berusaha menampilkan image yg 'b'kelas' bagi konsumennya ketika makan pizza. Jadi,menurut saya malah aneh jadinya kalau PH pake saus dengan bentuk botol yg lain. Botol plastik dg tube t'lalu kecil misalnya.(tau kan??? yg kalau mau ngeluarin sausnya harus dipencet botolnya,trus bunyi 'crot'. hahahhaha...) Kalau PH pake saus dg model botol spt itu,bisa tambah 'njegleg' atuh! Makanya dg pertimbangan image yg ditawarkan,mereka lebih memilih pake saus dengan botol kaca saja.

    Ya udah deh. Segitu aja... Sy bukan org yg bisa menuangkan opini dg bahasa yg begitu 'indah dibaca'... Jadinya ya cuma kaya gini...
    Oya, boleh kasih saran? Daripada kamu sebel ma botol sausnya waktu makan di PH,gmn klo kamu bw saus sendiri aja? Atau minta aja saus bungkusan ke pelayan PH,kan lebih gampang tuh,tinggal disobek aja ujungnya. Hehehehhe...(just kidding)

    OK deh,sekian comment dari saya. Supaya kamu ga bingung & b'tnya2,ini sy tinggalin nama panggilan saya dr kecil.

    -Indri-

    BalasHapus
  17. Buat mbak Indri yang baik... :D

    Memang kalau dibaca lagi tulisan saya, seolah-olah menjurus pada penuduhan PH menggunakan strategi tidak etis buat konsumennya. Nah, tapi sebenarnya ini hanyalah tulisan yang berujung pada kalimat tanya...jadi bukan menyimpulkan.

    Kalau menurut mbak Indri PH tidak melakukan hal itu, ya monggo, silahkan (Tapi sebenarnya yang lebih tahu adalah pemiliki restoran itu sendiri).

    Kalau memang orientasinya adalah "pelayanan", memang sudah menjadi tugas pelayan-pelayan itulah untuk selalu sigap membantu. Tapi yang menjadi "satir" saya adalah, mengapa nggak sekalian botol sausnya diganti :P. Kalau dengan botol-botol saus yang lain sih, selama ini tidak ada masalah mbak untuk langsung keluar sausnya, tapi kalau botol saus di PH (yang ternyata baru saya tahu merknya, Delomonte, kok mbak tahu? pegawai PH ya mbak? wkwkwkwkw, canda) ternata kok susah ya? saya pikir banyak kok botol2 yang user friendly, kalau memang mau...karena begini mbak Indri, cerita lengkapnya adalah, sebelum makanan saya datang, dari jauh saya melihat ada bapak2 kesulitan mengeluarkan saus (lalu saya tidak lihat lebih lanjut apakah sang pelayan datang atau tidak), kemudian giliran saya yang kesulitan (karena emang dasar wong ndeso :P), bebera saat kemudian ibu-ibu di depan saya..dan ternyata mbak sendiri mengalaminya...:D

    Nah, ini dia mbak, kalau memang berbasis pelayanan yang memuaskan, kenapa akhirnya membuat konsumen menjadi kesulitan..(dan bahkan tiba2 saya membuat menjadi inferior dan mersas ndesooo.. :P). Itu aja siiih masalahnya... kalau emang ada pegawai PH yg baca di sini atau eksekutifnya, botolnya ganti model gitu :P

    Tapi sekali lagi, ini adalah tulisan "kalimat tanya", bukan sebuah kesimpulan saya yang absolut. Yang ujung-ujungnya bisa jadi adalah "penemuan" strategi baru dalam pelayanan restoran (yang bisa jadi PH selama ini tidak sadar kalau sudah melakukannya). Hihihi, walaupun tadi teman saya yang baca bilang, "Bagus mas... tapi nggak etis". Gara-gara dia sedang mengambil mata kuliah Etika Bsinis... :P

    BalasHapus
  18. Nyuwunsewu Mas Aul,

    Menawi Anonim niku wau PR-ipun PH, kulo sakmenika satpam-ipun PH.

    Ooohh dados ngaten nggih Mas?
    Nggih, leres. Kulo nggih ngaten kok mas, kulo nggih nggumun niku saos kok uewet mboten saget medhal saose...

    Mengke kulo badhe sanjang teng Manajer kulo, mantun niki PH ndamel saos plastikan mawon, niku lho saos cap tomat, sing kiloan. Kados saosipun bakul pentol sundhuk’an. Niku pun echo lan murah sanget.


    Maturnuwun,
    MUNADI (Satpam PH)

    BalasHapus
  19. Saos cap tomat sakmenika encer sanget lho mas! dados menawi badhe dilebetaken ten botol beling niku nggih tasih saget gampang medhale... (MUNADI)

    BalasHapus
  20. Bahasa inggrisnya MasMbak MUNADI bagus :)

    regards,

    -Pugo-

    BalasHapus
  21. Injiih mas Munadi, leres panjenengan. Saestu, kulo sarujuk.

    BalasHapus
  22. Ada strategi lain dari Pizza H*ut tentang cerita dari susahnya botol tadi....
    1. Penulis akhirnya berhasil dijadikan Endorser oleh Pizza Hu*t untuk menyebarkan ke teman teman atau sanak saudara bahwa SAUS PIZZA *HUT itu susah banget di muncratkan....dan akhirnya saya pun tertarik datang ke Pi*zza Hut untuk mencoba...hehee...
    2. Itu sebagai Icon Pria Dewasa Bahwasanya makan Pizza Di sana bisa mengakibatkan kejantanan pria bagai saus Pizza Hut.."lama Moncrootnya dengan Makan Pizza" sekian dan aura kasih.

    Saya Adiknya PR nya PH :)

    BalasHapus
  23. Wakakakakakakakakak! betul2 Pizz H**t jadi malah promo melalui tulisan ini, wakakakkaka

    BalasHapus
  24. kocak banget nih tulisannya, coba eh ul, jangan cuma di PH aja, coba kamu surve ke tempat makan lain yang ada saosnya,...
    apakan sudah menjadi karakter khusus kalo saos itu susah dikeluarkan dari botolnya? dan bentuk botol saos itu kayak apa aja?

    -Jauhari Tak Jauh-

    BalasHapus
  25. informasi yang sangat menarik dan bermanfaat nih gan
    senang bisa berkunjung ke blog anda
    terimakasih banyak

    BalasHapus

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...