Minggu, 22 Januari 2012

Segitiga Landak

Bagaimana menemukan bisnis yang cocok dengan kita?

Pertanyaan yang sering ditanyakan dalam seminar-seminar kewirausahaan. Biasanya dilontarkan oleh mereka yang belum pernah punya bisnis. Masih pemula dan terus meraba-raba. Dan pertanyaan ini pula yang kembali ditanyakan oleh seorang teman saya. Dia resign setelah menjadi auditor kantor akuntan public ternama guna mengejar cita-citanya menjadi pengusaha.

Okay, saya tidak ingin menggurui. Saya juga masih belajar. Beberapa kali berbisnis sejak SMA hingga kuliah. Mayoritas untung. Tapi tidak jarang juga rugi. Yang pasti, tidak ada bisnis saya yang sustain, berkelanjutan. Semua sifatnya musiman. Karbitan. Dadakan. Sporadic. Atau apa lah namanya.

Saya pernah berjualan buku bekas pelajaran saat tahun ajaran baru. Menjual bunga saat valentine. Takjil pisang ijo saat puasa. Bahkan menjadi pedagang asongan. Yang bertahan agak lama, saya pernah membuka dealer motor bekas selama 10 bulan, dan menjadi peternak bebek petelur selama 1 tahun. Semua dilakukan disela-sela jadi anak sekolahan.

Setelah lulus pertengahan 2011 lalu, sekarang status saya justru jadi pegawai kantoran biasa. Niatnya belajar sambil mencari modal social untuk membayar hutang yang masih ada. Hehehe.

So, saya tidak punya kapabilitas untuk memberikan petuah sakti. Saya hanya ingin berbagi model dari Jim Collins dan sedikit matriks yang saya ciptakan sendiri. Sedikit oleh2 dari teori di bangku kuliah yang tersisa. Semuanya tentang menemukan peluang bisnis yang ada.

Segitiga Landak

Jim Collins dalam karya masterpiece-nya, Good to Great, melakukan penelitian terhadap perusahaan paling sukses di dunia. Hasilnya, ia melihat semua perusahaan sukses menerapkan prinsip dari segitiga landak. Anda tahu landak? Binatang bercula satu. Oh, itu badak. Landak adalah hewan berduri yang jadi icon video game SEGA lewat tokoh Sonic the Hedgehog.

Prilaku landak sangat sederhana. Ia terfokus. Tidak gampang teralihkan ketika sedang berburu. Dan punya self defense mechanism yang bagus lewat duri-durinya. Yang jelas, menurut Collins, semua perusahaan hebat harus seperti landak: Sederhana. Focus. Dan punya pertahanan kuat.

Semua perusahaan hebat harus punya tiga hal: passion terhadap industry yang digeluti. Kemampuan berburu peluang secara ekonomis. Dan keahlian terbaik dibidangnya. Dari ketiga hal ini, kita bisa lihat jika passion memegang peranan penting. Passion adalah panggilan hidup. kecintaan terhadap bidang yang digeluti. Bukan Cuma panggilan profesi.



Passion terhadap keindahan teknologi membuat Steve Jobs mampu memimpin Apple untuk terus mengeluarkan produk yang luar biasa “cantik”. Passion terhadap transportasi membuat Soichiro Honda terus mencoba meski sudah gagal berkali-kali. Passion terhadap dunia finansial membuat Warren Buffet membuatnya menjadi salah satu investor tersukses di dunia.

Pesan dia:

Saya tidak berbeda dengan kalian. Jika pun ada, perbedaannya hanya bahwa saya bangun setiap pagi dan memiliki kesempatan untuk melakukan apa yang saya cintai.

Do what you love. Love what you do.

Temukan bidang yang Anda cintai. Jadilah ahli terbaik di dunia untuk bidang yang Anda sukai. Lalu lakukan komersialisasi. Uang akan datang dengan sendiri. Bagi yang suka memasak, bisa memulai bisnis kuliner. Yang suka komputer, bisa mencoba berbisnis IT. Jika suka otomotif, bisa membuka usaha bengkel.

Business passion matrix

Tapi pengalaman saya menunjukkan jika peluang ekonomi lebih berperan didalam bisnis. Percuma ada passion, tapi jika tidak ada peluang. Tapi banyak yang tidak punya passion, tapi karena ada peluang bisnis, tetap bisa sukses. Coba deh tanya ke pedagang di pasar, apakah mereka bercita-cita jadi pedagang pasar? Karena banyak pebisnis yang terkena the power of kepepet.

Berdasarkan passion dan peluang, maka saya menciptakan matrix passion sendiri.


Ada perpotongan antara peluang dan passion. Sehingga ada 4 jenis kondisi.


  1. It’s my life!!!. Kondisi ideal dimana bisnis yang kita geluti sesuai dengan passion yang kita miliki. Seneng ama baju, akhirnya punya brand design sendiri. Seneng nyanyi, jadi penyanyi sekaligus produser. Jika Anda berada di fase ini, dunia dan seisinya sudah ditangan Anda.

  2. Just do it. Peluang ada, tapi passion ga terlalu dalam. Pokoknya ada peluang, hajar bleh! Contohnya saya sendiri. Sekarang saya berjualan kue ke teman2 kantor. Karena saya melihat peluang dari teman2 yang ga sempat sarapan. Selain untuk seneng2, saya berlatih mengendus peluang, mengeksekusi, dan sebagai pancingan untuk mendapatkan “ikan” yang lebih besar. Rejeki kecil akan mengundang rejeki besar. (for your info: return harian jualan kue ini ngalahin return saham yang saya punya!).

  3. Keep trying. Passion ada, peluang lum ada. Contohnya saya lagi. Saya suka menulis, dan bercita-cita menjadi penulis. Tapi siapa yang mau membeli tulisan saya saat ini? So, just keep trying dude. Yakinlah akan tiba suatu masa ketika orang2 akan membutuhkan kita. Teruslah berkarya. Ingatlah hukum 10.000 jam yang ada pada sang juara.

  4. Forget it. Ga seneng, ga ada peluang. Ga usah dibahas. Just forget it.

Sekali lagi. Kita hidup di dunia hanya sekali. Besok mungkin kita sudah mati. Jadi, lakukan apa yang menurut kita berarti. Bertanyalah kepada diri sendiri, apa yang kita cari di dunia ini?

Karena kebahagiaan hidup ada di kedamaian hati.

Sedangkan kedamaian hati ada di kebersihan nurani.

Dan kebersihan nurani ada di kejujuran terhadap diri sendiri.

Jangan takut gagal. Takutlah jika takut mencoba.

Jangan takut miskin. Takutlah jika tidak mampu membantu orang miskin.

Pencerahan

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 Komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...