Oleh: D.A. Rohmatika
“Ngerjain Akuntansi itu segalanya tentang kontrol,” begitu kata bos ane yang mantan auditor 3 tahun lamanya di Big Four dan masih jadi akuntan begitu keluar dari sana –sangat berdedikasi sekali pada Akuntansi. Anyway, back to the topic. Menurut dia, kita harus bisa yakin kalau kita sudah melakukan sistem kontrol sama pekerjaan kita sendiri. Kontrol sama pekerjaan sendiri? Gimana cara?
“Ngerjain Akuntansi itu segalanya tentang kontrol,” begitu kata bos ane yang mantan auditor 3 tahun lamanya di Big Four dan masih jadi akuntan begitu keluar dari sana –sangat berdedikasi sekali pada Akuntansi. Anyway, back to the topic. Menurut dia, kita harus bisa yakin kalau kita sudah melakukan sistem kontrol sama pekerjaan kita sendiri. Kontrol sama pekerjaan sendiri? Gimana cara?
Oke. Contohnya, pernah bekerja
sama bagian pengecekan pajak? Tugas mereka memang hanya mengecek nominal pajak
yang ada, apakah transaksi dikenakan nominal pajak yang sesuai, apakah pajak
tersebut memang benar dialokasikan pada bulan tersebut. Jika ada kesalahan pada
bagian ini, siapa yang akan menerima akibatnya? Kita misalkan saja bagian
pemegang kas. Tentu dia bisa membuat kesalahan dalam mengalokasikan kas saat
bagian pengecekan pajak melakukan kesalahan bukan? Bisa jadi ketika bagian
pencatatan mencatat pajak untuk Bulan Desember, tetapi karena kesalahan dari
pengecekan pajak tentang cutoff
(pencatatan transaksi sesuai periode keterjadiannya) membuat pajak itu masuk ke
kumpulan pajak Bulan Januari tahun depannya. Kelihatan simpel? Cuma salah gitu
aja? Ya, tapi salah gitu aja bikin nggak balance antara bagian pencatatan dan
bagian kas. Nah, loh? Kalau selisihnya sampai 30 juta rupiah gimana coba?
Jadi, bagaimana caranya agar
sistem yang kita bangun/kerjakan memungkinkan kita untuk bisa melakukan kontrol
terhadap pekerjaan sendiri? Kita misalkan saja akuntan dari sebuah usaha yang
baru berdiri, sebut saja Cossette Apparel (kalau di-klik muncul beneran loh,
hahaha) (numpang promosi, kakagh *kedip-kedip*). Misalnya dia membuat sistem
sederhana yang mencatat semua jurnal transaksi perusahaan bersangkutan. Karena
masih sederhana, kita memakai sheet excel saja kali ya. Lalu, bagaimana
kontrolnya?
Misalnya, di file yang sama dia membuat link dari sheet jurnal ke buku
besar berdasarkan akunnya. Ada Buku Besar Kas, Buku Besar Pajak, Buku Besar
Pendapatan, dan lain-lain. Nah, nanti ketika semua dimasukkan ke neraca lajur
dan sudah diketahui hasil akhirnya, yang paling bisa dicek pertama kali adalah
kas. Dari mana? Tentu daja dari Rekening Koran. Misalnya saja, di Rekening
Koran terdapat kas Rp34.567.976,00 tapi di saldo kas kita hanya ada
Rp32.567.000,00. Dari manakah sisanya berasal? Baru kita cek akun yang ada di
rekening koran: (1) bunga bank, (2) biaya administrasi, (3) biaya pembuatan cek
(misalnya memakai cek), (4) biaya transfer yang diambilkan dari saldo kas di rekening.
Tambahkan semua bunga bank dikurangi semua biaya-biaya yang mungkin ada, maka
saldonya harus menunjukkan Rp32.567.000,00.
Bagaimana kalau saldo terakhir
bank setelah ditambah bunga dan dikurangi biaya ternyata lebih dari ATAU kurang
dari Rp32.567.000,00 (saldo yang tercatat di pembukuan)? Langkah pertama, hela
napas (kenapa lagi-lagi geser saldo akhirnyaaaa??? D*$#0J*^@$N&%C&^&%$U$%K*&#).
Langkah kedua, ambil kursi dan tali. Langkah ketiga, gantung diri. RIP, dear
friend.
Langkah satu-satunya adalah cek
satu-satu saldo ke belakang. Caranya? (1) Cek saldo kas per bulannya. Apakah
sisa saldo kas per bulan di pencatatan sudah sama dengan di rekening koran
(tentu setelah yang di rekening koran ditambah bunga dan dikurangi
biaya-biaya). (2) Pasti nanti ada bulan-bulan yang sama dan bulan-bulan yang
geser. Hitung ulang pendapatan dan biaya yang dikeluarkan di bulan itu (untuk
sistem basis kas) atau analisa cash flow yang terjadi di bulan itu (untuk
akuntansi sistem akrual). Baru setelah itu temukan angka yang janggal atau
geser lainnya dan cek satu-satu. Gampang kan? (Pale lu gampang! Proses ini udah
kayak ngubah bubur jadi nasi lagi alias nggak bakal rampung! *evilsmirk
*ditimpuk bata se-RT).
Jadi begitulah. Kalaupun sebenarnya
di job description atau protap atau apapun tidak ada kerjaan “menghitung total
pajak per bulan” atau “membuat summary transaksi bulanan” tapi tidak ada
salahnya kita melakukannya. Daripada kita disantet pegawai bagian lain gara-gara
dia merasa di tempat kita ada yang nggak beres tapi kita diam-diam saja ngerasa
nggak salah gara-gara nggak mau ngecek? Think it all over, dear.
Mau contoh akuntansi lainnya?
Makanya, beli produk ane dong, gan. Jangan lupa di Cossette Apparel yaaa. Bisa
di-klik kok *kalem* Jadi kan bisa dipakai buat contoh-contoh lain kalau
transaksinya udah banyak dan kompleks. Ya nggak, friend? :3
0 Komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...