Minggu, 27 Januari 2013

Kontrol Mukamu! Eh, Pekerjaanmu, Wahai Para Akuntan!


Oleh: D.A. Rohmatika

“Ngerjain Akuntansi itu segalanya tentang kontrol,” begitu kata bos ane yang mantan auditor 3 tahun lamanya di Big Four dan masih jadi akuntan begitu keluar dari sana –sangat berdedikasi sekali pada Akuntansi. Anyway, back to the topic. Menurut dia, kita harus bisa yakin kalau kita sudah melakukan sistem kontrol sama pekerjaan kita sendiri. Kontrol sama pekerjaan sendiri? Gimana cara?

Oke. Contohnya, pernah bekerja sama bagian pengecekan pajak? Tugas mereka memang hanya mengecek nominal pajak yang ada, apakah transaksi dikenakan nominal pajak yang sesuai, apakah pajak tersebut memang benar dialokasikan pada bulan tersebut. Jika ada kesalahan pada bagian ini, siapa yang akan menerima akibatnya? Kita misalkan saja bagian pemegang kas. Tentu dia bisa membuat kesalahan dalam mengalokasikan kas saat bagian pengecekan pajak melakukan kesalahan bukan? Bisa jadi ketika bagian pencatatan mencatat pajak untuk Bulan Desember, tetapi karena kesalahan dari pengecekan pajak tentang cutoff (pencatatan transaksi sesuai periode keterjadiannya) membuat pajak itu masuk ke kumpulan pajak Bulan Januari tahun depannya. Kelihatan simpel? Cuma salah gitu aja? Ya, tapi salah gitu aja bikin nggak balance antara bagian pencatatan dan bagian kas. Nah, loh? Kalau selisihnya sampai 30 juta rupiah gimana coba?

Jadi, bagaimana caranya agar sistem yang kita bangun/kerjakan memungkinkan kita untuk bisa melakukan kontrol terhadap pekerjaan sendiri? Kita misalkan saja akuntan dari sebuah usaha yang baru berdiri, sebut saja Cossette Apparel (kalau di-klik muncul beneran loh, hahaha) (numpang promosi, kakagh *kedip-kedip*). Misalnya dia membuat sistem sederhana yang mencatat semua jurnal transaksi perusahaan bersangkutan. Karena masih sederhana, kita memakai sheet excel saja kali ya. Lalu, bagaimana kontrolnya?

Misalnya, di file yang sama dia membuat link dari sheet jurnal ke buku besar berdasarkan akunnya. Ada Buku Besar Kas, Buku Besar Pajak, Buku Besar Pendapatan, dan lain-lain. Nah, nanti ketika semua dimasukkan ke neraca lajur dan sudah diketahui hasil akhirnya, yang paling bisa dicek pertama kali adalah kas. Dari mana? Tentu daja dari Rekening Koran. Misalnya saja, di Rekening Koran terdapat kas Rp34.567.976,00 tapi di saldo kas kita hanya ada Rp32.567.000,00. Dari manakah sisanya berasal? Baru kita cek akun yang ada di rekening koran: (1) bunga bank, (2) biaya administrasi, (3) biaya pembuatan cek (misalnya memakai cek), (4) biaya transfer yang diambilkan dari saldo kas di rekening. Tambahkan semua bunga bank dikurangi semua biaya-biaya yang mungkin ada, maka saldonya harus menunjukkan Rp32.567.000,00.

Bagaimana kalau saldo terakhir bank setelah ditambah bunga dan dikurangi biaya ternyata lebih dari ATAU kurang dari Rp32.567.000,00 (saldo yang tercatat di pembukuan)? Langkah pertama, hela napas (kenapa lagi-lagi geser saldo akhirnyaaaa??? D*$#0J*^@$N&%C&^&%$U$%K*&#). Langkah kedua, ambil kursi dan tali. Langkah ketiga, gantung diri. RIP, dear friend.

Langkah satu-satunya adalah cek satu-satu saldo ke belakang. Caranya? (1) Cek saldo kas per bulannya. Apakah sisa saldo kas per bulan di pencatatan sudah sama dengan di rekening koran (tentu setelah yang di rekening koran ditambah bunga dan dikurangi biaya-biaya). (2) Pasti nanti ada bulan-bulan yang sama dan bulan-bulan yang geser. Hitung ulang pendapatan dan biaya yang dikeluarkan di bulan itu (untuk sistem basis kas) atau analisa cash flow yang terjadi di bulan itu (untuk akuntansi sistem akrual). Baru setelah itu temukan angka yang janggal atau geser lainnya dan cek satu-satu. Gampang kan? (Pale lu gampang! Proses ini udah kayak ngubah bubur jadi nasi lagi alias nggak bakal rampung! *evilsmirk *ditimpuk bata se-RT).

Jadi begitulah. Kalaupun sebenarnya di job description atau protap atau apapun tidak ada kerjaan “menghitung total pajak per bulan” atau “membuat summary transaksi bulanan” tapi tidak ada salahnya kita melakukannya. Daripada kita disantet pegawai bagian lain gara-gara dia merasa di tempat kita ada yang nggak beres tapi kita diam-diam saja ngerasa nggak salah gara-gara nggak mau ngecek? Think it all over, dear.

Mau contoh akuntansi lainnya? Makanya, beli produk ane dong, gan. Jangan lupa di Cossette Apparel yaaa. Bisa di-klik kok *kalem* Jadi kan bisa dipakai buat contoh-contoh lain kalau transaksinya udah banyak dan kompleks. Ya nggak, friend? :3

D. A. hime

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 Komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...