Minggu, 08 Januari 2012

Koruptor, Back the Money!


Oleh: Nenny Makmun*, 529 kata.

Aku orang biasa, aku tidak pintar hitung menghitung dan kalkulasi total. Hanya saja aku merasa sedih dengan keberadaan bangsa ini yang sebenarnya sangat kaya raya tapi hanya dinikmati beberapa golongan tertentu. Duh Gusti mau diapakan orang-orang yang miskin dan tinggal di kolong-kolong jembatan, para preman yang merajalela karena kelaparan dan semakin berbuat jahat meresahkan masyarakat saja! Belum lagi pengangguran para pemuda mau diapakan mereka? Mereka yang punya energy hanya tercampak begitu saja.

Yang kutahu Negara kita ini sangat kaya dengan berbagai potensi kekayaan alam, wisata, dan tenaga kerja. Tetapi kemana semua itu, kenapa rakyat Indonesia banyak sekali yang berada pada golongan miskin.

Belum lagi hutang bangsa ini terhadap IMF (International Moneter Fund) yang kabar-kabar ini akan dibebankan pada cucu keturunan kita sampai berapa silsilah. Walah….walah kalau orang tua meninggal dunia yang ditinggalkan warisan buat anak cucunya. Bangsa yang kaya raya sampai hanya meninggalkan hutang-hutang. Jaman edan!

Tapi kalau melihat Korupsi yang telah menggerogoti dari jaman orde lama yah mau diapain lagi, kecuali kesadaran tinggi para koruptor mau mengembalikan sebagian hasil korupsinya buat Negara dan dialokasikan buat kesejahteraan rakyatnya.

Pemasukan dari pajak juga besar, saya saja yang staf biasa tiap bulannnya berapa ratus ribu udah otomatis di slip gaji selalu kena debet untuk memberi upeti buat bangsa. Jujur jadi nggak ikhlas banget karena turun ke rakyatnya paling cuma berapa persen dari total penyetoran pajak orang-orang yang kena wajib pajak.

Jadi nggak beda jauh bangsa ini dengan negeri-negeri dongeng yang bercerita rajanya menarik upeti tapi untuk memperkaya golongan-golongan tertentu sementara rakyatnya sudah miskin masih saja dipecutin untuk bekerja keras demi upeti-upeti yang harus disetorkan tiap bulannya.

Dari sebuah tulisan yang pernah aku baca dari kegiatan para koruptor sampai Keuangan (BPK) menyatakan dalam lima tahun terakhir menemukan sejumlah laporan keuangan milik instansi pemerintah yang terindikasi tindak pidana korupsi.

"Itu berdasarkan pemeriksaan lima tahun terakhir, ada 318 temuan yang mengandung unsur korupsi dengan kerugian negara mencapai Rp29,5 triliun dan 450 juta dollar," ungkap Wakil Ketua BPK Hasan Bisri dalam peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia di gedung KPK, Jakarta, Jumat (09/12).

Sedangkan menurut ICW Total kerugian negara akibat korupsi mencapai Rp 10,9 triliun dari 140 kasus yang berhasil diidentifikasi Indonesia Corruption Watch (ICW).

Kita dalam proses untuk pengumpulan para ahli untuk menemukan kerugian negara itu. Karena menentukan kerugian negara tidak mudah. Banyak unsur yang diperlukan untuk mendapatkan kerugian negara, faktor ekonomi dan sebagainya. Hanya saja ini akan sampai kapan? Badan-badan anti korupsi sendiri terlalu banyak masalah internal bagaimana mereka akan bekerja efektif memberantas kasus-kasus korupsi yang mencapai ratusan.

Imagine! Apabila ada badan yang benar independent, clean! Secara serius mengungkap satu persatu kasus korupsi hingga pada titik penyitaan untuk dikembalikan negara dan dikelola untuk kepentingan rakyat pasti akan banyak uang yang akan bertahap pulang ke kas bangsa dan bisa dipergunakan sebagaimana mestinya. Demi kemajuan, kesejahteraan yang merata.

Imagine! Kalau semua badan-badan yang mempunyai amanat untuk mengelola kekayaan negara juga tahu akan pentingnya uang tersebut pada masyarakat sehingga tidak ada niatan untuk mencuri dari kas bangsa maka tidak akan muncul kasus-kasus koruptor yang saat ini sepertinya bukan hal yang memalukan. Malahan mereka seperti bintang yang berhari-hari tidak kalah heboh dengan artis beritannya. So bila para koruptor masih punya hati nurani Back The Money!To This Beloved Country.

Jakarta, 06 Januari 2012



*Nenny Makmun - Alumni Magister Management Universitas Sebelas Maret Surakarta. Saat ini bekerja di salah satu perusahaan swasta.

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 Komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...