Source Pict.: yogainmyschool.com |
Oleh: Ahmad Munadi
Teori pertama dalam belajar ekonomi adalah The Law of
Scarcity (Kelangkaan). Teori yang mengatakan bahwa sumberdaya itu
terbatas dan kebutuhan tidak terbatas. Alhasil ada harga lebih atas
kelangkaan tersebut. Sesama pendaki gunung akan rela berbagi segalanya.
Jelas-jelas logistik semacam makanan maupun minuman disana sangat
langka. Kenapa mereka mau membaginya, gratis lagi! Teori ekonomi macam
apa yang bisa menjelaskan ini?
Manusia adalah Homo Economicus
Manusia adalah seorang homo economicus atau bahasa
gampangnya manusia adalah makhluk ekonomi. Manusia makhluk ekonomi
karena dalam berbuat mereka umumnya didorong oleh sebuah kepentingan
ekonomi. Sebagai homo economicus manusia selalu bertindak
rasional, rasional disini diartikan bahwa mereka akan mengejar
keuntungan baik itu moneter maupun non-moneter dalam setiap tindakannya.
Kira-kira itulah hasil terjemahan dari investopedia.
Kenapa manusia bisa disebut sebagai homo economicus? Hipotesis saya menyebutkan manusia menjadi seorang homo economicus sejak manusia mulai belajar mengenai keinginan dan kebutuhan (needs and wants).
Ketika manusia belajar bahwa di dunia ini mereka tidak bisa berdiri
sepanjang hari dibawah terik matahari karena akan mati, maka mereka
bergerak. Bergerak mencari makan, pakaian, rumah dan lain sebagainya.
Mereka mengenal makhluk lain dan juga sesama spesiesnya. Mereka mengerti
bahwa mereka butuh (needs) makan dan minum serta pakaian, dan mereka juga memiliki keinginan (wants) memiliki makanan yang enak pakaian yang banyak dan rumah yang besar.
Homo sapiens diduga adalah spesies manusia modern pertama.
Mereka jadi manusia modern alasannya karena besarnya otak mereka seperti
manusia modern sebesar 1300-1400 cm kubik. Alasan lainnya adalah karena
mereka berbeda dari spesies sebelumnya, mereka mulai mengenal bercocok
tanam dan mengurangi berburu dan menggunakan alat-alat yang terbuat dari
selain batu. Maka kita bisa juga mengambil sebuah hipotesis bahwa
semakin modern manusia maka dia akan semakin sadar bahwa dirinya adalah
seorang homo economicus. Hal ini melihat perkembangan homo sapiens dibandingkan spesies-spesies sebelumnya.
Kenapa saya berhipotesis makin modern manusia makin homo economicus?
Ya jelas karena perkembangan manusia didasarkan pada kepentingan
ekonomi. Manusia menggunakan logam dibandingkan batu karena logam lebih
mudah memotong-motong daging sehingga daging yang dapat digunakan
menjadi lebih cepat dan banyak. Manusia bercocok tanam agar tidak
tergantung pada alam dan dapat mengatur sendiri pangan mereka. Mereka
memilih berkelompok agar lebih kuat dan dengan berkelompok mereka mulai
bertransaksi ekonomi.
Berinteraksi dengan Alam
Ketika Adam pertama diciptakan, ia tidaklah berada di bumi, ia di
surga. Ia kemudian ditemani oleh Hawa. Kemudian disebabkan karena mereka
memakan buah apel terlarang akhirnya mereka diturunkan ke bumi. Jangan
tanyakan saya apakah itu apel malang ? apel fuji? Atau apel washington?
Karena saya juga tidak bisa menjawab kenapa buah terlarang itu harus
apel tidak jeruk atau buah yang lain…
Kembali ke topik Adam, jadi Adam turun ke bumi. Apa yang pertama
dilakukan Adam ke bumi, dia berinteraksi dengan alam. Di surga ia
mendapatkan segalanya tanpa susah payah, tapi di bumi? Ia harus
berusaha. Berusaha memenuhi kebutuhan manusianya berupa makan, minum,
tidur dan lain sebagainya. Semua itu didapatnya dari alam, menurut saya
inilah pertama kali manusia berinteraksi dengan alam.
Ketika manusia di dunia hanya Adam dan Hawa, kita rasanya tidak bisa menyebut bahwa mereka seorang homo economicus.
Karena ketika mereka hanya berdua saja di bumi yang luas ini, rasanya
alam menjadi milik mereka berdua. Mereka berdua tidak perlu bertransaksi
sesama mereka untuk mendapat keuntungan karena mereka bertransaksi
dengan alam. Mereka tak perlu membagi bumi menjadi dua daerah kekuasaan
barat untuk Adam dan timur untuk Hawa, mereka tak perlu. Mereka tau alam
yang mereka pijak, bahwa mereka bertransaksi dengan alam. Alam telah
menyediakan segala kebutuhan mereka secara gratis. Mereka menerima dari
alam, memakan tanaman dan hewan dan mereka menjadikan batu-batuan
sebagai rumah perlindungan.
To the point aja, yang ingin saya sampaikan bahwa ketika manusia hanya Adam dan Hawa atau ketika manusia dilahirkan mereka bukanlah seorang homo economicus. Manusia terlahir bukanlah sebagai seorang homo economicus,
bukan dengan selalu berfikir untuk mengambil keuntungan dari setiap
transaksi atau interaksi. Ia terlahir ke bumi karena kekhilafan
moyangnya Adam memakan apel terlarang sehingga diturunkan ke bumi, maka
manusia semestinya berinteraksi dengan alam untuk dapat menaikkan
derajatnya ke atas bumi, mungkin.
Mountainomics
Terus apa hubungannya bacaan diatas sama mountainomics? Ngapain juga bicarain homo sapiens sama kisah Adam dan Hawa itu kan berlawanan. Sama istilahnya bicarain teori evolusi yang selalu ditolak sama agamawan. Trus homo economicus apaan? Manusia itu terlahir sebagai homo economicus atau enggak sih? Dasar emang penulisnya muter-muter, pantes aja lulusnya lama :P
Ngapain orang naik gunung? Seorang teman saya di Wonosobo sangat expert
dalam menjawabnya. Dia akan menyediakan jawaban banyak, mau jawaban
dari sisi mana? Agama? Lingkungan? Ekonomi? Sosial? Budaya? Sejarah?
Tinggal pilih aja. Agama, bahwa wahyu pertama turun di gua hira di
dataran tinggi, maka orang naik gunung biar dapet wahyu. Lingkungan,
orang naik gunung untuk menghirup udara segar, merasakan indahnya alam
tempat pijakannya. Budaya, bahwa banyak peninggalan budaya juga
ditemukan dan terjaga keasliannya di pegunungan. Sosial, orang naik
gunung untuk mempererat perkawanan atau ingin lepas dari hiruk pikuk
manusia. Ekonomi? Mau nyari tambang emas, enggak lah saya becanda, ini
yang kita coba dalami.
Ketika seorang manusia hendak mendaki gunung, banyak yang
dipersiapkannya, makanan minuman pakaian dan cara buat tidur. Semua itu
hampir sama dengan Adam ataupun homo sapiens yaitu mencari
makan, menyediakan pakaian dan mencari tempat tidur, bedanya hanya zaman
dan teknologi. Jika dahulu makan cari buah dan hewan untuk diburu,
sekarang makanan dibawa dari daging kalengan dan sayu dari pasar. Jika
dulu pakaian dari hewan, kini pakaian bawa saja secukupnya. Jika dulu
tempat tidur dari batu dan berada di gua, pendaki gunung tidur di sleeping bag di gua atau dalam tenda. Hampir sama kok sama dahulu-dahulu. Jadi mountainomics itu gabungan pengertian homo economicus dari homo sapiens dan Adam gitu? Oh sebentar tunggu dulu, setelah iklan yang lewat ini.
.
.
.
Saya mencoba berasumsi bahwa ekonomi yang kita anut sekarang sebagian besar adalah ekonomi ala homo sapiens.
Ekonomi yang benar-benar meyakini ilmu evolusi. Sistem ekonomi yang
kita kenal sekarang berawal dari Bapak Adam Smith dan terus berkembang
hingga saat ini. Mengenal law of scarcity, utility, gossen theory, Nash equilibrium, SWAP, option, accounting, competitive advantage,
dan lain-lain. Teori ekonomi terus berkembang mengikuti keinginan zaman
dan kebutuhan manusia. Dan sekarang ekonomi tersebut mengarah ke green economics, yang menyertakan alam dalam berekonomi. Green economics juga dilandasi global warming dan kesadaran manusia terhadap perbuatannya terhadap alam.
Ada juga ekonomi bukan mainstream yang sedang berkembang
yaitu ekonomi ala Adam dan Hawa. Ekonomi yang bersumber dari Tuhan.
Bahwa hukum-hukum ekonomi sudah ada sejak dahulu dan telah diberikan
Tuhan pada manusia. Manusia hanya perlu mendekatkan diri pada Tuhan,
baca firman-Nya maka Anda akan tau teori ekonomi bahwa kita hidup tidak
di dunia tapi juga di akhirat. Ini dia ekonomi yang sekarang kita kenal
dengan sebutan Ekonomi Syariah atau Ekonomi Islam.
Terus ada dimana mountainomics sendiri. Dia mungkin akan
menyerempet pada ekonomi homo sapiens atau ekonomi evolusi. Hal ini
karena ekonomi tipe ini sekarang lebih mengarah ke green economics,
ekonomi yang mengarah pada perhatian pada alam. Hal ini sejalan dengan
jiwa para pendaki gunung, untuk menikmati alam dan juga melestarikannya.
Sayangnya mountainomics hanya menyerempet ekonomi sekarang, karena meskipun tujuan dan niatnya sama tapi caranya beda. Bagaimanapun ekonomi homo sapiens tetap kekeuh pada paradigma manusia adalah homo economicus yang suka mencari keuntungan tapi tidak untuk mountainomics.
Berbeda dengan sikap para pendaki gunung adalah berbagi segala yang
dimilikinya untuk alam sekitarnya yang membutuhkan secara tulus.
Mungkin juga mountainomics mengarah pada ekonomi ketuhanan.
Mereka rela berbagi logistik secara gratis untuk sekitarnya yang
membutuhkan dengan tulus. Apalagi artinya tulus tersebut kalo bukan
telah mencapai tingkat spiritualitas yang amat tinggi. Melakukan sikap
berbagi kepada sesama secara tulus padahal logistik disana langka hanya
karena Tuhan. Ah tapi kembali lagi, menurut saya mereka berbagi karena
ingin ke puncak gunung bersama-sama. Ingin ke puncak bersama-sama, tidak
semua pendaki gunung selalu ingat Tuhannya.
Jadi apa itu mountainomics kalo bukan ekonomi homo sapiens juga ekonomi ketuhanan. Kembali pada para pendaki gunung, mereka mendaki gunung supaya naik puncak ya iyalah.
Tapi inilah pendaki gunung, orang yang mendaki ke gunung untuk
menikmati alam dan melestarikannya. Mereka orang yang mungkin di gunung
rela berbagi segalanya pada sesamanya tapi ketika tidak di gunung ia
mungkin tidak sebaik ketika di gunung. Jadi perilaku mereka amat
dipengaruhi oleh alam. Mountainomics bukan berasal dari pemikiran-pemikiran atas evolusi manusia dan kepentingannya. Bukan juga sepenuhnya dari Tuhan. Mountainomics lebih mengarah pada perilaku ekonomi manusia yang dipengaruhi langsung oleh alam. Alam yang mengajarinya apakah ia harus ber-homo economicus atau tidak.
***
0 Komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...