Sabtu, 15 Oktober 2011

Opportunity Cost VS Opportunity Risk

Opportunity cost atau yang disebut juga sebagai biaya peluang merupakan sebuah istilah yang dilabelkan pada sebuah keadaan dimana kita harus mengorbankan biaya tertentu untuk mencapai suatu target tertentu. Konsep opportunity cost inilah yang kemudian melahirkan prinsip menyesatkan dalam pandangan orang-orang, yaitu mengeluarkan biaya serendah-rendahnya untuk mendapatkan profit setinggi-tingginya. Sebagai pembuka, let’s check this true story.

Seorang bapak yang sangat suka makan buah, pergi ke pasar buah dengan menggunakan mobil. Disana ia ditawari buah-buahan dengan harga tinggi. Mungkin karena ia datang menggunakan mobil maka para pedagang menawarkan harga yang tinggi padanya, demikian yang ada dalam pikirannya. Akhirnya beberapa hari kemudian si bapak pergi lagi ke pasar buah tersebut. Kali ini ia memarkir mobilnya agak jauh dari pasar buah, kemudian memutuskan berjalan kaki menuju pasar buah. Ia mendapatkan pepaya berukuran jumbo dengan harga Rp 4500,- yang pernah ia beli dengan harga Rp 6000,- ketika datang menggunakan mobil. Lumayan menghemat Rp 1500,-, dan akan sangat menghemat pengeluaran jika membeli dalam jumlah banyak. Namun saat itu ia hanya membeli satu. Si bapak begitu senang mendapatkan buah dengan harga murah. Akhirnya ia segera kembali ke tempatnya memarkir mobil. Alangkah terkejutnya ia ketika mengetahui mobilnya raib entah kemana.

Dari cerita di atas, si bapak rela berjalan kaki untuk mendapatkan buah dengan harga yang lebih murah. Pengorbanan tenaga untuk berjalan kaki yang dilakukan si bapak merupakan biaya peluang (opportunity cost) yang harus dibayarkannya untuk mendapatkan harga buah yang lebih murah.

Namun ada yang tidak diperhatikan si bapak, yaitu opportunity risk yang terjadi untuk keputusan yang diambilnya tersebut. Raibnya mobil si bapak merupakan opportunity risk yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

Jadi dalam hal ini, setiap keputusan-keputusan yang dibuat, agar mencapai tujuan yang efektif dan efisien, tidaklah semata-mata memperhatikan opportunity cost, namun harus memperhatikan opportunity risk.

Opportunity risk adalah besarnya risiko yang harus ditanggung dari setiap keputusan yang diambil. Risiko-risiko ini bisa berupa biaya yang harus dibayarkan pada saat itu juga, biaya yang harus ditanggung di masa yang akan datang, maupun hal-hal lain yang tak terukur secara kuantitatif

Opportunity risk menurut saya adalah alat analisa yang lebih relevan digunakan pada masa kini. Sebab dapat mengcover segala macam contoh kasus. Berbeda dengan konsep opportunity cost yang sudah mulai kurang relevan untuk beberapa kasus tertentu.

Contoh konkret opportunity risk misalnya sebagai berikut:
Seorang siswa yang baru saja lulus SMA, memutuskan untuk kuliah (abaikan saja alasan-alasan di belakangnya, apakah ia kuliah karena disuruh orangtuanya atau karena keinginan sendiri, bukan menjadi fokus kita).

Keputusannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, merupakan contoh keputusan yang memperhatikan opportunity risk. Seperti yang kita ketahui bersama, permintaan pasar tenaga kerja semakin hari semakin menutup peluang untuk calon tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan dasar. Permintaan pasar tenaga kerja di masa mendatang diprediksikan membutuhkan tenaga-tenaga professional dengan skill yang kompeten. Alasan-alasan tersebut yang mendorong si siswa memutuskan untuk kuliah.

Atau contoh lainnya yaitu: seorang mahasiswa yang memutuskan untuk bekerja sambil kuliah, yang akan mendapatkan penghasilan serta pengalaman kerja, namun harus menanggung opportunity risk berupa waktu untuk hangout dan berkumpul bersama teman-teman menjadi terbatas, serta harus ketat mengatur waktu sedemikian rupa agar kuliah tidak keteteran.

Dari dua contoh tentang opportunity risk di atas, kita dapat melihat perbedaan utamanya dengan opportunity cost yang hanya melihat dari segi biaya saja dan hanya untuk jangka pendek semata.

Konsep opportunity risk ini pada akhirnya melahirkan sesuatu yang kita sebut sebagai manajemen risiko. Untuk tulisan tentang manajemen risiko, mungkin kali lain akan ditulis oleh penulis EG yang lain.

Jadi, masih mendasarkan keputusan berdasarkan opportunity cost saja atau mulai beralih ke opportunity risk?

***
Makassar, 09.48 WITA, Sabtu, 15 Oktober 2011.

NB:
*Tulisan ini ditulis setelah mendapatkan pencerahan dari diskusi bersama Kak Yozeth Wandry.
*Tulisan ini juga diposting di blog prbadi Dyah.
*Tulisan ini merupakan kelanjutan (pengembangan) dari tulisan Benjamin Ridwan Gunawan.

Dya Ry

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 Komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...