Dulu gelap ya pake senter karena tiang listrik kudu nunggu arah mata angin eh, bukan,
ukuran sudut datangnya sinar matahari, eeeeeeh, salah3,
momen jatuhnya wangsit dari atas,
Ckckck, emang deh ni tulisan kagak secakep buah jeruk atau sesakti botol kaca.
Betul kalau duit bagong dipakai untuk beli kapal feri, maka laut mana yang dapat memisahkan kita ? Jawabnya blom... itu nanti,...
Ckckck... ngawur lagi, maap3.
Berbanding lurus-nya harga sisa mayat pohon dan cairan mayat mahkluk mikro dengan bargaining power daerah-daerah primadona era 2009-2012. Maka daerah sektor jasa, sektor padat modal, dan padat kecantikan jadi pilihan beroperasinya cahaya, ("pake" jadi be "senter" ).
Kentalnya kadar laut, hutan, dan bunderan HI dalam percakapan wong londo dan kaum ajinomoto terkait Indoonesia, akhirnya mendapat topping baru berupa kereta2 yang katanya sih masih terlalu mahal.
Bagaimana pun juga yang namanya kereta, wajar mahal.
Kudu bebasin lahan super panjang, dimana kalo bukan pemerintah yang turun tangan, niscaya mangkrak. Kereta juga lambang dan hadiah bagi kelas menengah yang telah taat bayar pajak dan senantiasa mencintai masakan daging pasangannya. (no daging mentah, no no).
Proyek kereta cepat dapat jadi ajang pengingat soal Pareto Law. Sedikit tapi Unggul, Kecil tapi Gesit, untuk menimbulkan kegembiraan masif dan teriakan histeris, dari hati masyarakat, 11-11 sama bulutangkis laah...
Soal sifat asli terlalu mudah bahagia / puas (dimana-mana edi emang kagak asik) tapi juga terbilang lambat soal bikin enak,
dapat diobati dengan belajar bedanya kecepatan & percepatan, (bedanya ngitung delta r & delta v saat dibandingkan dengan durasi) antara:
kereta di atas rel dengan boil2 di jalur tol bawah,
perbandingan cepat lambat aliran arus bolak-balik saat liburan,
juga perbandingan kondisi dalem kereta yang bisa ngobrol haha-hihi,
dengan kondisi tol macet yang cuma bisa mencet klakson ! (do talk to stranger kids, it's 2016).
Apalagi klo dalem hutan ada halte dimana penumpang bisa turun menjelajah sembari menikmati minum sebelum berendam dalam danau,
beeuhhh.... sembuh dah tu panas dalem sisa kampanye.
Sementara Antareja masih senantiasa menghantam penghalang tercapainya ramalan terakhir kita,
soal keluar masuknya kereta di terowongan Jakarta.
Maka kalau gelap, semoga pendek
laksana Matahari bangun kepagian,
Kalau dingin, ya pake sweter, sweater, sweeter (permen dong...), biar kita keringetan.
Kalau basah yang ya disapu, ampe keram... kagak kering2...
dan kalau panas dan terik, ya semoga keretanya bolak-balik sekencang cahaya dari senter, biar kita nyampe barengan, sehat utuh dan malah bertambah, gembiranya.
Selamat Valentine... spectrum of waves merges into a media u have u'r own watch it so does they all embrace it as channel producer shift mind and paradigm so do secret widely shot on dim unaware as another you raising swear oh what a view so when you fall in love darling again watch it is it u the channel or the producer who's awesome love is in the air sure love is all all that is
and pop up right on Goog's the moment I'm thinkin' of it.
Time ain't linear yach...
Heheheheh
Ok,
Barisan huruf soal pelemahan terhadap KPK telah kembali, wahai 99% yang tercinta.
Pengkondisian terukur atas tanda baca, sudut tampilan, derajat suhu kata, serta timing pemunculan dan cara menyebut deret angka yang apik, diharapkan dapat memperpendek nafas anda senantiasa. (ini semua demi kedataran hidup anda semua ! prdx).
Asal jangan sampai disusul aksi berikut yach... :
Coba ingat momen dimana isi kepala mendadak berisik,
di kala ajakan 'tuk beli kacamata terbang Mbak Piktorya atau pun bungkus belalai lentur para Mas2 pengolah rumput, menari-nari di depan mata.
Coba ingat juga momen memuncaknya toleransi tinggi kuping anda, atas rangsangan getaran ber-amplitudo dan bertekanan udara tinggi yg berasal dari kendaraan berlabel
Harmoni antara gerakan mulut dan tangan dengan tarian semesta tidak akan
menjadi kegiatan yang menggelitik bagian tengah badan ataupun menggelorakan tengkorak, leher, punggung dan selangkangan
jikalau,
otak tidak terkoneksi dengan hati (sampai kabel / jalurnya beneran terasa).
Ok, itu dulu soal persona,
sekarang bicara sistem.
Banyak penyelenggara konstitusi yang katanya jadi takut mengambil tindakan, akibat atau setelah (gitu ya ?) "lembaga -itu- menjadi terlalu sangar".
Padahal kalo kata Pak Pemimpin saat kampanye,"orangnya baik-baik, orangnya pintar-pintar."
(Mungkin ini yang bikin doi bisa jadi pemimpin).
Jadi masalahnya bukan otak, walau standar deviasi tetep ada sih.
Soal ganjaran atas kesalahan atau pelanggaran. Masih beredar opini berbau, "kurang berat".
Mulai dari "si vital tengah2"-nya dimatiin, keglamoran-nya dimatiin (saya ndeso, maap klo salah eja) sampe seluruh hartanya disita negara.
Jadi, karena pekat langit malam berbanding lurus dengan pekatnya rasa kantuk gw,
maka gw share aja solusinya:
Barang sitaan dari pelaku, dikonversi jadi ORI, SUN, aset2 setara obligasi bagi pemerintah Indonesia.
33% dari nilai kupon / imbal hasil wajar dari aset pada poin 1 dialirkan ke "Pelaku Fund". Dengan gathering dilakukan secara berkala bagi seluruh pihak terkait (keluarga inti para pelaku termasuk pastinya).
NAV masing2 keluarga para pelaku dapat dijadikan agunan untuk mengambil pinjaman produktif di Bank2 yang bersedia (orang elite, lobby udah pada punya lah ya).
66% dari nilai kupon / imbal hasil wajar dari aset pada poin 1, dialirkan ke pasar saham untuk membeli saham2 berkategori super growth namun masih berada di luar LQ45, saat longsoran dewa (ini para FM di sekur2 dan Jamsos pada paham banget. Kasih mereka yg urus deh....
0,9% dari nilai kupon / imbal hasil wajar dari aset pada poin 1 dialirkan ke dana haji.
Sisanya hibah untuk keluarga tersangka.
Jadi Saya termasuk gak setuju kalau harta koruptor disita negara.
Alasannya: masalah transparansi dan,
daya serap anggaran (rasa takut akibat si sangar, udah saya singgung tadi.)
Obligasi negara Indonesia dipilih demi mengurangi kemungkinan intervensi dari kreditur (negara lain serta entitas lainnya.) Juga memperbaiki risiko spill-over (inget komparasi antara kasus Yunani dan Siprus terkait pemegang obligasinya ?)
Penyertaan hasil penyelewengan kedalam pasar modal ini dapat meringankan hukuman para calon tersangka apabila tertangkap nantinya. (udah bantu mencegah rapat kabinet mendadak saban longsoran dewa, lumayan kan...).
Nanti kalau sudah terbiasa, para calon tersangka diharapkan tidak lagi terjebak dalam herd mentality yang berisiko menciptakan bubble harga suatu aset (denger2 rumah dan tanah Jakarta terjal banget slopeup-nya gegara aksi para calon dan sudah tersangka...)
Selain itu, daripada currency2 hasil ngembat yang bukan hak-nya di pake beli daging mentah (belajar juggling) atau dilarikan ke luar negeri, ya mending jadi tanggul penyeimbang aliran hot money (jadi bos betulan lo pada).
Aksi
Manusia diciptakan untuk bersenang-senang.
Kalau sadar, rasa senang oleh umum dikaitkan dengan suatu aksi.
Kalau aksi kaya' gini ?
Mmmm... dirasa aja,
Sebagai pelaku aksi, sebelum dan setelah momen itu rasanya gimana ?
Terus para penerima aksi bakal ngerasa gimana ?
lalu para saksi mata bakal ngerasain apa ?
Teknologi
Teknologi adalah katalis dan multiplier bagi akibat dari suatu aksi.
Beberapa klik dan ketik dari Sang Ibu Jari dapat meluncurkan jutaan rasa dan emosi, dari pikiran maupun hati.
Momen sebelum dan saat bulan puasa kemarin, Saya dapat pelajaran:
Adalah se-jiwa muda (kita sebut Tuan De) yang memberi kritik keras melalui media sosial atas tindakan jiwa muda lain (kita panggil Bos Cr) yang mengunggah penampakan sebuah mobil agak mahal nan baru, lengkap disertai kalimat2 euphoria nan girang, pada medsos yang sama.
Tuan De menganggap aksi berkategori "riya" aka pamer dari Bos Cr amatlah kampungan dan tidak patut ditiru. Kritik Tuan De nyata menjaring dukungan dari jiwa-jiwa lain sementara Tuan Cr memilih memberi reaksi tawa dan lanjut menikmati mobil barunya di dunia nyata.
Momen pembelajaran di atas sontak mengingatkan saya atas opini yang beredar soal sedikitnya duit yang muter di masyarakat, sementara PMN & dan proyek2 konstruksi belum terasa trickle down effect-nya.
Dalam era social media, pesimisme amat cepat menular. Ia bisa menjadikan suatu bangsa kalah, karena mereka memilih bertengkar, tak sabaran menunggu rebound.
Saya meyakini, opini selain dari dalam diri, jauh lebih berisiko dan belum tentu akurat dalam menghadapi sifat eksklusif dan kompleks dari setiap momen. Maka adalah vital bagi manusia untuk bisa merasa dan memahami bahasa hatinya sendiri.
Nah, tapi, apa mungkin hidup tanpa menerima saran, nasihat, ataupun omongan dari orang lain ?
Padahal interaksi adalah hal dasar penjamin kesehatan manusia tohk...
Mau beda ? Atur ulang
Kalimat di atas ngembat dari lagu siMiles Kane, yang berjudul Rearrange.
Mau membenahi aksi, kudu bermula dari yang dalam dulu.
Contoh filosofi aplikatif dari idola saya,
"what others do and do not do is not my concern , what i do and do not do is my only concern."
Kalau dia... di kala orang lain diharuskan duduk menghadapi naik dan turunnya hidup dengan gerak perut terbatas atau malah terikat, dia menyegarkan suasana dengan lebih mampu berdiri tegak, berjalan anggun, tersenyum indah sambil membantu orang banyak. Hebat.
Yang paling aplikatif ya kerelaannya ngasih advis di jam-jam ajaib tanpa memungut bayaran.
Salut, salut,
Imbalan surganya menyusul ya ci, hehehehhe
Sementara kalau Saya, demi "e&e" (efektif dan efisien), mengukur atau menimbang kadar energi positif dan negatif dari suatu aksi tidaklah perlu.
Timbun saja energi positif dalam kepala dan hati agar kita kita menarik energi positif semaksimal mungkin.
Lalu saat interaksi dari berbagai jiwa itu datang, anda cuma akan fokus ke yang positifnya.
Jadi pas ketemu jiwa yang berbahagia ya lo ikut bahagia, pas ketemu jiwa berenergi negatif ya lo stay positive.
So....
Apalagi alasan guna beraksi laksana Tuan De ? Mau nambahin beban di otak ? Memicu penyusutan cinta di hati ?
atau berniat mengurangi aset momen bahagia kita dengan jiwa lainnya ?
Coba dirasa lagi,
aksi Bos Cr bila dilihat dari berbagai sisi yang beda, dengan visi berazaskan masa depan dan dilandasi niat bertanggung jawab, maka pandangan kurang menyejukkan atas aksi Bos Cr bisa jadi hanyalah ilusi, buah penumpukan energi negatif pada diri penerima aksi dan saksi mata sendiri !
Karena jika dilihat dengan mata yang tepat, setiap aksi mengandung banyak potensi positif di masa depan, asal bermodal niat positif di momen sekarang, dan legawa melupakan dan melepaskan momen yang lampau.
Hehehhe... saya belum tau (lebih tepatnya, malas mencari tahu) padanan kata yang tepat untuk kosa kata dari bahasa Inggris, yaitu: "pause", dalam bahasa Indonesia.
*Tarik napas lagi...* *rasain alirannya,-* *buang lagi napasnya...*
Lalu berhubung kata "pause" mirip dengan model pengucapan nama hewan "paus", Saya malah merasa 2 kata ini memang ditakdirkan untuk bersanding & saling menemani dalam kolom judul tulisan ini.
*Tarik napas lagi...* *rasain alirannya,-* *buang lagi napasnya...*
-- selanjutnya lanjut sendiri ya, gak perlu saya komando, yg penting rasain dengan sadar aliran napasnya... --
Kenapa Paus ?
Tentu bukan karena Saya suka Paus, tapi lebih tepatnya karena suatu momen yg mirip jawaban, atas pencarian Saya akan ide untuk ditulis dalam blog ini dalam beberapa hari terakhir, berkaitan erat dengan pemicu awal mula rasa suka saya terhadap paus ini
^^^ sumpah, kalimat di atas itu, bener2 rumit, gw sendiri heran kok bisa muncul berentet gitu, mungkin itu efek suasana jam 3 pagi...
Paus ini berasal dari salah satu awak Big Boys terbongsor yang bahkan CEO sekaligus Chairman-nya sering dianggap sebagai "perwakilan" dan "juru bicara" tak resmi dari kaum sejenisnya.
Naaah, yang seru (Saya tadi nyebutnya "momen")kemarin pagi muncul berita kalau Bank peternak paus ini (ingat, kerugian yg diceritakan di komik itu disebabkan dari 1 trader) berencana untuk menerapkan "pause" sejenak dari suatu unit operasinya...
Berikut beritanya:
J.P. Morgan Aims to Trim Ties to Foreign Banks
"It's important for us to pause and assess our business, particularly in select markets, to ensure we are well-positioned to meet our responsibilities for the long term," a spokesman said.
Menarik sekali menurut Saya, bagaimana organisasi yang bergerak di suatu bidang yang terbilang amat riuh, sibuk dan juga (dibikin) vital bagi perekonomian dunia masih berniat atau menyempatkan diri untuk "pause". Soal kenapa riuh? karena Peternak paus ini bukan bank biasa, mereka punya divisi brokerage, M&A, Asset Management, dan Trading juga. Liat aja keadaan di trading floor NYSE, gk kurang riuh tuh... Soal sibuk, ya orang si kalo udah kerja nyari duit pasti sibu tong... Soal kenapa sektor perbankan vital, Saya juga belum bisa mengolah jawabannya, tapi ngeliat gimana hebohnya BLBI (kehebohan di tanah air sendiri gk cukup cuma 1sumber, nih ane tambahain: definisi asli BLBI kronologi BLBI berita2 BLBI ; Pak Kwik bahas BLBI ; bonus bacaan soal TARP di USA) nampaknya sektor perbankan ini dipandang berisiko tinggi dan amat dilindungi (bank gak jelas aja ditombokin Pemerintah pake duit pajak rakyat, apalagi Bank gede...;)
Nah,kenapa "pause" ?
Tebakan Saya si, bisa jadi sang Penangkar Paus ini merasa malu karena masuk daftar
tombokan Pemerintah negaranya, sehingga mutusin untuk "pause"
sejenak dan melihat ke dalam diri, yang tujuannya menurut jubirnya:
meraih penempatan posisi terbaik dalam usaha mencapai tanggung-jawab2 jangka panjang organisasinya.
Bicara “penempatan posisi” berarti
berada di posisi / melakukan hal, yang tepat dalam suatu keadaan,
demi meraih / menjadi lebih dekat dengan tujuan (semisal: profit).
Gimana taunya kita sedang di “posisi”
mana / apa ?
Pastinya kita kudu tau big picture
dari keadaan terkini.
Gimana caranya tau latest real big
picture ?
Kita kudu selalu in-tune dengan
market dan semua aspek
kehidupan di dunia.
Kalo udah gini, kita jadi bisa ngeliat
apa yg dibilang orang “kesempatan emas” atau “opportunity”
serta “jebakan betmen” aka “thread”.
Nah, tapi kan itu kalau “kata orang", gimana caranya kita bisa tau mana yg “bener-bener” atau
“asli” berbentuk kesempatan atau bahaya untuk diri kita ?
Ada yg bilang gak ada hal
yang terjadi secara kebetulan, jadi urutan segala kejadian itu sudah terjadi secara apa adanya dan sebenarnya banyak banget artinya (kalau digali).
Pak Dosen Audit II pernah berkata:
Gak ada gunanya itu semua ilmu-ilmu
dari luar, mau dari buku mau dari Ortu, mau dari Saya. Kalau kamu gak
tau apa itu S&W kamu sendiri.
Ternyata
gak cuma soal penginderaan akan O&T yang kurang maksimal,
melainkan input-input
bernutrisi tinggi pun bisa berisiko jadi mubazir.
Gak enak lagi kalo ngalamin yang namanya, “information overload”, dimana kita gak tau input mana yang sebenernya berguna untuk diri kita.
Nah,
yang namanya belajar itu kan pake beberapa aksi, seperti:
cari,
baca, dengar saring, dan tanya.
Kalau yang digali itu S&W, yang terutama ya...
kamu
harus sadar sepenuhnya,
dan
aksi yg dipake itu adalah:
sendiri,
nutup mata, relax, fokus ke dalam (misal: napas, denyut2) dansadar
(jangan jebol tidur).
Jadi demikian dulu,
Saya udah klenger dan mau pause dulu.
Temet Nosce,-
if it
isn't wide spread into the folk
then
it is not worth called as hoax
if not much cash has come from making firework then let's make love, even if it only were transmitted via plurk badger hibernate, life's escalate, human does it trough “pause” my Mom loves noodle, so do I, but I love doodle a bit more so go have your google, cause lots of info are false or just
sit back and relax, do feel the air & your pulse
Ada yang kenal manusia di samping ? Ini gambar dari film Into The Wild,
isinya tentang kehidupan pasca wisuda seorang Chris McCandless.
Banyak orang komentar, film ini bener2 menggugah, tapi menurut saya si biasa aja. Saya tenang-tenang kuliah sehabis SMA dan seiring berjalannya waktu, film ini pun melapuk dan hilang dari ingatan.
Sampai kira-kira 3 minggu yg lalu, film ini kembali muncul dan mengusik pikiran.
Pemicunya ada 2:
dp bbm temen & quotes dari dialog film tsb di tumblr (tuh quotes-nya ada di gambar di atas).
FYI, sebentar lagi saya lulus kuliah (setahun lagi sih :p)
Keberanian si McCandless untuk lepas dari hidup a'la peradaban modern memang menggugah.
Tapi itu tetap terdengar mustahil untuk saya. Pikiran saya jauh lebih tertarik menyoroti pandangan pendapat McCandless soal karier (liat gambar Emile Hirsch di atas), dan apa pemicu lahirnya pendapat tersebut.
Bicara karier, ingatan saya langsung lompat ke buku dibawah ini:
Judulnya,"Your Job is Not Your Career". Buah karya Pak Rene Suhardono inilah yg pertama kali memperkenalkan saya perbedaan antara karier dan pekerjaan. Kalo saya gak salah, karier itu lebih mirip "alur jalan" atau "path", sedangkan pekerjaan adalah titik langkah yang dilalui selama meniti "path" tersebut.
Buku itu juga sukses menjabarkan soal passion. Sesuatu yang sepengertian Saya berarti:
Sesuatu yang sangat kita minati, hingga sering tanpa sadar kita latih dan pelajari secara mendalam. Jadi pendorongnya murni karena kita menyukai aktivitas / pekerjaan tersebut.
Klimaks buku itu kalo saya gak salah, ketika kita sampai pada suatu titik, dimana passion itulah profesi kita (full time job)
Saya gk tau bener gk itu yg dimaksud sebagai pesan dari penulis buku itu. Abis bacanya udah lama bgt si, hehehehe...
Setelah buku itu, pikiran saya lompat ke sebuah analogi atas kehidupan rata-rata manusia, era sekarang:
Yup,2 kata:rat race
Penjelasan soal istilah ini bisa didapat melalui komik dibawah ini:
tak ketinggalan curcol bernutrisi tinggi dari Bang Tyler Durden :
Kalo masih gak paham, berarti katro... atau mungkin, tanpa sadar
(kok kalo selip dikit bisa mirip ama death race ya hehehehhe...)
Ok ok, cukup soal resensi dan testi soal buku dan film.
Let's be original a little bit...
Setelah semua hal di atas, otak saya keinget sama kebijakan naiknya UMR Jakarta Desember lalu,
Waktu itu, saham Astra International terjun bebas saat isu mulai beterbangan dan penurunan terus terjadi sampai 2 hari pasca penetapan resmi aturan tsb.
Intinya pesan yg ingin disampaikan pelaku bursa saham adalah,
"Kami gk terlalu suka dengan hal ini."
Ok, lalu pikiran saya mencoba mengaitkan hal ini dengan inflasi,
langkahnya kira-kira begini:
> UMR: Batas bawah gaji bagi pemangku jabatan terbawah
>> UMR naik, pekerja (employee) yg misalkan tadinya udah ngurangin belanja karena gajinya gak cukup, akan kembali "menormalkan" / menaikkan pengeluarannya.
Atau semisal sang pekerja tidak merasa perlu "menormalkan" pengeluarannya, maka dia bisa nabung atauinvestasi.
>>> UMR naik, pengeluaran gaji naik, maka HPP (COGS) naik.
>>>> kalau gak ada reorganisasi operasi atau kenaikan harga jual / kuantitas penjualan, profit perusahaan (employer) tergerus.
gini ilustrasinya:
Jadi, kalau:
-b2 naik
-c3 naik
Maka ada ada 2 skenario:
-Skenario A: Perusahaan menaikkan harga jual, karena beban produksi meningkat (perusahaan enggan memangkas profit margin. (cost push inflation).
-Skenario B: Para pekerja memilih untuk menaikkan standar hidup, dus membeli lebih banyak barang & jasa (demand pull inflation).
Jadi, kalo bener b2 & c3 sama2 naik, ya sama aja bohong.
Kenaikan upah pekerja langsung terhapus sama kenaikan harga barang & jasa di pasar,
dan jikalau si pekerja sempat menaikkan konsumsinya,
dan hal seperti ini terjadi secara agregat
(rata2 pekerja melakukan hal serupa),
maka kemungkinan tingkat konsumsi para pekerja akan turun lagi,
karena permintaan yg meningkat akan berpeluang menaikkan harga.
(mempertimbangkan sedikitnya lahirnya produk baru atau lapangan pekerjaan baru).
Berhari-hari saya mikirin, berharap dan ngebayangin, saya bisa ketemu semacam bukti ilmiah soal kemungkinan terjadinya hal di atas...
kolom pertama (FCRPI) nunjukin IHK (indeks harga konsumen) / tingkat harga barang & jasa di pasar,
kolom kedua (FCWI) nunjukin labor price index. (upah pekerja)
walaupun gak sangat kuat, tapi korelasi keduanya positif.
(Jika IHK naik, LPI ikut naik dan bila IHK turun, LPI juga turun.)
kenapa?
karena kenaikan biaya tenaga kerja memaksa produsenmenaikkan harga jual produknya
(cost push inflation).
Doooorrrr !!!!!
Akhirnya datang juga hal yg saya tunggu-tunggu...
Lo tuh tinggal bener2 spesifik ngebayangin apa yg lu mau dapetin !
layaknya orang lagi ngebidik sasaran tembak !
Maka yg lo bayangin itu datang / terjadi di saat paling tak terduga...
Ok, back to the topic,
Kalo UMR aja naik, otomatis gaji pekerja2 di tingkat lebih atas juga ikut naik.
Minimal liat kalo pegawai negara naik gaji, pasti rame-rame (serentak bareng-bareng).
Jadi kalo udah kaya gini, masih relevankah mimpi dalam bentuk kalimat,
Kapan ya naik gaji ?
Malah, kalau Saya boleh usul, kalimat di atas bisa diganti dengan kalimat,
Kapan ya saya bisa berkontribusi lebih ?
Kapan ya saya bisa handle lebih banyak tanggung jawab ?
Kapan ya saya bisa lebih pintar ?
Saya kira semuanya kembali ke awal,
kalo mau karier yang asik,
ya harus punya kerjaan yang asik juga.
Bayangin gini, kalo di rat race, bentuk rodanya tu tegak ke atas kan
(cek gambar tikus yg ber-hustlin' ria di atas)
Roda tegak itu kan perlambang harapan si tikus akan naik dia ke anak tangga berikutnya, yg berati nominal gaji yg lebih tinggi, yang kemudian diartikan sebagai level kehidupan / kesejahteraan / kebahagiaan yg juga lebih tinggi
Namun sayang seribu sayang, semua itu hanyalah sebuah ilusi...
dan bahkan bisa dibilang cuma imajinasi yg tercipta akibat kekurangpahaman atas proses terjadinya inflasi !
Selanjutnya, mau gimana ?
Ada pepatah bilang, merubah kerjaan gk semudah membalik telapak tangan,
Ya memang iya, Saya juga setuju,
makanya sebelum merubah kerjaan, coba rubah dulu itu isi pikiran...
Sekarang bayangin aja, kalo roda di rat race itu jatuh, runtuh, dan tengkurep kaya roundabout di bawah ini:
Maka praktis yang anda kejar ya cuma mempercepat putaran roundabout atau beratraksi melewati pegangan / rintangan yg ada (tergantung cara pandang anda ini sih ;) )
Inget aja rasa seru / excitement waktu main kaya ginian semasa kecil dulu.
Selanjutnya soal menggapai sesuatu yg lebih tinggi, atau memberi efek positig bagi lingkup yang lebih luas.
Ya... anggap aja roundabout-nya berbentuk kaya' di bawah ini:
Jadi, selalu ada, yang harus dipanjat...
Soal apa dan gimana bentuk implementasi roundabout ini di alam kehidupan sadar anda,
Maka ada 1 hal yg harus anda temukan: passion. Temet Nosce,-
kalau kita berbicara tentang uang pada 1000 orang 1000 orang akan paham
kalau kita berbicara tentang harga pada 1000 orang tersebut hanya 100 orang yang paham
kalau kita berbicara tentang ekonomi moneter pada 100 orang yang sama hanya 10 orang yang bisa memahami
saat kita berbicara tentang bank pada 10 orang tersebut hanya 1 orang yang akan memahami
Kutipan di atas bicara soal tugas dari Bank Sentral: Mengatur jumlah uang beredar; Mengontrol pergerakan harga; Menjaga kestabilanmoneter negaranya; serta Mengawasi aktivitas perbankan di negaranya.
Hal seperti ini ada hampir di seluruh dunia.
USD adalah "bos" dari semua mata uang di dunia sejak 1944 -mid 1970. Dalam sistem Bretton Woods ini, nilai mata uang di seluruh dunia dipatok pada USD, lalu nilai USD dipatok pada emas.
Pada tahun 1971, sistem pematokan nilai tukar sebesar $35 untuk setiap ons emas ini dicabut. Nilai mata uang selain USD pun mengambang. Aksi Presiden Nixon ini dikenal dengan sebutan:
Kebijakan ini ditentang keras oleh berbagai aliran ekonomi non-mainstream, contohnya Austrian School.
Bahkan akhir-akhir ini banyak pelaku ekonomi menyalahkan kebijakan ini sebagai pemicu munculnya fenomena seperti: nyangkuter; gagalnya usaha 2 negara Asia menyaingi USA; makin pendeknya jeda antar krisis finansial; serta pertumbuhan ekonomi semu memanfaatkan siklus boom and bust.
Walau demikian, bumi berputar, waktu berlari, bisnis terus bergerak, show must go on...
Meski tidak lagi dipatok pada emas, posisi USD sebagai world reserve currency tidak goyah.
Bahkan krisis terhebat setelah Great Depression, yaitu Krisis perumahan USA 2008 kemarin pun tak mampu menggantikan posisi USD sebagai cadangan devisa utama.
Lagipula, coba bayangin, kalau USD melemah atau collapse, negara-negara berkembang juga yang apes, cadangan emas dan peraknya tiris, tiwas selama ini ngotot nimbun USD buat gemukin cadangan devisa
(ini juga salah satu syarat meraih gelar "investment grade" looh).
Tapi tetep si alasan utama negara-negara tetap nimbun USD ya biar hemat biaya konversi, pas beli commo, yang label harganya ditulis dalam USD.
Pada suatu ketika, ada negara yang berniat untuk menjual hasil produksi vitalnya, HANYA dalam EUR ataupun emas. Tak lama berselang, ada patung yang diturunkan di negara itu.
Cukup soal sejarah, saatnya main !!!
Perhatikan ilustrasi berikut ini: Ketika Rupiah menguat, maka jika: Indonesia beli (import) : Harga produk made in China makin murah, lebih banyak commo didapat. Indonesia jual (eksport): Harga hasil produksi dalam negeri yang dijual ke luar negeri, makin mahal. Giliran Rupiah melemah, maka ketika: Indonesia beli (import) : Harga produk made in China makin mahal, lebih sedikit commo didapat. Indonesia jual (eksport): Harga hasil produksi dalam negeri, yang dijual ke luar negeri, makin murah.
*Saya memakai istilah "made in China" sebagai penghormatan atas kemampuan negara itu memenuhi rak-rak pusat perbelanjaan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Walaupun memang masih ada made in..., made in... lainnya.
Mari kita gali efek pembelian barang dari luar negeri (import):
Dari sisi konsumsi,kemiskinan membuat rakyat Indonesia lupa kualitas dan menggemari barang murah. Produkmade in China pun jadi solusi, selain itu produk jenis ini jugamembuka peluang usaha bagi banyak pengusaha pemula, karena akses dan persyaratan modal yang dirasa lebih ringan.
Dari sisi produksi, produkmade in China memicu kreativitas dan efisiensi badan usaha lokal (efisien bukan berarti potong gaji, kadang geser posisi mesin dan colokan listrik bisa jadi solusi).
Ada keuntungan, ada pula risiko, yaitu: pembunuhan industri lokal. Begini kira2 reka ulangnya:
1 .Oversupply produk made in China (udah tu barang aslinya murah banget, eh, jumlahnya juga banyak bener)
2.Memicu perang harga (lomba nurunin harga, yang penting barangnya abis).
3. UMKM yang gk bisa bertahan akhirnya bangkrut
(namanya juga usaha kecil, duit seret coy ! daripada potong gaji pegawai ngamuk, ya mending tutup sekalian)
4. Para pekerja UMKM yg tutup punnganggur, dan ketika tangis anak mulai ngalahin raungan knalpot bajaj, putus asa pun menyerang (neosep kagak bisa jadi obat ! lah duit buat beli juga kagak ada !). 5. Maka sangpengangguranpun berpotensi jadi penjahatdan lingkungan a'la Gotham pun jadi nyata
(tinggal nunggu pahlawanan bertopeng deh, yg pas doi baru muncul aja, langsung pada ngibrit tu penjahat).
Sekarang kita liat efek pas jual barang ke luar negeri (eksport):
Para eksportir berjasa menyumbang USD ke cadangan devisa negara.
Selain membuka lapangan kerja (yg relatif besar, terlepas urusan modal), mereka juga menjadi "duta" bagi nama dan kualitas Indonesia di dunia internasional.
Gak cuma eksportir maupun importir yg terlibat, pengusaha yg ngandelin pasar lokal juga bisa kena, kalau ada bahan baku-nya yang dibeli dari luar negeri.
Harga bahan baku import ini nanti ngaruh ke ongkos produksi, yg ujungnya ngaruh ke laba, dimana kalo ngambil untungnya aja udah dikit (profit margin), mau gk mau para produsen akan naikin harga jual.
Kalo banyak pengusaha yg naikin harga jual, maka inflasi akan naik, peristiwa DOMPET JEBOL pun akan marak terjadi.
Apalagi, kalau demi nyelamatin pasokan bahan baku, si pengusaha terpaksa "merumahkan" pegawainya, ya gak asik tu judulnya (pahlawan bertopeng juga ni ujung2nya)
Maka, secara garis besar,
Fundamental ekonomi suatu negara, tergambar dari nilai tukar mata uangnya, Vice Versa.
Q: Dari tadi yg disebut tu pengusaha sama penggangguran. Nah, kalo kita bukan pengusaha, masih karyawan (baik di swasta maupun negara), dan gaji masih jalan, apa pengaruhnya ???
A: Pengaruhnya banyak, cuman biar gk ribet. Intinya mau gimana pun Kamu bisa ambil untung dari aksi Bank Sentral.
Q: Kok bisa ? Gimana caranya ?
A: Cekidot:
* Aksi pada Suku Bunga
Kerjaan Bank Sentral tu fokus ngatur Bunga, makanya Kamu wajib catat ni jadwal rapat Bank Indonesia.
Bunga itu, ibarat pengatur kecepatan ekonomi (cek lagi Bagian 1 klo bingung).
- Saat ekonomi gerak terlalu lambat, BI akan nurunin suku bunga -
Kalau suku bunga turun, ini saatnya ambil utang !
Buat buka usaha
Buat beli rumah
Buat beli mobil
Buat beli mesin cuci, dan jangan utk beli hp (ya kali beli hp sendiri ngutang, malu lah !)
Itu aja ? Masih banyak... bunga turun tu berarti BI ingin ekonomi bergairah, berarti...
Beli saham produk branded, saham produsen alat berat industri, alat berat di rumah tangga, mobil, motor, dan benda2 mahal dan gede lainnya.
Beli saham penghasil energi untuk ngasih tenaga pembangunan ekonomi (gas, batu bara, minyak)
Beli saham produsen teknologi dan elektronik
- Saat ekonomi gerak terlalu cepat, BI akan naikin suku bunga -
Ini saatnya pilih2 berbagai aset investasi:
Kalo kamu pemula dalam investasi, ini waktu yg enak banget untuk ambil deposito. Mau milih 1, 3, 6 bulan atau setahun ? liat prospek ekonomi... (kalo kira2 bunga bakal naik terus, ya ambil aja yg per 1 bulan sekalian, biar compound interest-nya)
Bunga naik berarti laba bank (minimal, secara nominal) akan naik. Jadi kamu bisa beli saham Bank.
Selain saham Bank, semisal keadaan mulai menyerempet krisis, segera beli saham kebutuhan sehari-hari (mau krisis tetep mandi plus ngerokok dong) atau kebutuhan dasar (telpon, listrik, air).
Bunga naik berarti ekonomi melambat, kalo ternyata bunga udah beberapa kali naik, dan ekonomi keliatan akan terus melambat, Kamu bisa beli emas atau USD.
Pada masa ini, semua orang akan hati-hati sekali menggunakan uang, karena BI sendiri pengen memperlambat ekonomi. Karena kalo ekonomi jalan kenceng terus2an, itu yg namanya inflasi bisa naik tinggi dan otomatis bikin kantong Kamu dan orang2, jebol sejeboljebolnya...
Sewaktu bocah, John Lennon ditanya, "Kalo udah gede mau jadi apa?" Lennon jawab: BAHAGIA. Nah, kalo menurut saya, namanya bahagia, paling terasa pas main. Terutama main jungkat-jungkit !
Ekonomi +Jungkat-jungkit=
Main jungkat-jungkit dalam ekonomi kudu tau hal dibawah ini:
Aturannya >> Ada yang naik, ada yang turun. Vice Versa.
Pemain yg satu ini banyak mau. Gak suka kalau hand car yg terlalu lambat, gak juga boleh terlalu cepat, maklum, beliau mudah mabuk (bayangin kamu naik jungkat-jungkit yang gerak sekenceng sayap lebah, gimana?).
Jadi, saat hand car dirasa terlalu lambat, maka beliau akan melakukan gerak ekspansi. Giliran isi perut mulai naik ke tenggorokan, beliau segera menyerukan kontraksi.
Btw, ECB itu Bank Sentral Eropa, The Fed punya Amerika Serikat, kalo BoJ itu Jepang. Indonesia punya juga, namanya Bank Indonesia.
Kalo yg ini denger2 si pengayom banget sifatnya. Tapi yg pasti beliau sangat memperhatikan keseimbangan antara "pesona" dan sifat "disiplin".
Pesona untuk menarik perhatian investor asing dan mengangkat martabat bangsa (katanya...), sembari disiplin menjaga kewibawaan dan kekuasaan di depan rakyat (gk pake jelata ya...).
Perusahaan disayang pemerintah, karena nyerap banyak tenaga kerja. Perusahaan sangat menjaga keseimbangan neraca serta proporsi pengeluaran dan pemasukan. Perusahaan mengutamakan keberlanjutan usaha dalam setiap aktivitas, termasuk aktivitas main jungkat-jungkit ekonomi.
Bank asal Jerman ini, pemilik bursa saham di Amerika Serikat. Juga sempat jadi pemilik 67% rumah di suatu negara bagian, pas Krisis Perumahan di Amerika Serikat kemarin.
Kalo yg di atas ini, eksis pas jemuran derivatifnya sukses diterbangin oleh angin Boaz.
Bank penemu intrumen derivatif saham ini, sekarang berstatus sebagai Bank terbesar di AS.
Bank mungkin sering salah, tapi gak berarti jahat. Kerjaan mereka tu ngumpulin duit trus nyalurin tu duit ke tempat yang berpotensi ngasih cuan. Apalagi bank2 di negara maju sulit untung dari spread, karena suku bunga di negara maju tu udah rendah banget.
Jadi mereka masuk ke segala sub-pasar (yup, yg namanya pasar, cuma ada 1),