Selasa, 27 September 2011
Bang Foke dan Umpatan Pendemo dari Kacamata Ekonom Gila
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa waktu yang lalu, Gubernur DKI Jakarta yang akrab disapa FOKE – atau kalau orang Sunda memanggilnya POKE, orang Jepang bisa jadi memanggilnya POKEMON – melontarkan sebuah statement atas maraknya tindak pemerkosaan di Jakarta akhir-akhir ini. Beliau memberikan saran agar wanita lebih mampu menjaga dirinya dengan tidak memakai rok mini yang mampu mengundang hasrat kaum lelaki bejat untuk memperkosanya. Kontan saja, para short-skirt user panas nih.
Mereka demo di bundaran HI dengan menggunakan rok mini – yang harganya mungkin bisa sama dengan Galaxy Mini untuk beberapa merk terkenal – yang pada intinya menyebut bahwa FOKE terlalu diskriminatif dengan hanya menyalahkan faktor rok mini sebagai biang terjadinya kekerasan seksual (sexual assault). Para pendemo yang tentunya akan sangat mengundang para pria normal mendatanginya – terbukti dari foto-foto dari angle yang menarik terpampang di media – ingin agar pemerintah tegas menindak para pemerkosa & memberikan perlindungan yang lebih kepada para wanita malam dan wanita yang pulangnya malam, alih-alih hanya mendikriditkan fashion style yang bernama rokmini (saya sambung biar mirip nama orang).
Tindak perkosaan pada umumnya melibatkan pria dan wanita dewasa. Pada kasus lainnya, pria dengan pria (sodomi misalnya). Pada kasus lainnya adalah pria/wanita dewasa kepada pria/wanita di bawah umur (pedofilia). Bahkan dalam kasus gila lainnya, pria terhadap wanita yang sudah tidak hidup lagi (mayat). Jadi, ada banyak motif & orientasi seksual dalam kasus perkosaan. Ahli kejiwaan dapat menjelaskannya secara lebih gamblang. Saya ingin membahas kasus normal saja, pria memperkosa wanita.
Manusia diciptakan oleh Tuhan dalam ujud pria & wanita. Itu sunatullah-nya. Pria normal tertarik dengan wanita, dan sebaliknya. Sifat alami keduanya sebagai manusia adalah bisa munculnya hawa nafsu seksual ketika melihat lawan jenis. Ada yang melihat paha mulus bisa langsung terangsang, ada yang melihat pantat bergoyang langsung terangsang, ada yang melihat bibir sexy jadi ingin mencicipi, dst. Itulah nature of human (men). Ada pihak yang dilarang melakukan hubungan sex, biksu Buddha misalnya. Tapi itu adalah paksaan/pengekangan terhadap hawa nafsu. Islam dan agama lain saya kira memperbolehkan dengan syarat harus bisa dikendalikan, bukan dikekang. Jadi, penganut Buddha non-biksu (sepengetahuan saya) boleh berhubungan sexual. Inilah sifat alamiah makhluk yang memiliki nafsu.
Pernikahan yang dilanjutkan hubungan suami istri adalah bentuk transaksi seksual antara dua belah pihak yang secara sukarela dan sah secara agama dan hukum melakukan perbuatan itu. Kumpul kebo adalah transaksi seksual sukarela tapi tidak sah secara agama dan hukum. Perkosaan adalah transaksi seksual secara paksa dan tentu saja tidak sah secara hukum. Ketiga kasus tersebut sama-sama memiliki kejadian transaksi, ada yang sukarela ada yang tidak, ada yang sah, ada yang tidak. Transaksi sukarela berarti keduanya berperan ganda sebagai supplier & demander. Transaksi paksa adalah si pria sebagai demander & wanita adalah supplier pasif. Mengapa supplier pasif? Pertama, secara natural wanita adalah apa yang diinginkan pria. Wanita berjilbab memiliki kemungkinan untuk diperkosa, wanita ber rok mini lebih mudah diperkosa, wanita berbikini sangat mudah diperkosa, wanita tanpa busana adalah yang paling mudah diperkosa.Maaf, ini bahasa yang to the point. Maafkan kelancangan saya para wanita. Tapi itulah nature seorang pria dan wanita. Ketika mereka secara tidak sengaja/tidak berniat memamerkan apa yang diinginkan pria, maka sejatinya mereka adalah supplier pasif. Kuat tidaknya hasrat si pemerkosa adalah fungsi dari nafsu mereka, kesempatan yang ada dan ketersediaan supply atau kualitas supply. Inilah nature. Jadi penting sekali di awal pembahasan ini untuk memahami diri kita sebagai manusia yang punya akal sekaligus nafsu. Keduanya bisa merusak ketika tidak dikendalikan, tapi juga bisa membangun ketika digunakan secara tepat.
B. Rumusan & Batasan MasalahKita di sini sedang membicarakan topik maraknya pemerkosaan yang diikuti dengan statement bang Foke dan demo para pengguna rok mini atas pernyataan bang Foke tentang masukan atas terjadinya kasus pemerkosaan. Bicara pemerkosaan dan juga kejahatan lainnya memang bukan pembicaraan yang ringan. Saya sudah mengawali diskusi ini di wall FB saya, dan pro & cont banyak sekali. Ada banyak sudut pandang yang bisa dianalisis, mulai dari public policy, psikologi, budaya dan bahkan yang lebih sensitif lagi adalah dari sudut pandang agama. Saya ingin mencoba menganalisisnya dari skema supply & demand. Enam tahun bergaul dengan professor di bidang ekonomi anyar (new institutional economics) membuat saya berpikir bahwa analisis supply-demand bisa digunakan di banyak hal, karena sepanjang itu menyangkut kegiatan transaksi/interaksi dari 2 atau lebih pihak atau lebih, baik itu yang sukarela ataupun dipaksakan, maka hukum supply-demand bisa berlaku dengan pengkhususan dalam setiap kasusnya.
Apa yang ingin saya bahas dalam kerangka supply-demand (selanjutnya saya singkat saja SDA, atau supply-demand analysis) adalah tentang kebijakan publik Bang Foke, reaksi demonstran & tindakan pemerkosaan yang terjadi.
Sebelum saya melangkah, apa yang saya tuliskan adalah usaha terbaik saya untuk objektif. Adapun kesan diskriminatif atau tidak, tergantung dari sudut pandang pembaca. Saya bukan ahli agama, ahli moral, ahli budaya, pengamat mode, ahli psikologi apalagi ahli kriminologi. Saya pure menulis sebagai seorang pengamat ekonomi dan sekaligus sebagai seorang birokrat muda yang masih lugu.
C. Alat AnalisisSupply dalam kasus ini adalah supply dari seorang wanita yang secara tidak sadar dilakukannya dengan mempertontonkan sebagian tubuhnya yang menarik nafsu seksual lawan jenisnya. Demand di sini adalah motif ingin melakukan hubungan seksual secara paksa kepada lawan jenisnya. Dalam analisis SDA normal, variabel yang berinteraksi adalah kuantitas dan harga yang menentukan berapa jumlah & harga keseimbangan setelah melalui proses transaksi demand & supply. Ada pasar yang mempertemukan keduanya.
Namun dalam demikian, dalam kasus perkosaan, tentu saja kita tidak bicara harga. Tapi lebih tepat apabila kita menggantinya dengan nilai dari apa yang nantinya ditransaksikan secara paksa. Dari sisi supply, yaitu bagian tubuh wanita yang dipamerkan (sengaja atau tidak sengaja), kurvanya berbentuk flat. Kurva demand for raping berbentuk seperti kurva demand biasa. Untuk nilai supply berapapun, demand selalu ada dengan kuantitas tak terhingga. Ketika kurva supply diturunkan, berarti “nilai” bagian tubuh yang dipamerkan sejatinya semakin rendah, ceteris paribus, potensi angka perkosaan akan semakin tinggi. Makin terbuka aurat seorang wanita, makin rendah nilainya di mata para pemerkosa. Well, ini dalil-dalilan yang saya buat tanpa pikir panjang, kalau ada saran dan kritik silahkan disempurnakan teori baru saya ini.
D. Analisis Masalah
D.1. Incomplete Public Policy
Bang Foke, sebagai seorang policy maker berpendapat bahwa tindak perkosaan disebabkan oleh wanita yang memakai pakaian minim seperti rok mini. Titik. Itu saja yang sempat beliau ucapkan di depan media yang kita tahu sendiri, bad news is a good news. Beliau belum menjelaskan dan menjawab tentang kebijakan publik apa saja yang sedang dan akan dilakukan pemerintah bersama aparat lain untuk menekan kejadian perkosaan di ibukota.
Pendemo mengatakan, don’t tell us how to dress, (but) tell them not to rape. Dalam konteks incomplete public policy, apa yang diutarakan pendemo tidak salah. Mereka menilai pemerintah terkesan (bukan terbukti) menuduh wanita sebagai pihak yang salah karena menggunakan rok mini, sementara para pemerkosa yang notabane berjenis kelamin sama dengan Bang Foke tidak diberikan perhatian khusus (baca: ditindak) serta kualitas perlindungan terhadap perempuan yang minim. Namun dalam kerangka berpikir parsial dengan SDA, apa yang pendemo lakukan justru memperburuk keadaan mereka dan kaumnya sendiri. Mengapa?
Saya ingin bicara tentang public policy-nya terlebih dahulu. Pembaca pasti tau ada kebijakan seperti pemisahan gerbong KRL wanita dengan non-wanita. Empat hari yang lalu ketika mengunjungi calon istri saya di Bekasi, saya naik KRL dari Kemayoran. Saya masuk ke gerbong wanita, dan langsung diinstruksikan untuk pindah ke gerbong non wanita oleh petugas. Ini adalah kebijakan publik yang nyata. Di gerbong non-wanita juga masih ada wanita-wanita dengan busana yang membuat mata saya melirik, dan mereka SENDIRIAN. Kebijakan di trans Jakarta dengan memisah penumpang pria dan wanita juga diberlakukan, bahkan petugas trans Jakarta lebih garang lagi soal ini, apalagi kalau petugasnya wanita. Ini adalah kebijakan publik. Namun, bagaimana dengan mereka pengguna moda transportasi bus kota, taksi, metromini dan sepupunya kopaja dan mikrolet? Kebijakan publik semacam KRL dan Trans Jakarta belum menyentuh di moda transportasi itu. KRL Ekonomi saja juga tidak ada kebijakan pemisahan gerbong berbasis gender.
Bagaimana dengan penindakan hukum para pemerkosa. Saya kira, para pemerkosa mendapat hukuman. Tentang berat/ringan hukumannya, saya bukan ahlinya untuk menjawab. Jadi, para pendemo tidak terlalu salah menghakimi Bang Foke atas pernyataanya, tapi para pendemo lupa bahwa aparat sudah berbuat sesuatu yang tidak bisa serta merta mereka abaikan. Pemerintah tidak sempurna. Aparat mereka terbatas jumlahnya. Sebagai contoh: Kalau Anda perhatikan di Jabodetabek yang luas itu, jumlah polisinya tidak sebanding dengan jumlah penduduknya. Hanya persimpangan jalan besar saja yang ada polisinya, itupun pada jam-jam tertentu saja. Di Yogyakarta, ketika saya berangkat kantor di ruas Jl. Glagahsari, ada 4 polisi di 1 perempatan kecil. Itu dua kondisi yang kontras.
Imbauan Bang Foke adalah sebagian kecil dari upaya mengurangi faktor resiko tindak perkosaan dari sisi supply. Apakah para wanita menawarkan bagian tubuh sensual dan vitalnya ketika menggunakan rok mini? Secara sadar tentu saja tidak (kecuali wanita jablay). Tapi secara tidak sadar mereka sedang melakukan itu, unintended supply.
D.2. Budaya
Rekan saya, seorang psikolog, berargumen bahwa di jaman purba dulu banyak kasus perkosaan karena banyak yang berpakaian mini. Apakah argument dia tepat atau tidak? Budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pikiran; akal budi; sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah. Dalam kamus Merriam Webster, culture berarti 1) the act of developing the intellectual & moral faculties especially by education; 2) enlightenment & excellence of taste acquired by intellectual & aesthetic training. Jadi, kualitas, progresifitas dan perkembangan akal budilah yang menentukan kebudayaan dimana intelektualitas dan moralitas berkembang bersama. Jaman purba yang dihuni manusia purba dengan jaman modern yang dihuni manusia modern pasti memiliki standar moral dan intelektual yang berbeda. Jaman purba mungkin tidak ada lembaga pernikahan, karena mereka belum diberikan petunjuk untuk itu. Munculnya agama dan negara akhirnya memunculkan lembaga pernikahan. Hubungan sex jaman purba yang mungkin didasarkan atas suka sama suka menjadi tabu pada konteks dunia modern dan berperadaban. Jadi, dari sudut pandang dunia beradab, hubungan sex kumpul kebo dan perkosaan tentu saja mendominasi mutlak, terlepas dari pakaian yang mereka gunakan.
Ketika RUU Anti Pornografi akan disahkan, pihak yang kontra berargumen bahwa Indonesia itu multikultur. Definisi pornografi yang terlalu rigid dapat melanggar pengertian budaya yang berbeda. Ini pendapat yang saya kira bijaksana. Suku di Papua bisa terkena RUU ini, atau pelukis dan pematung aliran naturalis juga bisa terbatasi dengan RUU tersebut. Untuk itu, lebih baik, sebagai umat beragama dan beradab, kita harus merujuk pada para pemuka agama kita masing-masing. Islam tegas dalam Al Qur’an dan hadist tentang batas-batas aurat pria dan wanita. Para pemuka agama nasrani yang wanita (suster) memakai kerudung dan menggunakan rok yang panjang (varian tetap ada di berbagai negara). Bikhuni atau biksu wanita juga berpakaian besar menutup sebagian besar badannya kecuali kepala dan wajah. Biksu Hindu wanita di Bali saya kira juga berpakaian yang relatif tertutup. Agama, apapun itu, adalah rujukan moral tertinggi yang bagi mereka yang beriman tentu akan berusaha untuk mentaatinya atau paling tidak bisa memahami maksud ajarannya. Jadi, terbukti, agama apapun mengajarkan budi pekerti luhur yang menjadi trend setter bagi perilaku umatnya. Jadi, alasan para pendemo bahwa mereka tidak perlu diajari tentang cara berbusana itu sudah terlampau menyimpang dari agama yang mereka yakini dan pemuka agama yang seharusnya mereka jadikan panutan.
Lalu, bagaimana dengan fashion yang menjadi hak pribadi masing-masing orang, terutama wanita? Saya juga setuju dengan argument itu. Tapi, mereka seharusnya sadar, dalam kondisi pelayanan & perlindungan publik yang belum optimal, exposure mereka kepada tindak kejahatan tentu sangat tinggi. Bertindak menjaga diri adalah langkah paling bijaksana. Berbikini boleh, tapi lebih tepat digunakan di kolam renang atau tempat privat. Ber rok mini boleh, tapi lebih baik ketika Anda tidak sendiri dan tidak ada pria hidung belang serta di tempat publik. Karena pada dasarnya wanita adalah passive supplier untuk para pemerkosa, maka exposure mereka terhadap kemungkinan itu harus menjadi prioritas dan perhatian.
Budaya, menurut Baumol, Litan dan Schramm dalam bukunya Good Capitalism, Bad Capitalism, disebut sebagai faktor yang tidak fundamental dalam pembentukan budaya kewirausahaan. Mereka mengatakan bahwa institusi adalah faktor yang lebih fundamental dalam membentuk budaya. Dalam konteks kasus pemerkosaan, kualitas regulasi, kualitas institusi dan organisasi yang mengurusi masalah perlindungan publik akan lebih menentukan berhasil atau tidaknya entitas publik dalam melindungi masyarakatnya dari tindakan kriminal. Jadi, ini kritik juga buat Bang Foke untuk mengevaluasi kualitas institusionalnya agar tidak didemo para pemakai rok mini.
D.3. Statistik
Anda dapat membuka link ini http://www.nationmaster.com/graph/cri_rap_percap-crime-rapes-per-capita sebagai rujukan statistik perkosaan di dunia. Terlepas dari validitas dan reliabilitas data tersebut, saya kira hasil itu cukup objektif. Misal, posisi pertama diduduki Afrika Selatan. Mantan penyelenggara Piala Dunia edisi terakhir itu memang terkenal dengan tindak kejahatannya yang sangat tinggi. Sebagian besar negara itu adalah negara sekuler, termasuk Indonesia. Arab Saudi yang notabene negara Islam, ada di rangking terakhir. Vatikan sebagai takhta suci umat Katholik tidak ada dalam daftar. Arab Saudi memang bukan negara sekuler murni, tapi sekuleritas tumbuh dan memiliki tempat di sana, dan di beberapa negara Timur Tengah lain bahkan lebih kental walaupun Islam tetap menjadi budaya mayoritas. Nature orang Arab adalah kaum barbar yang keras dan biadab, hingga datangnya Islam ke sana sebagai rahmatan lil’alamiin. Beruntung, hukum syariah masih tegak di sana terbukti dari link berikut http://www.abc.net.au/news/2009-02-21/saudi-arabia-executes-two-policemen-for-rape-report/303636 dimana negara-negara sekuler tidak ada yang menerapkan hukuman seketat itu atas tindak perkosaan. Vatikan saya kira jauh dari sekulerisme, dan terbukti efektif dari angka perkosaan. Tetapi negara tempat bernaung Vatikan yaitu Italia berada di posisi 46.
E. KesimpulanBudaya sekuler semakin melonggarkan batas-batas moral dan etika, termasuk dalam hal berpakaian. Para pendemo wanita keliatannya belum sadar hakikat mereka sebagai perempuan yang merupakan dambaan pria, bagaimanapun bentuknya. Mereka terlalu meninggikan azas kebebasan tanpa menyertakan azas moral dan etika. Kalau mereka berdalih ini Indonesia yang multikultur, saya kira itu pernyataan yang agak berlebihan. Masih mending bang Foke hanya menganjurkan negara-negara ini bahkan dengan tegas melarang http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-11617091.
Bang Foke juga harus kejar target dong biar transportasi umum ga semrawut kaya gitu. Kopaja, Metromini, Mikrolet, Bajaj, taxi tolong ditertibkan itu. Sekian.
Senin, 26 September 2011
Karena Kau Telah Mensteam Hatiku

Oleh: Riza Rizky Pratama
A: Bapak kamu tukang cuci steam yah??
B: Iya, kok tau sich??
A: Karena kau telah mensteam hatiku #eaaa
Candaan di atas mungkin sudah lazim anda dengar, khususnya bagi OVJ mania (termasuk saya). Saya bukan sedang ingin berlebay ria atau berlagak ababil jaman sekarang, apalagi gantiin Andre Taulany di OVJ. Mukadimah di atas hanya sebuah pengantar cerita saya yang terjadi sore kemarin, di sebuah tempat cuci steam motor dekat komplek rumah saya. Apa istimewanya tempat cuci steam motor? Toh bukankah saat ini sudah banyak tempat cuci steam motor bertebaran? Cerita ini adalah sebentuk kesan menyebalkan dan menyenangkan dari seorang konsumen cuci steam motor. Selamat menikmati.
Mr. X, You Make Me Down!
Bagi anda yang memiliki kendaraan roda dua tipe paling in saat ini, berbahagialah karena anda pasti diterima dengan senyum manis dari para pekerja cuci steam motor. Sedikit curcol, dahulu saya pernah punya pengalaman tidak menyenangkan dengan salah satu tempat cuci steam motor. Di suatu pagi 3 tahun lalu sepulang menginap dari tempat teman, saya bersama partner kesayangan (scooter vespa thn 1996) berniat mendatangi sebuah tempat cuci steam motor. Pilihan itu saya ambil karena scooter saya sudah sangat dekil dan saya tidak ada waktu karena saking (sok) sibuk dan lelah setelah semalam beraktivitas cukup padat (hayo ngapain??).
Akhirnya, saya tiba di tempat tersebut. Meski pada waktu itu cukup banyak motor yang sedang dicuci bahkan ada pula beberapa motor yang antri menunggu giliran, saya putuskan untuk tetap mampir di tempat itu. Ketika saya masukan motor saya, entah kenapa tempat cuci steam motor yang tidak bisa disebutkan namanya itu (karena memang gak ada papan namanya) langsung menolak mencuci motor saya. Kalau memang karena antrian panjang, kenapa motor lain masih boleh berada di situ? Padahal saya siap membayar lebih jika dia mau mencuci motor saya (sok kaya).
Saking gondoknya, saya pun langsung pergi dari tempat tersebut untuk pulang ke rumah. Saya sempat berpikir apa alasan dia menolak kehadiran motor saya. Sekonyong-konyong, ingatan saya pun kembali ke tempat cuci steam motor yang tadi saya datangi. Suatu kali saya memang pernah menggunakan jasa cuci steam motor di tempat itu (biar gampang, saya sebut saja dengan Mr. X).
Ketika itu memang motor saya dicuci walau dengan ekspresi setengah hati. Suudzon? Nggak kok. Saya punya bukti kuat kalau si abang pencuci motor itu gak ikhlas cuci motor saya. Begitu saya sodorkan Si Gendut (panggilan sayang scooter saya), si abang kontan langsung garuk-garuk kepala meski dia tidak berketombe ditambah ketawa-ketiwi sambil lirik-lirik teman sekerjanya (curiga :P). Memang sich waktu itu Si Gendut terlihat kotor dan banyak noda-noda coklat laksana baru pulang dari perang Vietnam. Akan tetapi bagaimana pun kotor dan bututnya scooter saya, motor saya juga berhak mendapat perlakuan yang sama dengan motor konsumen lain (hidup HAM!). Begitulah hingga partner kesayangan saya pun akhirnya ‘dimandikan’ oleh si abang X (nama tidak diketahui :P).
Ternyata kejengkelan saya tidak berhenti sampai di situ. Setelah selesai ‘dimandikan’, saya tanya ke si abang X: “Berapa ongkosnya, bang?” Si abang X ini lalu menjawab: “Hmmm Rp 8000”. Saya pun kaget dengan ongkos yang di luar kebiasaan itu. Sekedar info, pada saat itu ongkos cuci motor masih Rp 5000,- , untuk motor bebek maupun motor batangan (motor yang tangkinya di luar). Saya tanya lagi:”Kok Rp 8000 bang, bukannya biasanya cuma Rp 5000?”. Si abang X menjawab dengan jawaban diskriminatif:”Karena motornya vespa bang, ribet nyucinya”. Saya heran apa ribetnya sich untuk men cuci motor saya. Tinggal disemprot dengan semburan kuenceng dari mesin steam, rontok deh daki-daki yang menempel di badan Si Gendut. Tak ingin berpanjang kata, saya bayarkan saja uang Rp 8000 tersebut ke si abang X. Di sepanjang jalan pulang, saya bersumpah tidak akan pernah menggunakan jasa cuci steam motor apapun. Lebih baik badan berkalang tanah bekas cucian motor sendiri daripada dihina tukang cuci steam motor, -loehh guweh end!?-.
Mr. Klin, I Louph You Pull! ^_^
Setelah sempat trauma karena dikecewakan oleh tempat cuci steam motor X, dengan terpaksa saya menarik sumpah saya untuk tidak menggunakan jasa cuci steam motor. Alasannya sederhana, motor saya sudah 3 bulan tidak dicuci dan saya sedang tidak berhasrat (baca:malas) memandikan Si Gendut. Setelah melihat-lihat, saya pun menjatuhkan pilihan pada sebuah tempat cuci steam motor bernama Mr. Klin (seingat saya namanya itu). Kebetulan tempat Mr. Klin ini jauh lebih dekat dengan rumah saya.
Well, awalnya saya sempat ragu untuk datang ke Mr. Klin. Saya khawatir partner kesayangan saya (kali ini vespa tahun 2000, yang dulu udah dijual) mengalami penolakan yang sama seperti scooter saya terdahulu. Finally, saya beranikan diri untuk mampir ke situ setelah pulang bekerja. Dan keraguan saya pun luntur setelah mendapat sambutan hangat dari salah satu crew pencuci motor Mr. Klin. Alhamdulillah yah, sesuatu banget buat saya :-).
Mr. Klin memiliki fasilitas yang lengkap untuk ukuran sebuah tempat cuci sepeda motor. Selain crew yang handal, mereka juga mempunyai pengangkat motor bertenaga hidrolik (yang biasa ada di tempat cuci steam mobil) yang dapat membuat proses pencucian motor menjadi lebih mudah. Fasilitas ini nampaknya sudah mulai lazim di beberapa tempat cuci motor sejenis. Kemudian di Mr. Klin, proses pencucian dilakukan sebanyak 2 kali, yang pertama dicuci dengan sabun biasa pada bagian yang sulit dibersihkan dan yang kedua menggunakan sabun cuci motor khusus yang penampakannya menyerupai es krim. Jika menelisik ke belakang, fasilitas dan pelayanan yang saya dapatkan dari Mr. Klin jauh berbeda dengan tempat yang dahulu saya kunjungi.
Pengalaman cuci motor di Mr. Klin begitu menyenangkan untuk saya. Maklum biasanya Si Gendut hanya dimandikan dengan sabun cuci piring yang ada di rumah saya. Singkat cerita, setelah scooter saya selesai dicuci dan dikeringkan oleh crew Mr. Klin, saya pun berniat membayar ongkos kerja mereka. Berdasarkan pengalaman terdahulu, saya sudah siapkan uang lebih jikalau mereka meminta. Ketika saya membayar uang di kasir, saya semakin takjub karena mereka menilai motor saya tergolong kecil sehingga saya hanya perlu membayar Rp 8.000,-. Saya baru ingat kalau di depan terdapat papan tarif yang dibedakan berdasarkan ukuran motor yang dicuci.
Karena penasaran, saya pun bertanya kepada si kasir:”Kok cuma Rp 8.000,-?, bukannya Rp 10.000,-? Motor saya kan besar bang hehe”. Si kasir menjawab: ” Bayarnya Rp 8.000,- aja bang, motor besar itu yang tangkinya di luar hehe”. Saya pun paham bahwa kami memiliki definisi yang berbeda tentang motor berukuran besar. Definisi motor berukuran besar menurut saya adalah yang berbody gendut seperti scooter saya sedangkan menurut si abang kasir adalah motor yang tangkinya di luar seperti Honda Tiger dan sebangsanya. Saya pun ikut saja dengan perkataan si abang kasir untuk membayar Rp 8.000,- meskipun hati ini masih ingin mengembalikan uang kembalian sebagai tanda terima kasih. Sore itu saya kembali menemukan arti sebuah pelayanan yang memuaskan, tanpa diskriminasi.
Mr. X vs Mr. Klin: Perspektif Service Quality
Dua pengalaman berbeda ketika menggunakan jasa cuci steam motor mengingatkan saya pada teori service quality (servqual) yang biasa dijadikan parameter kepuasan terhadap sebuah pelayanan. Tjiptono (1995) mengemukakan bahwa dimensi servqual meliputi bukti langsung atau ketampakan (tangibles), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance) dan empati (emphaty). Untuk itu saya ingin membuat analisis perbandingan pelayanan Mr. X dengan Mr. Klin dengan 5 parameter tersebut, tentunya dengan perspektif subjektif dari diri saya sendiri.
- Bukti langsung atau ketampakan (Tangibles)
Untuk Mr. Klin, tempatnya tidak kalah strategis bahkan lebih dekat dengan rumah saya. Perlengkapan? Mereka punya mesin steam, bak air, kompresor untuk pengering motor, pengangkat motor bertenaga hidrolik dan sabun cuci khusus motor (bahasa jaman sekarangnya snow wash). Para karyawan menggunakan seragam khusus sebagai penanda identitas tempat mereka bekerja. Di sini kita juga bisa melihat gambar proses pencucian yang dilakukan oleh para karyawan. Kalau haus? Tenang, ada refrigator berisi teh botol dan teman-temannya yang dapat menyegarkan tenggorokan anda. Adapun poin plus berikutnya yang tampak oleh penglihatan saya yaitu adanya pemisahan antara bagian pencucian, pengeringan dan pembayaran.
- Kehandalan (Reliability)
Untuk Mr. Klin, pelayanan yang diberikan sesuai dengan yang dijanjikan. Satu hal yang penting, tidak ada diskriminasi pelayanan di sini. Tarif yang ditawarkan memiliki diferensiasi yang jelas sesuai dengan ukuran motor. Para karyawan bekerja dengan sigap membersihkan setiap motor konsumen yang datang ke tempat mereka tanpa terkecuali.
- Daya Tanggap (Responsiveness)
Berdasarkan apa yang saya lihat dan rasakan, para karyawan Mr. Klin mampu memberikan pelayanan dengan tanggap dan paham dengan jenis motor yang akan mereka tangani. Hal itu terbukti ketika scooter saya dinaikkan ke atas pengangkat motor, mereka langsung menambahkan papan di bawah penyangga agar scooter saya bisa berdiri lebih tinggi.
- Jaminan (Assurance)
Mr. Klin telah berhasil memberikan jaminan berupa keramahan yang akhirnya membuat saya kembali yakin untuk memakai jasa cuci steam motor. Long Live Mr. Klin!!
- Empati (Emphaty)
Teng...teng..teng, Mr. Klin, you are the winner!! Selain kejelasan informasi tentang tarif dan proses pencucian, saya pasti mendapatkan bonus satu kali cuci motor gratis setelah 7 kali cuci motor di Mr. Klin.
Kesimpulan:
Dalam bahasa bisnis, Mr. X menjalankan bisnisnya dengan standar yang biasa saja. Bahasa kerennya business as usual. Terima motor, cuci sampai bersih, keringkan motor terus terima duit deh. Beres perkara. Lain halnya dengan Mr. Klin, mereka sudah mulai menerapkan prinsip-prinsip service quality meski dalam tataran sederhana. Melihat tingkat pertumbuhan kendaraan roda dua yang semakin meningkat ditambah sempitnya waktu bagi pengendara motor untuk mencuci sendiri motor mereka, bisnis cuci steam motor dengan pola pelayanan Mr. Klin nampaknya akan semakin berkembang dan menjanjikan. Tamat.
nb: tulisan berdasarkan pengalaman pribadi dengan bumbu lebay sedikit. Kalau ada yang salah di teori servqual-nya, tolong diperbaiki ya #maksa.
Jumat, 23 September 2011
Gratis

Beberapa waktu lalu saat sedang hot-spotan di perpustakaan, saya didatangi seorang bocah anak SMP. Bukan mau minta sumbangan, ngajak tawuran, atau meminta pertanggungjawaban karena telah menghamili dia (the bocah is a boy >.<). Tapi dia sedang berusaha menjual anti virus!.
Setelah introduksi basa-basi, ia menginterupsi dan membuat saya terpaksa menutup situs yang enggak-enggak. Dia memaksa saya menyeluncur ke blognya. Nama bocah laknat ini Novan. Dan dia menawarkan sebuah anti virus premium. Sambil berpromosi, bahwa untuk mendapatkannya tidak murah. Tapi buat saya dia kasih harga khusus.
Berapa emang bos?
“Terserah masnya mau ngasih berapa”.
Walah, rupanya ni bocah belum tau siapa saya. Masa pembajak sawah ditawari software bajakan. Saya sudah tahu bahwa untuk mendapatkan account premium itu cukup mudah. Sudah ada crack-nya dan bisa diunduh secara gratis di forum-forum. Maklum, sekitar 100 Gigabyte software, games, music, dan film di laptop saya 100% hasil jadi kebo di sawah dunia maya. Belum mampu beli yang asli kakak...
Tapi saya salut dengan bocah ini. Baru kelas 2 SMP tapi sudah berani melakukan personal selling. Saya aja baru berani jual diri pas SMA, itu aja ga laku-laku. Novan berani menjual barang bajakan yang sebenarnya gratisan lagi!!! Bagi orang yang ga ngerti, mungkin tawaran Novan terdengar menggiurkan. Murah, harganya bisa suka-suka. Tapi justru itu, harga murah tidak menjamin barang itu laku.
Loh koq bisa? Bukannya murah itu meriah? Belum tentu.
Perceived Value
Harga akan membentuk persepsi yang ada. Karena ternyata keputusan pembelian kita cenderung tidak rasional. Lebih hebatnya lagi, pikiran bawah sadar kita mempersepsikan harga sebanding dengan nilai dan kualitas barang tersebut. Kita cenderung meremehkan barang dengan harga murah dan memiliki ekspektasi tinggi untuk barang dengan harga tinggi.
Penelitian yang dilakukan Universitas Stanford dan California institute of technology mampu membuktikan hal itu. Mereka mengumpulkan 20 sukarelawan, 10 orang pria dan 10 orang wanita. Lalu grub ini diberikan 2 botol anggur. Anggurnya sama, tapi yang satu diberi harga mahal, sedangkan yang satunya berharga murah. Mereka disuruh memilih.
Peneliti yang kurang kerjaan ini lalu merekam aktivitas otak sukarelawan selama proses pemilihan anggur tadi. Ternyata ada aliran darah yang membesar di medial orbitofrontal cortices, bagian untuk rasa senang didalam otak, ketika responden memilih anggur mahal.
Hal ini menunjukkan kesimpulan sederhana: semakin mahal harga sebuah produk, semakin besar pengorbanan untuk mendapatkannya, dan ketika kita berhasil membelinya, otak akan merespon dengan timbulnya hormon yang menimbulkan rasa senang dan puas.
Itulah mengapa Luis Vuitton, Armani, Gucci, Prada, Yves Saint Laurent, dan merek-merek terkenal sengaja memasang harga tinggi. Harga menunjukkan status social. Semakin mahal, semakin puas pemakainya.
Seorang teman yang memiliki usaha dompet kulit bercerita. Ia pernah menjual dompet dengan harga 25rb susahnya minta ampun. Ga laku-laku. Padahal itu kulit asli. Sedangkan adiknya menjual dengan harga 75rb dan justru laris bak kacang goreng!. Ternyata pembeli merasa ragu dengan harga kulit hanya 25rb karena dibenak mereka, harga barang-barang kulit sekitar 50rb-100rb.
Cheating Lesson: Keep your price reasonable!!!
Dalam teori-teori pricing model sederhana ada dua pendekatan yang umum digunakan. Cost basis dan skimming price strategy. Cost basis yang dasarnya biaya. Berapa biaya total ditambah margin keuntungan yang diharapkan, jadilah harga produk. Tapi jika menggunakan skimming price, maka tetapkanlah harga setinggi-tingginya. Biasanya untuk barang2 inovasi dan baru. Ketika baru memasuki fase introduction di pasar.
Ilmu marketing sebenarnya ilmu yang berusaha memainkan perceived value konsumen. Nilai yang dipersepsikan dibenak pembeli. Karena peperangan marketing yang sesungguhnya ada di benak konsumen kata Al Rise.
Sayangnya banyak penipu tidak sadar hal ini. Berjualan ayam tiren koq didiskon. Jangan! Juallah dengan harga pasar. Jangan menurunkan harga. Karena hanya menimbulkan kecurigaan. Jualan black market juga jangan nafsu banting harga. Semakin murah, semakin rendah perceived value, dan semakin besar keraguan terhadap kualitas barang.
Salesman Kecil
Kembali ke Novan, salesman antivirus tadi. Saat berpisah saya bertanya,
“Nanti mau buat perusahaan apa?”
Dia mengaku belum tahu. Juga ketika saya tanya mau kuliah di mana. Mengapa saya bertanya demikian? Karena saya merasa anak ini memiliki something. Sesuatu banget gitu. Baru kelas 2 SMP, dia mampu melihat peluang, mengubah barang bajakan menjadi komoditas, dan yang paling utama: mengeksekusi peluang itu. Action!.
Meski saya menolak tawarannya, sambil menepuk pundaknya saya lalu bercerita tentang penemu vs pemasar. Anda tahu, orang yang kaya terkadang bukan orang yang menemukan, tapi orang yang memasarkan. Kasus McDonald, Coca-cola, sampai permainan freesbee dapat menjadi bukti.
Penemu hanya menambah daftar paten di perpustakaan. Sedangkan pemasar mampu menjembatani kebutuhan pasar yang sesungguhnya dan menambah pundi-pundi kekayaan yang ia punya. Karena ia mampu membuat orang lain membayar untuk solusi yang ia tawarkan. Tidak gratis.
Bukankah tidak ada free lunch? Tapi koq masih ada free sex...
Zzzzzzzzzz…
Senin, 19 September 2011
Apakah Atasan yang Baik Harus Galak?

Oleh: Dipta Dharmesti
Sekian tahun yang lalu saya "dicekoki" ilmu manajemen oleh dosen-dosen saya. Salah satunya ilmu untuk men-treatment karyawan, siapa tau di kemudian hari saya jadi bos :D Teori yang satu ini saya pegang sampai sekarang dan selama saya bekerja, teori ini sering nggak diaplikasikan oleh para atasan di tempat kerja saya. Malahan dulu sewaktu saya cerita kalau saya diajari teori ini, saya ditertawakan. Teman-teman saya enggan mengaplikasikannya.
Teori motivasi X dan Y pertama kali dikemukakan oleh Douglas McGregor tahun 1960-an. McGregor mengelompokkan karyawan menjadi 2 tipe, yaitu:
Tipe X
Tipe ini diasumsikan sebagai karyawan yang malas, tidak suka bekerja, dan (cenderung) berpendidikan rendah. Kalau di Indonesia ya SMA ke-bawah. Posisi atau jabatan karyawan ini biasanya level pelaksana atau blue collar. Untuk membuat karyawan tipe ini bekerja adalah dengan supervisi (pengawasan) dan aturan yang ketat. Petunjuk cara bekerja harus diberikan sejelas mungkin dan rinci (ini yang banyak dilanggar juga, si bos sering nggak sabar ngajari bawahannya). Atasan yang galak, rese, dan aturan yang ketat cocok untuk bawahan tipe X ini, supaya tidak menyimpang dari pekerjaannya.
Tipe Y
Tipe Y ini diasumsikan sebagai karyawan yang suka bekerja dan (cenderung) berpendidikan tinggi. Sarjana ke-atas, lah. Posisi dengan tingkat pendidikan seperti ini biasanya level staf ke atas, atau pengambil keputusan (yang banyak "pakai otak" :p). Oleh karenanya, supaya lebih termotivasi dalam bekerja, karyawan tipe ini lebih suka diberi kebebasan menggunakan otaknya. Kalau salah ya cukup ditegur dengan halus atau disindir. Bila karyawan tipe Y ini diperlakukan seperti karyawan tipe X, maka yang terjadi bukannya kerja produktif, malah jadi sebel dan berantem sama atasannya (lho malah curhat :p).
Contoh yang mudah dipahami untuk mengaplikasikan teori ini adalah dengan melihat bagaimana seorang supervisor lini produksi mendidik para operator mesin, dengan bagaimana seorang manajer mendidik supervisornya. Seharusnya sih berbeda :p
Hal yang mungkin membuat sulit untuk menerapkan teori ini adalah sesuatu yang disebut "seni membaca orang". Seharusnya seorang atasan memiliki rasa "seni" ini setelah bekerja beberapa saat dengan bawahannya, sehingga dapat mengidentifikasi "tipe" bawahan tersebut, apakah tipe X atau tipe Y.
Hal lainnya yang biasa bermasalah adalah "berkaca sebelum berbuat". Banyak orang tidak melakukan ini. Padahal hal ini penting lho. Sekedar berbagi informasi, dalam dunia profesi Apoteker, terdapat beberapa kode etik, salah satunya memperlakukan sejawat sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan. Jadi, harus "berkaca" dulu sebelum melakukan sesuatu. Kalau memiliki bawahan yang sudah "terbaca" perilakunya, maka sang atasan hendaknya berpikir dahulu seandainya dia menerapkan suatu kebijakan kepada bawahannya.
Hal sulit yang ketiga adalah tidak mencampur urusan pribadi dengan pekerjaan, terutama yang berhubungan dengan emosi. Bukan mengesampingkan persaan, karena manusia bukan robot, tetapi bila hal yang membuat bad mood itu ada di luar lingkungan kerja, sebaiknya jangan ditunjukkan saat bekerja, otherwise rekan-rekan kerja Anda yang jadi korban. Contohlah seorang teller atau resepsionis hotel yang tetap tersenyum kepada konsumen, walaupun mungkin sedang jengkel dengan rekan kerja atau keluarganya. So bagi teman-teman yang sudah jadi bos, jadilah bos yang baik bagi bawahan Anda. Bos yang baik nggak harus galak kok :)
Memperkuat Nasionalisme Ekonomi
Inilah saatnya program “Aku Cinta Produk Indonesia” digalakkan kembali. Kunci kemakmuran bangsa dan kemaksimalan pasar dalam negeri ada di tangan kita sendiri. Kita mesti memperkuat nasionalisme ekonomi dengan lebih mengutamakan produk-produk dalam negeri.
*) Penulis adalah Bekas Pimpinan Redaksi LPM Gema Keadilan,Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Sabtu, 17 September 2011
Kisah Kasih Bajaj (Seri Sumbangsih untuk Jakartaku)
2. Sistem Transportasi Jalan Non-Utama
3. Sistem Transportasi to the point
Kamis, 08 September 2011
Jika Sesama Ekonom Menikah
Oleh: Aulia Rachman Alfahmy
Memulai Rumah Tangga
Cintanya Saya pada Pisang, Ketela, dan Jamur
Oleh: Olivia KamalJaman masih SD, saya suka makan pisang batu rebus (yang makanan burung itu...xixixi...) Atau ketela rebus yang dicocol gula pasir... Tapi di rumah aja loh, hehehehehe... Gitu dehhhh, gengsi amat kalo bawa-bawa bekal yang begituan (lagunyaaaaa). Bekal yang bersedia saya bawa adalah roti tawar yang diisi sesuatu yang manis atau indomie rebus yang ditiriskan kuahnya dan dicampur bumbu di piring (disebut indomie goreng).
Jaman saya kuliah dan sampai sekarang, tentu saja nggak bawa bekal. Tapi tetaplah yang namanya lidah minta dimanjakan dengan makanan yang enak-enak. Jajanan yang bertebaran di pinggir jalan (yang dilarang keras sering-sering beli oleh papa karena zat aditifnya), teriak-teriak ke mata saya buat dibeli. Apalagi kalau ada rasa balado atau ada taburan keju... Wakakakaka...
Eh, ngomong-ngomong kok jadi ngidam rujak es krim ya???
Kontradiksi
Kontradiksinya, pisang batu rebus ataupun pisang biasa yang saya sukai itu - yang dulunya dimakan diam-diam di rumah, sekarang dibeli oleh saya dan dimakan (oleh saya juga dong... Xixixi...) di tempat umum tanpa rasa malu: pisang keriting, pisang penyet, pisang bakar, pisang molen, banana split, pisang coklat keju, keripik pisang rasa melon, banana cake... Yummy...
Demikian juga dengan ketela: tela kres atau tela-tela dengan rasa balado, tela keju, keripik singkong bakar yang merah banget itu, keripik balado, Kusuka (rasa lada hitam). Kalo jamur sih so pasti ga nolakkkk banget: jamuur kriuk atau rumah jamur, maupun jamur yang disulap jadi ayam goreng tepung atau menu lain di rumah makan vegetarian.
Kreativitas
Sebenarnya selain pisang, ketela, dan jamur; saya juga demen jajan kentang, cimol, batagor, cendol, teh, rujak, hahaha... Semua aja deh tant!!! (With "t" means tante, kalo nggak dikira setan pulak! Xixixi...) Paling enak dimakan sambil jalan itu yang ada tusukannya, seperti otak-otak (makan sambil naik jembatan busway), bakso (yang katanya dari daging tikus), tempura (masih ada ga ya di sepanjang boulevard?), batagor atau somay. Slurpppp... Ngilerrrr...
Yang bikin nggak malu lagi dengan jajanan itu adalah: udah dibikin keren image-nya melalui kemasan, cara pemasaran, mindset kita sekarang yang mengarah ke cinta Indonesia, selain memang enak dan murah (dari dulu kaliiii kalah enak dan murah). Apalagi jajanan jamur yang mencantumkan sehat, bagus untuk kulit, padahal buat saya sih karena rasanya seperti ayam dan tepung bumbunya... Xixixi... Makasih buat yang kreatif menciptakan makanan-makanan ini...
Siapa dan mengapa?
Siapa sih yang menggagas ide menjadikan makanan yang duluuu bikin kita (saya dehhh) malu ini, menjadi modifikasi yang sesuai dengan image masa kini? Bisa dari ide murni, bisa juga dari mengikuti jejak kesuksesan orang lain, contoh nih: Q-tela yang muncul setelah kesuksesan Kusuka, dengan varian rasa balado dan potonhan keripik yang lebih tipis. Keduanya tetap eksis dan punya peminat sendiri-sendiri.
Motivasi yang paling mulia menurut saya adalah: meningkatkan nilai jual hasil pertanian lokal. Dengan pengolahan dan pengemasan yang menarik, pisang di ladang petani menjadi lebih bernilai di mata kita (bayangkan 1 buah pisang kita beli 5000 rupiah!). Kalo beli di ladang sih mungkin dapat setandan ya?
Konsep franchise dan permodalan yang relatif kecil mendukung pertumbuhan bisnis makanan ringan yang murah dan keren dengan konsep gerai seperti ini. Gerai teh poci pernah ditawarkan ke mama saya, dan ditolak dengan pikiran: "emang ada yang mau beli teh 3000 sampe 5000? Emang sih modalnya cuma air, teh, gula, es, lemon dan susu kental manis, dan cup tentunya", pesimis mode on gitu deh. Buktinya banyak yang sukses loh karena nggak semua orang pengen minuman air mineral atau softdrink dengan kisaran harga yang sama. "Kalo sekarang mau beli lagi, udah pada banyak saingan." Ya gitu deee maaa...
Minggu, 04 September 2011
Saham-Saham [Cinta]
Terkadang kau memulainya sebagai seorang investor dengan puluhan milyar cinta di tanganmu hingga serasa tak akan pernah habis ketika kau menginvestasikannya.
Terkadang bahkan kau tak menginvestasikannya segera, menunggu dan terus menunggu untuk menempatkannya di sebuah perusahaan impian yang tak kunjung tiba, padahal begitu banyak perusahaan yang baik bagimu namun kau tak menyadarinya.
Terkadang kau tak kunjung-kunjung menginvestasikan cintamu karena takut akan resiko yang akan kau tanggung. Padahal kau sendiri sadar bahwa tak ada cinta tanpa resiko.
Terkadang kau dengan mudah menanamkan sahammu pada sebuah perusahaan, namun setelah kau telah merasa mendapat capital gain yang cukup kau dengan mudah mencari perusahaan potensial yang lain.
Namun terkadang kau memulainya dengan menjadi seorang investor yang benar-benar pengaplikasikan teorimu, portofolio. Kau menginvestasikan saham-sahammu pada beberapa perusahaan berbeda.
Beberapa saat setelah kau menanamkan sahammu. Saham-saham itu mulai berkembang, memberikan deviden bagimu. Seberapa bijakkah kau tergantung pilihanmu, menanamkannya kembali sebagai retain earning untuk menumbuhkan perusahaan[cinta]mu lebih besar, atau berpangku tangan menikmati deviden atas saham yang kau tanamkan. Padahal terkadang perusahaanmu sangat berharap akan retain earning[cinta] namun tetap setia memberikanmu deviden meskipun kau tak menambah saham-sahammu di perusahaanmu itu. Perusahaanmu tetap setia mendengarkan pendapatmu, padahal tak jarang membawa mereka kepada kehancuran.
Terkadang kau memulainya sebagai sebuah perusahaan, yang selalu merasa miskin, yang selalu merasa bahwa perusahaanyalah yang paling menyedihkan di dunia ini, yang selalu berharap akan datangnya seorang investor.
Namun terkadang kau memulainya sebagai sebuah perusahaan yang tangguh, yang walaupun tak memiliki tangible asset, namun kau memiliki intangible asset yang hebat. Harga dirimu. Kau tak pernah berharap akan adanya investor yang membantumu. Kau cukup tangguh untuk berjuang sendirian.
Pemilihan permodalan menjadi sebuah dilema. Memilih untuk utang atau menjual saham. Yang menjadi persoalan adalah terkadang mereka yang memberikan modal [cinta] padamu salah mengartikannya sebagai utang, mereka menuntutmu untuk mengembalikannya beserta bunga.
Namun jangan patah arang. Untungnya selalu ada investor berbasis syariah. Yang menanamkan modal kepadamu tanpa mengharap riba, yang terkadang ikut menanggung kerugianmu, setia disaat suka maupun duka.
oleh : Thontowi A. Suhada
*kalau ada analogi yang kurang tepat atau pemakaian kata yang salah mohon dikoreksi yah =)
Jumat, 02 September 2011
Saham Masa Kini Dan Masa Lalu
Warren Buffet, orang terkaya di dunia kedua! Actually at 2009. orang super kaya ini terlahir dengan kemampuan bermain saham yang begitu apik. Murid didikan sang legenda saham, Benjammin Graham ini membuktikan ajaran gurunya pada dunia masa kini dengan menjadi salah satu orang terkaya di jagat bumi ini!
Investasi saham mengklasifikasikan pemainnya menjadi dua jenis, yeah saya ulangi lagi, menjadi dua jenis (Mau diulang lagi yang ketiga kalinya? Saya kira tidak perlu).
Teknik Investasi Warren Buffet (yang kini terus dilestarikan oleh Warren Buffet)
Ada tiga analisis yang harus dilakukan sebagai pemain saham, dua analisis dasar yang diajarkan di kurikulum kita dan satu analisis yang muai ditinggalkan para pemain saham masa kini.
INGAT: Investai saham bukan sekedar investasi, tapi bayangkan anda sebagai pemilik bisnis dari perusahaan yang anda beli sahamnya.
Menurut Philip Fisher, perusahaan dengan kualitas manajemen yang handal, mampu melewati masa krisis. Dalam kondisi sosial-politik-ekonomi negara sekacau apapun, perusahan akan terus bertahan dan mampu melampauinya.
Sekali lagi Saya INGATKAN: Investai saham bukan sekedar investasi, tapi bayangkan anda sebagai pemilik bisnis dari perusahaan yang anda beli sahamnya.
Bagaimana Warren Buffet bisa kaya?
Beliau kaya dari dividen yang diperolehnya, karena saham yang dimilikinya adalah saham mayoritas (ingat, kepemilikan saham di atas 20% maka anda memperoleh hak dividen dari perusahaan).




