Oleh: Yoga PS
“Ada yang bisa saya bantu?”
Pertanyaan ini sering kita dengar ketika berbelanja di toko atau
menelpon call center. Biasanya diucapkan oleh penjaga toko atau
resepsionis diujung telpon. Pertanyaan sederhana yang sesungguhnya
sangat bermakna. Mengapa? Karena pertanyaan diatas adalah dasar semua
bisnis. Pondasi seluruh kegiatan ekonomi. Kekayaan milyaran dolar,
dimulai dari sana.
Bisnis atau kegiatan ekonomi, sering kita anggap hanya sebuah
hubungan transaksional semata. Si A memberikan barang/jasa kepada si B,
dan sebagai balas jasa, si B memberikan uang. Tapi sesungguhnya lebih
dari itu. Bisnis menciptakan hubungan kemanusiaan yang saling
menguntungkan. Transaksi tercipta karena relasi aksi-reaksi.
Karena manusia adalah makhluk social dan takkan mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri. Ia butuh bantuan orang lain untuk melangsungkan
kehidupan. Kita butuh pangan, sandang, papan, serta berjuta keinginan.
Sedangkan para pengusaha, entrepreneur, kapitalis, (atau apapun Anda
menyebutnya), adalah manusia terpilih yang mampu melihat kebutuhan
manusia, dan “membantu” dengan menciptakan barang/jasa untuk memenuhi
kebutuhan itu.
Pasar Adalah Orang yang Perlu Dibantu
Pada 1976 ketika berjalan-jalan di daerah sekitar kampusnya,
Chittagong University, Muhammad Yunus menemukan kenyataan menyakitkan
tentang pengrajin bambu. Mereka harus membayar bunga yang sangat tinggi
kepada rentenir untuk bisa mendapatkan dana pinjaman. Yunus
terkagum-kagum dengan semangat para pengrajin yang didominasi wanita.
Mereka bekerja dengan rajin, dan terus berusaha membayar pinjaman
meskipun dibebani bunga yang mencekik.
Ia sempat menemui bankir local dan bercerita tentang hal ini.
Hasilnya adalah lelucon, bagaimana mungkin bank bisa memberikan kredit
untuk mereka yang tidak pantas mendapat kredit? Pendidikan mereka
rendah, tidak mengerti business plan atau system akuntansi. Yunus tak
tinggal diam. Ia lalu menyuruh mahasiswanya mendata pengrajin, dan
dengan uang pribadinya sebesar $27, memberikan kredit lunak. Selebihnya
adalah sejarah. Grameen bank lahir, dan Yunus dianugerahi hadiah
nobel.
Lain Bangladesh lain Indonesia. Jika pada 1970-an Anda ingin menyewa
mobil di Jakarta, saya jamin Anda akan menemukan kesulitan. Bukan
hanya kesulitan menemukan mobil yang disewa, tapi yang lebih puyeng:
bagaimana menentukan tariff. Tidak ada harga standar. Semua tergantung
kemampuan nego, tampang memelas ketika menawar, dan belas kasihan
pemilik mobil terhadap penyewa.
Untuk membantu orang yang mencari moda transportasi aman dan nyaman
inilah keluarga Djokosoetono mendirikan “Chandra Taksi”, embrio telur
lahirnya Blue Bird. Taksi pertama yang menggunakan system argo yang
jelas, dan layanan barang kembali jika ada bawaan penumpang yang
tertinggal.
“Proses membantu” yang sama juga dilakukan oleh Bob Sadino.
Pengusaha nyentrik yang terbiasa memakai celana pendek ini awalnya
berganti-ganti pekerjaan. Sampai ia menjual telur dan kebetulan ia
menemukan kenyataan jika banyak ekspatriat kesulitan menemukan tempat
belanja bahan makanan segar yang berkualitas. Telur pun ditambah sayur
mayur, daging, dan berbagai kebutuhan pokok. Akhirnya, berdirilah Kem
Chicks hingga sekarang.
Melayani
Saat kita belajar analisa bisnis di sekolah bisnis, kita diajar
untuk melihat competitive advantage untuk menilai sebuah bisnis. Sejauh
mana superioritas produk/jasa perusahaan dibandingkan pesaingnya. Tapi
menurut saya, bisnis yang baik adalah bisnis yang melayani sesama
manusia. Profit? Itu hanya konsekuensi logis setelahnya.
Karena membangun bisnis pada dasarnya bukan tentang memenuhi
kebutuhan diri sendiri, tapi bagaimana membantu orang lain. Ekonom
menyebutnya kebutuhan pasar. Microsoft dan Apple membantu dunia dengan
menciptakan system operasi computer yang mempermudah hidup manusia.
Google dan Yahoo! membantu kita menemukan pengetahuan semesta di dunia
maya. Mercedes dan Toyota membantu kita berkendara dengan nyaman di
jalan raya.
Hukum Sang Pencipta sungguh sederhana. Yang membantu, akan dibantu.
Yang menolong, akan ditolong. Yang berbuat baik, akan mendapatkan hasil
baik. Mereka yang dipermudah hidupnya, adalah mereka yang mempermudah
hidup sesamanya.
Seperti pesan pemenang nobel sastra pertama dari Asia, Rabindranath Tagore:
“Saya tertidur dan bermimpi jika hidup adalah kegembiraan. Saya
terbangun dan melihat jika hidup adalah pelayanan. Saya melakukan dan
percayalah, pelayanan adalah kegembiraan”.
Jika kita sedang kebingunan mencari ide bisnis, peluang ekonomis,
atau ingin mendirikan perusahaan tahan krisis, cukup ajukan pertanyaan
sederhana:
“Apa yang bisa saya bantu?”
0 Komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar yang lebih gila...