Jumat, 13 Januari 2012

Punya Ide Bisnis yang Menggiurkan???

Alasan resign??? Kebanyakan orang sih resign karena sudah dapat "yang lebih baik". Xixixi... itu sih urusan masing-masing yah kalau merasa dapat yang lebih baik. Kebanyakan karyawati resign dengan alasan: akan menikah. Kalau saya? Pengen coba usaha sendiri, walaupun nggak yakin-yakin amat dengan tingkat kesuksesannya. Jaman itu, saya diwanti-wanti untuk tetap bertahan kerja sampai yakin bisa berdiri sendiri. Bahkan, apa salahnya bisa dapat 2 sumber income? Tapi memang dasar pengennya nggak terikat dengan aturan 8 to 5 (atau sejenis), saya milih untuk resign setelah bertahan 2 tahun 9 bulan di kursi auditor.

Warnet: Yang pernah diobrolin, direncanain, dipikirin, dan kenyataan

Pernah saya membahas untungnya bisnis internet dalam Netnomics, kayaknya bisnis warnet (untuk game online) itu menguntungkan banget. Yup, ini kalau kita memulai bisnisnya jaman internet belum murah. Untung saja saya nggak "tercebur" dalam bisnis ini. Sempat bikin hitung-hitungan, yang sampai sekarang nggak kelar-kelar. Hahaha... niat nggak sih ini?

Kalau boleh curcol :D awalnya saya ingin punya bisnis karena warnet-warnet yang saya jelajahi. Ada yang tempatnya enak, tapi lemot. Ada yang murah, tapi jorok. Ada yang enak dan murah, tapi jauh. Ada yang berisik, ada juga yang key-nya nggak enak, ada yang kursinya somplak kayak digigit tikus, ada yang OP-nya sadis, ada juga yang AC-nya dingin banget sampe menggigil dan ada juga yang remang-remang. 

Ada salah seorang rekan kerja yang menjadi tertarik dengan investasi dalam bisnis warnet ini, tapi ada satu permasalahan yang membuat saya angkat tangan pula, soal tempat. Mau cari tempat di mana? Akhirnya tetap saja bisnis valas dan emas yang merupakan primadona rekan saya tersebut menjadi tak terkalahkan keuntungannya.

Kenyataannya, setelah saya boleh berbincang informal dengan salah satu pemilik warnet yang memulai di tahun 2009, selama 2 tahun memang diakui modal telah kembali. Tapi ya kondisinya sekarang ini nggak terlalu menguntungkan. Sedikit pendapatan yang melebihi biaya operasional. Banyak konsumen yang sudah beralih dengan memasang internet pribadi. Bahkan kalau memulai bisnis warnet sekarang sudah terlalu terlambat.

Warung Kopi: mini food court

Fenomena bisnis warung kopi (warkop) mulai saya amati sejak berada kembali di pulau Sumatera. Selama di Jakarta sih, nggak ada kepikiran untuk punya warung kopi. Nongkrong sambil jajan ya di JCo, Sour Sally, Dunkin, Pizza Hut, Ichiban Crepes, Hop Hop. Kalau nongkrong sambil makan ya tetep aja di mall atau pinggiran mall. Sangat jarang dan hampir nggak nemuin yang namanya warkop, adanya warteg, warung burjo dan penjual bergerobak.

Bisnis warkop umumnya menyediakan minuman yang general (teh, kopi, susu, teh kembang, teh susu, kopi susu, milo). Soal makanan, ada bermacam variasi, paling umum mie pangsit, mie-nasi-bihun-kuetiaw goreng. Ada juga yang menyediakan menu-menu khusus seperti soto, bubur, lontong, sate, gado-gado, nasi hainam, ketoprak, nasi uduk, dan kue-kue atau cemilan lainnya. Warkop nggak terlalu mahal, makanannya standar, pelayanannya standar, dan esensi utamanya adalah makan di tempat yang lumayan bersih. Untuk ngobrol, selama nggak ada yang merokok di sekitar kita sih oke-oke aja.

Menurut pandangan saya, bisnis warkop ada foodcourt dalam skala mini. Kalau saya akan berbisnis warkop, maka saya akan memilih sebagai penyedia tempat dan minuman, sementara untuk makanan sih mendingan juga bagi hasil. Misalnya dari semanggok mie yang dijual oleh penjual lain yang numpang jualan di warkop saya, maka saya dapet 1000 rupiah. Just as simple like that, nggak mau pusing masak-masak.

Suvenir dan undangan: estetik dan fungsi

Sering nggak sih kita mendapat suvenir acara atau pernikahan yang bukan barang jelek tetapi nggak mau juga kita pakai? Begitu juga undangan pernikahan, banyak yang bagus-bagus sehingga sayang saya buang, tapi nggak tau juga kalau disimpan buat apaan. Masih memikirkan tetang suvenir dan undangan yang dapat digunakan kembali dan bukan sekedar pemborosan yang nggak berarti.

Pertama, tentang suvenir. Kebanyakan handmade. Bisa sih digunakan, seperti gantungan kunci atau tempat handphone, tapi yaaaaaa nggak setiap menerima yang begituan kita akan menggunakannya bukan? Barang yang mass product sih lebih terpakai oleh penerimanya, seperti: pengharum ruangan, botol Tupperware, centong nasi, sumpit. Tinggal pengemasan yang menarik agar barang yang mass product itu dapat cantik sebagai suvenir. Estetik dan fungsi yang berimbang bukan. Kira-kira sih kalau akan terjun ke bisnis ini maka saya nggak menggunakan barang handmade yang fungsinya hanya estetik belaka, tapi kalo pengemasan mass product doang, terlalu mudah untuk ditiru.

Kedua, tentang undangan pernikahan. Undangan yang sederhana menyiratkan pesta yang biasa saja, tetapi undangan yang super bagus (dengan karton tebal, kertas wangi, puisi cinta, bahkan print-out foto kedua mempelai) adalah sesuatu yang berguna untuk mengesankan saja. Lebih dari itu, adalah sebuah pemborosan yang terselubung. Sebenarnya ya, di era digital ini, apa sih salahnya mengundang dengan media sms, bbm, pm ke fb, atau meng-create event di fb. But somehow, saya juga nggak mau datang tuh kalau nggak terima undangan yang printed-out. Nah loh???

Menikah adalah salah satu momen yang paling bahagia sepanjang hidup manusia, sehingga keberadaan undangan dan suvenir adalah hal yang mutlak agar nggak jadi pernikahan yang menyimpang. Dari sisi sustainability, bisnis undangan dan suvenir adalah bisnis yang dapat berlangsung terus menerus hingga ada suatu ide yang dapat menggantikan secara fungsional undangan tercetak dan suvenir yang mementingkan estetika.

Apa kamu punya ide bisnis yang menggiurkan?

Olivia Kamal

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

3 Komentar:

  1. Kalo seandainya saya disuruh milih bisnis apaan, saya langsung teriak, Cucian Motor/Mobil ajah kakak!

    Kenapa?
    Kendaraan, khususnya roda dua belakangan ini makin marak banget promosinya. Sales dan Marketingnya bukan main hebat dan tangguh. Jadi, gak perlu khawatir sik soal pelanggannya.

    Lahannya?
    Coba aja 'numpang' di beberapa SPBU atau kalo nggak nyewa tempat yang dipinggiran jalan.

    Soal modal, ini yang saya gak terlalu tau. Tapi, kalo saya perhatiin alat yang umum banget dipake cuma kompresor (Bener gk cara nulisnya?), air, sama sampo motor.

    Masalah promosi, cuma butuh kreatifitas pengelola aja sik ya. Yang sekalian buka angkringan di sebelahnya atau nyediaan wi-fi juga seru tuh kayaknya. :)

    Tapi, balik lagi ke penganalisaan Om SWOT yang super canggih ya.

    BalasHapus
  2. Kebanyakan mikir lu cuk, ga action2.

    Langsung action lah. Pasti mikir.

    Mikir terus. lum tentu action.

    Tapi jgn asal action seh. Ntar wa share ide2 deh. Ak juga lagi nyari soalnya :D

    BalasHapus
  3. cuk cuk... bwakakaka... noh udah prnh lsg eksyen adanya modal terbenam... kapok jg sih ceritanya :p

    BalasHapus

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...