Senin, 10 Januari 2011

Ilmu Ekonomi: Ilmu Kedokteran dengan Jutaan Pasien dalam Satu Kali Praktik

Ini artikel lama, pernah dimuat di Himiespa Post, bulletin organisasi himpuna mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UGM. Bercerita tentang hubungan Ilmu Ekonomi dan Ilmu Kedokteran. Cocok buat anak Ilmu Ekonomi yang baru kuliah.

Oleh: Aulia R.

Jujur saja deh, ketika kalian wahai para mahasiswa ilmu ekonomi ditanya oleh orang lain dengan pertanyaan, “Jurusan apa kuliahnya nak?” dengan getir dan berharap orang tersebut dapat satu kali mengerti, kalian menjawab, “Ilmu Ekonomi Pak…”. Tapi, mungkin hampir 90% dari kalian akan ditanya ulang dengan pertanyaan seperti ini “Oh…Ekonomi, Jurusan?” (seolah berkesimpulan bahwa kita salah menangkap pertanyaannya sebelumnya dan mengulang pertanyaan dengan mempertegas kata “jurusan”. Agh! memangnya kita bodoh!). Akhirnya ada di antara kalian dengan sabar mengulang kata “ilmu ekonomi” plus penjelasan singkat tentang apa itu ilmu ekonomi. Ada juga di antara kalian dengan ketus mengulang kata “ilmu ekonomi” tanpa penjelasan apapun lalu pergi, atau mungkin kalian sedikit berbohong menjawab jurusan akuntasi atau manajemen agar orang itu berhenti bertanya-tanya lagi dan dalam hati bergumam “puas…puas!”. Sebuah pengalaman yang hampir pernah dialami oleh semua mahasiswa ekonomi jurusan ilmu ekonomi. Ngaku!?

Banyak di antara kalian mahasiswa ilmu ekonomi yang membeci jurusan ini bukan? Entah karena keabstrakannya, grafik-grafiknya, matematikanya, hingga “cacing-cacing” ekonometrikanya! Yup, itu keniscayaan, dan kalian sudah berpikir bidang pekerjaan lain yang nggak nyambung sama ilmu ekonomi kelak kalian lulus nanti. Rasa sesal itu pun menghinggap dan kalian tak kuasa menghilangkannya…4 tahun kuliah dalam kesia-siaan.

Tapi tahukah kalian? Di sudut ruang sana, di balik meja belajarnya, ada orang-orang yang sangat jatuh cinta pada ilmu ekonomi. Sekolompok orang yang mabuk asmara dengan the prince of science ini. Mereka bahkan gila dengan model-model ekonomi yang memiliki sopistikasi luar biasa tinggi. Di antara mereka bahkan ada yang sedikit terlihat gila dan aneh. Sama seperti Adam Smith yang tanpa sadar mencampurkan mentega ke dalam teh-nya atau Gossen yang harus menjadi orang sinting dalam menjelaskan konsep utilitas. Semua karena mereka “gila” dengan ilmu ekonomi. Mengapa mereka bisa gila atau jatuh cinta?

Sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Tapi mungkin bisa juga karena di jurusan ilmu ekonomi-lah kita bisa bicara soal kesejahteraan, pertumbuhan, kemiskinan, pengangguran dan pembangunan. Kita banyak belajar sifat manusia yang rasional dan bagaimana mengarahkannya menjadi sebuah modal-modal menuju kesejahteraan. Atau bisa juga karena ilmu ekonomi penuh keasyikan soal debat-debat mazhab yang bagai perang tanpa henti: Klasik, keynesian, kapitalisme, sosialisme dan lain sebagainya. Mengajak para pecandu ilmu ekonomi untuk larut dalam dialektika yang mengasah intelektulitasnya. Ayik penuh intrik dalam suasana yang ilmiah.

Selain itu ada keasyikan lain dari ilmu ekonomi. Tanpa sadar ilmu ekonomi mengubah para ahlinya, ekonom yang punya kuasa dalam kebijakan, menjadi seorang dokter. Ya!. Mengapa? Kerja ekonom laiknya dokter. Bayangkan jika dokter dihadapkan pada seorang pasien yang sakit maka ekonom dihadapkan pada sebuah permasalahan ekonomi. Apa yang dokter lakukan? Secara garis besar: melihat gejala penyakit (indikator), berteori untuk mencari kemungkinan penyebab dan sumber penyakitnya, menyusun tindakan yang paling cocok (alternatif-alternatif kebijakan) dan terakhir mengobati! (eksekusi kebijakan). Hasilnya? Bisa berhasil bisa tidak. Jika dokter bisa melakukan malpraktik maka ekonom pun demikian. Bedanya! Jika dokter gagal berarti itu menyangkut nyawa satu orang maka jika ekonomi gagal itu menyangkut ratusan, ribuan bahkan jutaan nyawa! Hebat bukan!?

Maka para pecinta ilmu ekonomi adalah orang-orang yang bukan hanya memikirkan nyawa satu, sepuluh atau bahkan seratus nyawa, tapi mereka sedang memikirkan 10,55 juta jiwa pengangguran di Indonesia. Mereka yang memikirkan bagaimana cara mengurangi hampir 40 juta orang miskin yang hidup di negeri ini. Mereka adalah dokter bagi jutaan raga yang terlunta-lunta karena ketidaksejahteraannya!

Jelas! Bahwa ilmu ekonomi adalah hanya bagi mahasiswa yang berani mengorbankan dirinya untuk banyak orang. Hanya untuk mahasiswa yang rela belajar hingga larut malam dengan keyakinan bahwa itu ia lakukan demi jutaan orang. Demi mati-hidupnya suadara-saudaranya yang kurang beruntung. Ilmu ekonomi hanya bagi mahasiswa yang berani keluar dari zona nyamannya untuk belajar, membaca dan lalu mendedikasikannya kepada masyarakat.

Dengan demikian, masihkah kalian malu menjadi mahasiswa ilmu ekonomi? Masih malu menjadi dokter dengan jutaan pasien dalam satu kali praktik! Meski ia memberimu banyak pahala….masihkah??

(lupa dibuatnya kapan? yang jelas pada tahun 2007 dan terburu-buru karena udah diminta-minta sama redaktur Himiespa Post, terus buat spontan di warnet untuk langsung dikirim ke ybs. hahahahha
)

NB: Sebagai tambahan, ternyata Sir William Patty (1623-1687), seorang ekonom merkantilis awalnya adalah profesor anatomi di Oxford. Lalu, tokoh utama ekonomi mazhab fisiokrat, Francis Quesnay (1694-1744)juga seorang dokter yang sangat ahli di bidang bedah. Keduanya kemudian terjun di dunia keilmuan ekonomi dan menjadi tokoh-tokoh ekonomi yang dipandang dan terkemuka.

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

2 Komentar:

  1. Great idea! Thanks for sharing ;)

    BalasHapus
  2. saya justru lebih suka pelajaran jurusan ilmu ekonomi dari akuntansi! (saya mahasiswa akuntansi.) perasaan pelajarannya lebih jelas, makanya bisa dibikin grafik2 itu. pelajaran ie yang pernah ikut: PE, matek, statek 1,2, BLK, dan ekmet 1. semuanya nilainya sangat memuaskan kecuali ekmet belom keluar ~.~ sayang udah terlambat buat pindah jurusan :(

    BalasHapus

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...