Seorang
teman kuliah yang kini menjadi bankir mengeluh: uang yang
diinvestasikan lebih dari 80 juta terancam hilang. Dicuri tuyul?
Sayangnya tuyulnya punya dua kaki dan berjalan-jalan di muka bumi.
Uangnya belum balik karena dibawa lari partner usaha yang ia pinjamkan.
Koq bisa?
Jadi
ceritanya, dia memiliki teman yang dipercaya sejak kuliah. Sebut saja
Bunga, bukan nama sebenarnya. Bunga adalah laki-laki. Mereka sudah
mengenal sejak masuk kampus. Teman saya, sebut saja Melati (yang juga
seorang lelaki), menjalani suka duka organisasi kampus bersama Bunga.
Mulai
dari makan bareng, jalan-jalan bareng, naik gunung bareng, semoga aja
ga bikin bendungan kaya bareng-bareng. Oh kalo itu berang-berang ding.
Ya pokoknya mereka sudah sehati dan sejiwa. Bagaikan bat dan man. Jika
tidak bersama ga bisa jadi batman dan melindungi kota Gotham.
Sampai
akhirnya Melati lulus lebih dulu. Sedangkan Bunga masih harus
memperdalam ilmu di dunia perkulian. Melati kemudian diterima di salah
satu bank BUMN dan berkantor di kawasan Sudirman.
Suatu hari, Bunga menawarkan ide kerjasama
menjual beli bebek. Bunga akan membeli dari peternak di desa, dan menjualnya ke rumah makan di kota. Melati dijanjikan mendapat keuntungan per ekor bebek yang terjual. Berapa? Ga tanggung-tanggung cuy, bisa 30%.
Singkat
kata singkat cerita, mungkin karena sudah percaya 100% dan tergiur
keuntungan, Melati meminjamkan uangnya ke bunga. Ga banyak-banyak dulu.
Lima juta, sepuluh juta. Pembayaran return dari bunga berjalan lancar.
Melati kipas-kipas duit berbau bebek. Lebih enak dari bebek Pak Slamet
tentunya.
Karena
cuan-nya lumayan, Melati mulai mempromosikan kesaktian Bunga berdagang
bebek ke teman-teman kantornya. Mata teman kantor Melati langsung
berubah menjadi batu bacan: hijau terang gemilang karena melihat
keuntungan yang dijanjikan. Invest saham yang risikonya besar aja bisa
dapat 20% udah bagus, lah ini bisa sampai 30%? Ibarat janda ngaku
perawan, siapa yang bisa ngelawan?
Total
jendral, terkumpul duit yang lumayan. Melati sendiri menanamkan 80
juta. Eh setelah dikirim uang dalam jumlah besar si Bunga koq ga pernah
kasih kabar ya? di telpon ga aktif, di dunia maya ga pernah kasih kabar
apa-apa. Setelah dicek di Jogja, Bunga ga punya kandang bebek. Ga ada
mobil usaha. Lha selama ini jualnya gimana caranya? Rumahnya disamperin,
keluarganya sudah pindah. Bunga hilang tak berbekas. Meninggalkan
investor yang harus siap-siap medical check up karena stress duitnya
dibawa kabur.
Pelajaran
Ketika Melati menceritakan kasus ini, saya langsung memberinya selamat:
“Wah hebat lu, learning cost 80 juta”
Karena
bagi Melati dan kita semua, ini adalah pelajaran. Namanya juga usaha,
pasti ada aja apesnya. Yang penting mau belajar dan bangkit lagi. Apa
learningnya? Setidaknya ada tiga.
Pertama, pelajari business modelnya.
Tanpa bertanya terlalu detail dan melakukan re-check, Melati percaya
100% melihat itung-itungan keuntungan di kertas. Dia tidak pernah
mempelajari bagaimana sustainability dari bisnis ini, apa worst
case-nya, bagaimana supply chain-nya, dan apakah semuanya masuk akal?
Mendengar janji return 30% sudah membutakan mata Melati.
Kedua, cek kondisi lapangan.
Selama ini ia hanya percaya laporan lisan Bunga. Melati ga pernah turun
melihat proses pembelian bebek dari peternak, atau penjualan ke rumah
makan. Pokoknya kalo kata Bunga jualan bagus, ya bagus. Kalo sedang
seret dan butuh modal, ya dia tambahin. Selama ini yang penting setoran
return lancar, Melati tidak mau ambil pusing soal urusan teknis bebek.
Ketiga, manusia bisa berubah karena uang.
Karena teman yang baik, belum tentu partner bisnis yang baik. Sampai
saat ini Melati masih tidak percaya jika Bunga benar-benar kabur membawa
uangnya. Dia masih ingat karakter Bunga selama masih kuliah. Tapi
sayangnya, Bunga yang dikenal sejak kuliah, bisa saja berubah. Everybody
changing my friend.
Mendengar
kisah ini saya Cuma bisa mendoakan agar Melati segera bangkit. Karena
insya Allah selalu ada berkah dibalik musibah. Siapa tahu karena kepepet
bayar hutang Melati akhirnya buka usaha dan malah jadi sukses?
Untuk
Bunga, saya doakan agar tidak terjadi hal-hal buruk. Semoga masih
hidup. Masih memegang amanat investor. Dan masih mau menjalin komunikasi
untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Karena sebaik-baiknya
harta, adalah nama baik yang terpercaya.
ada kepiting di balik batu,,
BalasHapusjangan muda tergoda,,
BalasHapusKisah nyata ne?
BalasHapus