Oleh: Yoga PS
Berita tentang kasus pembegalan
di daerah Pasar Minggu membuat saya kaget. Perasaan baru seminggu yang lalu
kawan seprofesinya di Tangerang harus menjadi steak medium well done karena
dijadikan bahan eksperimen resep “Begal Bakar Tangerang” oleh warga yang
menangkapnya.
Pertanyaan begonya: apakah mereka
tidak takut mengalami nasib yang sama? Apakah tidak ada “begal warning” dari
APEM - PANAS (Asosiasi Pembegal - Penadah Nasional) bagi para anggotanya?
Apakah tidak ada efek jera bagi calon pembegal di seluruh dunia?
Jawabannya tentu seperti menjawab
pertanyaan kenapa kejahatan masih tetap eksis kaya artis, padahal penegakan
hukum terus berjalan dinamis. Penjara selalu terisi penuh. Neraka juga katanya
bersedia menampung para manusia yang jahat. Tapi namanya juga manusia, selama
ada kesempatan di tengah kesempitan, ya milh kesempatan. Coba adanya kesempatan
atau dana umum, pasti milih dana umum. (Aduh koq malah ngomongin monopoli)
Demikian juga dengan pembegal.
Saya yakin mereka tahu risiko diamuk warga dan dipaksa melapor ke malaikat
izrail sang pencabut nyawa. Kasus begal dijadikan menu “begal guling” oleh
warga sudah terjadi sejak lama. Tapi toh, beberapa bulan kedepan, saya yakin
kasus pembegalan masih akan terjadi.
Secara ekonomi, setidaknya ada dua
faktor yang menyebabkan pembegal akan terus berkeliaran di muka bumi. Dua
faktor sederhana:
a. a. Low
barrier to entry – modal enteng
b. b. High
ROI (return on investment) – hasil mentereng
Begal: Profesi yang Menjanjikan
Secara ekonomis matematis,
menjadi seorang begal adalah profesi yang menguntungkan.
Jika Anda ingin jadi seorang politisi
koruptor, maka modal yang Anda butuhkan tidak sedikit: pendidikan tinggi, modal
capital untuk mendapatkan kekuasaan (termasuk bagi2 serangan fajar ke
konstituen), dan modal sosial kepada calon partai pengusung Anda. Total bisa
ratusan juta dan milyaran.
Bandingkan modal sebagai seorang
begal. Cukup modal nekat, tampang sangar, fisik yang prima buat berantem, motor
kenceng buat kabur, dan senjata tajam seadanya. Untuk sekali beroperasi sebagai
begal, hanya dibutuhkan tak lebih dari 160 ribu rupiah (asumsi beroperasi
berdua). Jika berempat ya 320rb. Murah banget kan?
Activity
|
Investment
|
Golok/parang
|
50.000
|
Konsumsi warteg
|
20.000
|
Bensin
|
15.000
|
Sewa motor + Helm
|
75.000
|
Grand Total
|
160.000
|
Dan seandainya berhasil, berapa
yang mereka dapatkan? Menurut berita di Media Indonesia, motor hasil begalan
bisa dijual di kisaran 3 juta untuk bebek, dan 5 jutaan untuk motor ber-cc
besar. Nah anggap saja dia sukses membegal motor matic dan dijual 3 juta, maka
ROI-nya adalah 1775%!
Jika yang begal punya koneksi
lebih dalam, dia bisa bekerja sama dengan pemilik bengkel dan mempreteli bagian
sepeda motor untuk dijual secara eceran. Menurut sumber yang sama, dengan
metode seperti ini, ditotal-total bisa menghasilkan hingga 15 juta rupiah (tapi
saya agak sangsi dengan perhitungannya). Ruarrr biasa bung. Dan proses
pembegalan sekaligus kabur dari kejaran petugas bisa dilakukan dalam hitungan
jam saja!
Sales
|
3.000.000
|
COGS
|
160.000
|
Net profit
|
2.840.000
|
ROI
|
1775%
|
Bisnis dengan hasil mengkilat
dalam waktu singkat ini hanya bisa disaingi oleh bisnis dunia hitam lainnya:
prostitusi dan narkoba. Bedanya, dua-duanya ga bisa hanya modal nekat. Prostitusi
ga Cuma modal ngangkang. Saya ga’ bisa membayangkan jika Anda nekat menjajakan
diri seperti Miyabi meski tampang Anda seperti minyak babi. Disitu kadang saya
merasa sedih.
Apakah Begal Tidak Takut Dihukum?
Saya yakin mereka tahu risiko
menjadi begal. Risiko ditangkap. Digebukin warga. Dikirim ke akhirat sana. Atau
minimal ngamar di penjara. Tapi semua itu risiko profesi. Seorang begal sejati
pasti mengerti pepatah:
“What doesn’t kill me, makes me stronger”.
Setiap operasi begal yang
berhasil akan menambah kepercayaan diri dalam curriculum vitae mereka. Dan
setiap operasi yang gagal akan membuat mereka semakin berhati-hati dikemudian
hari.
Seperti kejahatan lainnya, begal adalah
sebuah bisnis model. Ia akan tetap ada, selama pasar masih ada. Supply bertemu
demand. Selama masih ada motor untuk dicuri, penadah yang menutupi, dan pembeli
yang mencari.
Karena motif begal adalah motif
ekonomi, yang bisa lakukan adalah mempersempit supply. Dengan terus berdoa dan
berhati-hati, menghindari tempat sepi, belajar bela diri, dan membeli asuransi.
Seperti kata bang napi di acara tipi masa lalu: Waspadalah! Waspadalah!.
Kejahatan terjadi bukan karena ada niat pelakunya tapi karena kesempatan, Waspadalah! Waspadalah!
BalasHapusTapi kalau begal, kayaknya memang udah niat, sisa cari kesempatan, jadi Lebih Waspadalah! Lebih Waspadalah!
emang udah serem, deh, kalau jadi jahat karena ekonomi :(
BalasHapus