Rabu, 30 November 2011

Pasar-pasar Jodoh

Oleh: Dyah
Untuk kalian yang akan menikah, ingin menikah, dan atau baru saja menikah. :)
(untuk Mas Syarif dan Mbak Kiki, untuk Dilla dan Kak Ato, untuk semuanya :D)

“Nikah? Duh, please jangan bahas itu donk, gw stress dengernya.” 
“Nikah? Hahha..belom lah, kita kan masih muda, saatnya senang-senang dulu lah… Nikah itu perkara serius yang belum siap gw jalani.” 
“Nikah? Hmm..do’ain aja yaa..” 
Bla bla bla

Bicara soal nikah, tiap orang tentu punya respon yang berbeda. Berhubung kemarin menghadiri acara pernikahan teman (pernikahannya kawan saya Dilla dan Kak Ato yang sesama aktivis HMI), jadi ikutan nulis aja tentang nikah ah. Hihihii.. tapi bukan soal respon ataupun latar belakang kenapa orang menikah atau bagaimana agar mendapatkan pasangan yang ideal yang ingin saya bahas disini. (soalnya itu dah dibahas di tulisannya kak Yoga PS). Ini cuman catatan kecil nan ringan tentang jodoh.

Kata ustadzah saya, tiap orang sudah diatur jodoh, rezeki, dan waktu kematiannya. Kita nggak pernah tahu yang mana yang lebih dulu datang, apakah jodoh dulu atau rezeki non-jodoh dulu? (jodoh itu termasuk rezeki juga loh.. hehee). Yang jelas, yang manapun yang duluan datang, mau nggak mau ya ambil aja dan tentu harus disyukuri. :)

Tiga Sistem dalam Perekonomian (dan Dunia Perjodohan)
Masih inget kan kalau dalam ilmu ekonomi, kita mengenal beberapa sistem yang bisa digunakan untuk mengatur perekonomian, antara lain yaitu:
-          Sistem Pasar Bebas / Liberalism / Neoliberalism / Laizess Faire, dan sejenisnya
Dalam sistem ini, semua pelaku ekonomi berhak dan bebas menggunakan dan mengumpulkan sumber daya/asset sebanyak apapun mereka inginkan. Titik-titik penawaran dan permintaan bergerak bebas, tidak beraturan, dan sangat cepat. Bila dikaitkan dengan sistem dalam menemukan pasangan hidup, maka bila menggunakan sistem ini berarti seseorang mencarinya dengan bebas. Nggak ada aturan si A nggak boleh sama si B. Maka jangan heran, dalam sistem ini, ada sebuah kelemahan yang timbul, diantaranya misalnya yaitu tidak sedikitnya orang yang menjalani hubungan dengan orang lain yang dah punya pasangan, sebab kebebasan adalah hal utama dalam sistem pasar bebas ini.

-          Sistem Komando / Marxisme / Penganut golongan kiri
Berbeda halnya dengan sistem pasar bebas. Dalam sistem komando, segala sesuatu yang berkaitan dengan perekonomian diatur oleh negara, bahkan kepemilikan individu pun diatur dengan ketat oleh negara, segala sesuatu untuk negara. Sistem seperti ini cenderung sangat mengikat para warganya. Titik-titik penawaran dan permintaan dalam sistem ini bergerak secara kaku (rigid). Bila dikaitkan dengan urusan hati, contoh konkret untuk sistem ini yaitu dua orang yang menikah karena perjodohan. Ya, misalnya kisah siti nurbaya dan datuk maringgi. Hehhee.. Mereka dijodohkan, dan tidak berhak untuk menolak.

-          Sistem Islam
Nah, lalu bagaimana dengan sistem Islam? :) sistem islam yang saya maksud disini tidak hanya untuk para muslim dan muslimah saja, tapi untuk siapa saja, sebab saya percaya nilai-nilai islam itu nilai-nilai universal.

Jika dibandingkan dengan sistem liberalism dan marxisme, sistem islam adalah penyeimbang keduanya. Segala hal sudah diatur dalam islam, termasuk dalam hal memilih pasangan hidup. :) ada empat hal yang menjadi pertimbangan, yaitu: paras wajah, kekayaan, keturunan yang baik, dan agama. Namun yang menjadi point utama yaitu agama. Jadi, walaupun tampan, kaya, dari keluarga yang baik, tapi jika beda agama? Maka carilah yang lain. :)

Lalu, jika nggak tampan, belum kaya materi, dari keturunan biasa-biasa saja, tapi agamanya bagus, maka adakah alasan untuk menolak? :)

Bukan hanya soal memilih pasangan, tapi islam juga mengajarkan kita untuk tidak sekedar memilih yang baik, namun juga melalui proses yang baik.

Dua orang berbeda jenis kelamin yang ingin menikah, hendaknya saling berkenalan terlebih dahulu. Maksudnya dalam hal ini berkenalan lebih dalam agar saling mengetahui pribadi masing-masing, biasanya hal umum yang penting diketahui misalnya: prinsip hidup, kriteria ideal masing-masing, kebiasaan-kebiasaan buruk masing-masing pihak (apakah bisa ditolerir atau tidak), visi ke depannya seperti apa? (ingin membina rumah tangga yang seperti apa, ingin punya anak berapa, etc), ingin istrinya berkarir atau jadi ibu rumah tangga saja, dan lain sebagainya.

Selain itu, selama proses perkenalan (biasa disebut ta’aruf), harus ada muhrim atau perantara yang mendampingi, tampilkan diri apa adanya, dan jawab pertanyaan sesuai keadaan yang sebenarnya. Waktu maksimal ta’aruf biasanya 3 bulan, tapi tergantung masing-masing pihak, jika ternyata baru ta’aruf 1 minggu, tapi dua-duanya merasa tidak cocok, ya ta’arufnya tidak perlu dilanjutkan. Tapi jika ternyata ta’aruf 1 minggu sudah merasa sama-sama klop, maka pernikahan tidak perlu ditunda-tunda lagi.

Jadi? Ingin menemukan jodoh dari sistem yang mana? :)
Menentukan pasangan hidup itu perkara hati.
Seperti yang sudah disebutkan di awal, semua orang punya jodoh, rezeki, dan voucher hidup di dunia yang berbeda-beda. Kita hanya perlu menyiapkan diri untuk menerima yang mana saja yang duluan datang. :)
Jodoh kita adalah pilihan kita.

Gud Luck!...

***


Makassar, Ahad, 27 November 2011.


*NB: note ini juga untuk diri saya sendiri :D

Dya Ry

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

1 Komentar:

  1. hahahaha, menikah yang dikaitkan dengan sistem ekonomi, ada2 aja.
    Btw, kalo saya ikut ekonomi campuran aja.....

    BalasHapus

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...