Ditengah
dunia marketing yang semakin horizontal seperti saat ini, brand
community memegang peranan vital dalam penguatan brand. Peer support
influence istilah kerennya. Karena konsumen zaman sekarang, berkat
kecanggihan teknologi dan gajet, semakin terkoneksi dengan konsumen yang
lainnya.
Revolusi
digital membuat konsumen semakin mudah untuk mereview, memuji,
merekomendasikan, hingga menghujat dan mencaci maki produk yang mereka
gunakan. Dan ditengah bombardir iklan yang mengklaim produk yang dijual
adalah “kecap nomer 1”, banyak konsumen menggunakan rekomendasi teman
sebagai dasar pengambilan keputusan pembelian.
Untuk
itulah brand community berperan penting. Coba bayangkan konsumen
brand-brand besar semacam Apple, Harley Davidson, Linux, hingga klub
bola macam Manchester United dan AC Milan. Mereka memiliki brand
community yang otomatis menghasilkan evangelist. Kaum loyalist yang akan
memperjuangkan brand hingga titik darah penghabisan. Berani menghina
Harley didepan anak moge yang sedang touring? Anda harus siap-siap
dicium. Dicium sama aspal jalanan.
Asyik
kan kalo kita bisa punya brand community sendiri. Brand kita ada yang
ngebelain, ada yang ngejagain, dan yang paling asyik: mereka rela
mempromosikan secara gratis. Brand community ini ada yang lahir dengan
sendiri, tanpa campur tangan marketer, tapi juga bisa hasil settingan
pemasar.
Bagaimana cara membuatnya?
Siapa.
Siapa
yang Anda sasar? Apakah Anda ingin menyasar semua konsumen? Coba pikir
lagi. Karena komunitas ibu-ibu akan berbeda pendekatannya dengan kaum
eksekutif muda.
Apa.
Komunitas
Anda itu, nantinya bakal ngapain sih? Apakah Cuma hang out bareng.
Ataukah seminar bertukar pikiran? Atau bersama-sama memikirkan cara
menguasai dunia?
Bagaimana.
Bagaimana
mewujudkannya? Ini sudah mulai masuk ke tataran teknis. Bagaimana Anda
menghubungi mereka? Bagaimana mendapatkan member baru? Pesan-pesan apa
yang ingin brand sampaikan?
Untuk
lebih mudahnya, mari kita berandai-andai. Andai kita ini berjualan batu
akik. Dan untuk menciptakan diferensiasi, kita ingin menciptakan batu
akik dengan nama brand: Akik Sakti. Setiap batu akik yang kita jual, ada
signature AS di batunya.
Nah,
kita ingin memasarkan batu Akik Sakti ini lewat pendekatan komunitas,
sekaligus menciptakan loyalist pecinta batu akik dengan merk Akik Sakti.
Jika kita breakdown, ada 7 langkah yang harus kita lakukan.
7 Steps of Community Management Model
Langkah
pertama adalah menentukan: siapa target pasar Anda. Untuk itulah kita
butuh segmenting. Menentukan segmen yang kita sasar. Anggap saja kita
ingin menyasar kaum pria mapan berumur 40 tahun keatas yang menyukai
batu akik.
Kedua:
tentukan komunitas yang akan disasar. Kaum pria mapan berumur 40 tahun
keatas itu luas. Mungkin kita bisa mempersempit dengan pria umur 40,
berada di kota besar, berada di level direktur atau manajerial
perusahaan.
Langkah
selanjutnya adalah menentukan common interest (tiga) and needs (empat).
Pada tahap ini consumer insight sangat dibutuhkan. Contohnya ada
insight jika umur 40 adalah masa “puber kedua” dan masa keemasan dalam
hidup. Yang mereka butuhkan adalah aktualisasi diri dan pengakuan atas
keberhasilan.
Langkah
kelima: menghubungkan brand value dengan community value. Karena kita
tahu pria umur 40 butuh lambang kesuksesan, kita bisa mengasosiasikan
batu akik sakti dengan kesuksesan dan pencapaian diri.
Langkah
keenam, merumuskan content activity. Apa pesan yang ingin kita
sampaikan. Karena kita ingin menghubungkan akik sakti dengan kesuksesan,
maka kita bisa menciptakan kegiatan yang berkorelasi dengan “sukses”
dan pencapaian hidup di umur 40 tahun. Kita bisa saja melakukan pameran
batu Akik Sakti disambi gathering bulanan dengan mengundang pengusaha
yang akan berbagi tips menuju sukses.
Langkah
terakhir, sinergized activity. Kita tidak bisa hanya melakukan stand
alone activity. Tapi pendekatannya harus 360 derajat. Kombinasi
offline-online, direct-indirect, ablove the line dan below the line.
Pameran
Akik Sakti harus ditunjang dengan program community yang teratur,
mekanisme membership yang jelas, newsletter yang konsisten, gathering
plus sharing, digital conversation, hingga media amplification.
Jika
kita sabar dan tulus, insya Allah para bos-bos penggemar batu akik akan
melihat Akik Sakti sebagai batu akik yang berbeda. Akik yang harus
dikoleksi, karena akik yang terbukti membawa tangga kesuksesan.
makasih infonya
BalasHapusmenyimaaak...
BalasHapus