Selasa, 19 April 2011

Wednomics

Nikah aja kok ribet?! Iya, bener itu... bukan saya loh yang nikah, tapi saya sedang mengamati dan (sedikit) mencari informasi tentang hal tak terlupakan yang ingin dicapai sebuah rangkaian pesta pernikahan yang ribet dan menelan biaya yang dapat membiayai berdirinya sepuluh bahkan lebih usaha kecil.

Lupakan soal makna, mari kita berbicara tentang komponen yang lebih kurang personal: uang. Banyak pasangan muda yang menunda pernikahan karena kendala belum mengumpulkan bekal (uang) yang cukup untuk rangkaian pesta pernikahan. Rangkaian, seperti kereta apa saja? Ya, rangkaian.

Rangkaian Pernikahan

Saat belum memiliki dana yang lumayan saya sudah menceburkan diri untuk mendatangi Wedding Expo yang mengharuskan saya membayar sekian puluh ribu rupiah. Saya termakan bujuk rayu seorang teman yang mengatakan kita bisa icip-icip gratis di dalam (tanpa mengatakan fakta bahwa kita harus berpura-pura akan memesan catering dari pengusaha catering yang kita icip-icip). Yang namanya expo, pasti lengkap dari A sampai Z, mulai dari: foto pra-nikah, perawatan pra-nikah, percetakan undangan, baju pengantin, baju keluarga, baju pengiring, make-up, wedding organizer, sewa gedung dan dekorasi, cincin kawin (kenapa bukan cincin nikah ya), kue pengantin, jasa video dan pemotretan, catering, florist, mc dan hiburan musik, paket honeymoon, bahkan sampai penjual e-frame juga eksis.

Terbayang kan, itu hanya hal-hal umum loh? Ada hal-hal lain yang saya rasa akan dilakukan oleh pasangan yang akan menikah (yang tentunya butuh biaya) seperti: membeli majalah yang membahas pernikahan, mencari tanggal baik, menyebarkan undangan, membeli mahar, mengurus surat-surat pernikahan, lamaran, dan biaya pulsa telpon untuk mengurus ini itu. Ada juga komponen yang free seperti: mengikuti penataran pernikahan (di gereja), membuat wedding blog, menyebarkan undangan melalui facebook.

Pernikahan Spektakuler 2011

Mari kita intip budget yang dihabiskan oleh pernikahan spektakuler di tahun 2011: Pernikahan Pangeran Willian dan Kate Middleton yang akan digelar akhir April 2011 memiliki budget 369 milyar, selengkapnya tentang pernikahan tersebut dapat dilihat dari official website.

Ternyata pernikahan spektakuler tersebut itu bukan hanya besar dari sisi expense, tetapi ada juga potential income yang bisa didatangkan dengan bantuan banyak kreatifitas (selain yang vendor untuk pesta pernikahan). Beberapa contoh:
  • Papa John's mengeluarkan pizza dengan topping wajah kedua mempelai. Potential income untuk gerai pizza tersebut kan?
  • Fashion. Topi dan gaya berbusana Kate Middleton dijadikan trendsetter. Potential income untuk industri fashion kan?
  • Komik. Dua seniman Inggris Rich Johnston dan Gary Erskine berkolaborasi menghasilkan komik 60 halaman berjudul "Kate & William - A Very Public Love Story". dua seniman Inggris . Potential income untuk kartunis kan?
  • Hingga penjualan kondom dengan gambar pasangan itu di bungkusnya (ini menimbulkan kecaman) 

Memang, untuk cari duit kita harus kreatif ya seperti contoh-contoh di atas?

Tentang Pesta Pernikahan

Saya sempat berpikir untuk mendirikan sebuah wedding organizer di kota kelahiran, kota Padang. Tetapi saya berpikir lagi, apakah mungkin bisa terlaksana ya? Karena pernikahan di sana cenderung sederhana, biasanya diadakan di rumah atau di gedung perhimpunan, dengan gaun pengantin sewaan. Untuk mengurus ini itu nggak ribet. Namun, tetap saja membutuhkan uang yang seperti saya sebut-sebut: dapat membiayai usaha-usaha kecil. Daripada menabung bertahun-tahun atau berhutang untuk biaya pernikahan, apa nggak lebih baik digunakan untuk modal usaha?

Secara pribadi masih bingung dengan aspek ekonomis dan psikologis. Dari sisi ekonomis: toh, esensinya menikah, mengapa harus boros? Lagipula pernikahan saya juga nggak akan memberi inspirasi bagi orang untuk 'cari-duit'. Dari sisi psikologis: untuk sekali seumur hidup apa nggak wajar untuk dirayakan? Jadi???

* ekonom gila yang sedang dalam dilema *

Olivia Kamal

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

4 Komentar:

  1. Dari dulu, entah mengapa saya juga berpikir gitu. Saya lebih sepakat apa yang pernah dilakukan inul, resepsi asli pernikahanya dengan suaminya, sederhana karena memang masih "melarat". Giliran sudah kaya, nah... karena memang sudah punya banyak duit, bolelah menyelenggarakan acara besar2an... intinya jgn hanya karena nggak bisa nikah di "gedung" kita nggak jadi nikah2.. (jadinya malah curhat...:P)

    BalasHapus
  2. wakakakakaka... jadi nikah aja yaw? tanpa hutang sana sini ya seadanya gitu yak :D

    BalasHapus
  3. cerita2 donk malam pertama lo.... :D

    BalasHapus
  4. setan lo yog! blom nikah gua dodol! *ekonom-ngamuk

    BalasHapus

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...