Oleh: Herman*, 780 kata
Kapitalisme adalah sistem sosial yang didasarkan pada pengakuan hak-hak individu. Dalam ranah ekonomi, kapitalisme memisahkan intervensi negara dengan perekonomian, seperti halnya ada sekuler yang memisahkan agama dengan negaranya. Dalam perekonomian kapitalisme menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya. Kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai bagian dari gerakan individualisme.
Dalam perjalanannya, kapitalisme
telah memberikan efek buruk bagi perekonomian dan kesenjangan sosial yang
semakin menganga, terjadinya gap (jurang pemisah) antara si kaya dan si miskin.
Itu semua merupakan dampak dari kejamnya kapitalisme yang terjadi di di
beberapa negara berkembang termasuk Indonesia. Negara Indonesia merupakan
negara demokrasi, dan menurut Karl Marx negara demokrasi adalah negara
kapitalis, karena negara dikontrol oleh logika ekonomi kapitalis yang
mendiktekan bahwa kebanyakan keputusan politik harus menguntungkan kepentingan
kapitalis. Dalam hal ini yang diuntungkan adalah para pemilik modal
(kapitalis), sedangkan masyarakat kecil tetap berada dalam bingkai kemiskinan akibat
kapitalisme.
Sudah banyak perusahaan asing yang
beroperasi di Indonesia seperti Freeport yang mengekploitasi hasil bumi di
Papua dan Exxon Mobil di Aceh, tidak memperhatikan kesejahteraan rakyat di
sekitarnya. Bahkan pemerintah cenderung berpihak pada investor ketika terjadi
sengketa antara pihak perusahan dan masyarakat sekitar. Keberpihakan kepolisian
pada perusahaan asing di Indonesia seperti dalam tragedi Mesuji maupun Bima
merupakan bukti nyata bahwa republik ini penganut kapitalis. Karena salah satu
ciri negara kapitalis adalah berpindahnya peran pemerintah yang semula melayani
rakyat berubah menjadi pelayan investor atau pemilik modal. Menurut AM
Saefuddin (2011), kapitalisme merupakan suatu istilah luas yang meliputi: (1)
cara produksi kapitalis, (2) kerangka sosio-ekonomi kapitalis, (3) mentalitas
kapitalistis. Pada pokoknya, kesemuanya ini hanyalah merupakan tiga segi dari
gejala yang sama.
Kapitalisme sebenarnya telah
dimulai saat zaman feodalisme Eropa, dimana perekonomian dimonopoli oleh kaum
bangsawan dan tuan tanah. Perkembangan awal kapitalisme dimulai sekitar abad
16, dimana saat itu Eropa sedang giat meningkatkan perbankan komersil. Teori
ini berkembang saat revolusi industri di Inggris, modal dan keuntungan dalam
setiap transaksi sangat diperhitungkan. Kapitalisme yang dianut dalam revolusi
industri merupakan satu revolusi budaya yang bersifat fundamental dalam
perkembangan masyarakat Eropa. Kapitalisme berkembang secara cepat, dikarenakan
bebas dari tekanan agama maupun negara. Perkembangan kapitalis pasca revolusi
Industri meningkat, seiring berdirinya perusahaan-perusahaan besar di Eropa.
Kejamnya Kapitalisme
Eksistensi kapitalisme sudah banyak
digugat oleh kalangan masyarakat termasuk di negara yang menganut sistem ini.
Sistem kapitalisme terus digugat karena memiliki efek buruk yang sangat
berbahaya bagi keberlangsungan ekonomi suatu bangsa. Di antara dampak yang
ditimbulkan kapitalisme adalah meningkatnya kemiskinan, merusak budaya lokal,
dan akan membentuk manusia menjadi konsumtif. Meningkatnya kemiskinan akibat
kapitalisme pada akhirnya menimbulkan banyak pengangguran, terjadinya
ketimpangan ekonomi antara orang kaya dengan yang miskin. Kapitalisme membuat
negara miskin semakin miskin karena terbelit utang IMF. Pada akhirnya,
kapitalisme membuat negara miskin dan berkembang sulit bersaing dengan negara
maju lainnya.
Berkaitan dengan kemiskinan, Badan
Pusat Statistik (BPS) 2011 menyebutkan angka kemiskinan di Indonesia mencapai
lebih dari 31 juta orang. Jumlah dipredikasi akan meningkat pada tahun 2012
menyusul krisis keuangan dunia yang masih berlangsung. Parahnya lagi, Bank
Dunia menyebutkan bahwa jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 100 juta
jiwa. Kalau kita perhatikan jumlah kemiskinan di republik ini bukan berkurang,
tetapi justru terus bertambah. Disadari atau tidak, semua itu merupakan buah
pahit dari kapitalisme yang terus merajalela.
Menurut penulis setidaknya ada
beberapa faktor kenapa sistem kapitalisme yang selama ini diagung-agungkan
sering menemui kegagalan. Pertama, tujuan kapitalisme yang bukan sekadar
memenuhi kebutuhan dasar manusia, tetapi juga untuk memuaskan nafsu manusia
yang tidak pernah puas. Nafsu manusia yang tidak dilandasi dengan moralitas dan
keimanan menjadikan seseorang serakah dan menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuannya. Kedua, kehidupan kapitalisme digerakkan secara dominan oleh
ekonomi berbasis sektor keuangan yang penuh spekulatif, bukan digerakkan ke
sektor riil yang produktif.
Demokrasi Ekonomi
Dalam proses pembangunan ekonomi di
Indonesia rakyat sering kali mengalami kemiskinan, kelaparan bahkan kekerasan.
Semua ini terjadi akibat pembangunan ekonomi yang tidak berpihak pada rakyat.
Kekayaan yang dimiliki Indonesia mulai pertanian yang subur, laut yang melimpah
dan kekayaan hutan hanya untuk kepentingan para kapital dan investor asing.
Awan Santosa (2009), mengatakan bahwa demokrasi ekonomi tidak bisa diraih
dengan cara menjalankan demokrasi liberal, tetapi demokrasi ekonomi dapat
dicapai dengan cara membangun gerakan sosial yang kokoh. Gerakan sosial
memaknai demokrasi sebagai proses mendaulatkan rakyat bukan untuk memarjinalkan
rakyat melalui pendaulatan kekuatan modal.
Sistem ekonomi kapitalisme yang
banyak dianut negara-negara di dunia, khususnya negara barat mengenyampingkan
rasa keadilan bagi umat manusia sehingga menimbulkan kemiskinan yang terus
merajalela. Karena Kapaitalis lahir dengan dasar mengesampingkan peran agama
untuk mengatur manusia. dengan kata lain agama hanya ditempatkan pada wilayah
individu bukan wilayah umum. Maka inilah yang menjadi sumber malapetaka
Indonesia saat ini. Tatkala Indonesia mengadopsi sistem kapitalisme maka
bukanlah kesejahteraan yang diperoleh melainkan kemiskinan, kelaparan,
pengangguran menjadi hal biasa di tengah tengah masyarakat.
*Penulis adalah Mahasiswa Perbankan Syariah FAI-UMJ dan Ketua Islamic Economic Study Circle (IESC).
*Penulis adalah Mahasiswa Perbankan Syariah FAI-UMJ dan Ketua Islamic Economic Study Circle (IESC).
0 Komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...