Agustus 2011 - Archieve

Under the hood articles from the past.

Senin, 29 Agustus 2011

Zakat: Menjaga Keikhlasan Si Kaya, Memuliakan Si Miskin




Tak terasa kita sudah berada di penghujung bulan Ramadhan. Bulan yang menjanjikan keberkahan baik spiritual maupun ekonomi. Mudah-mudahan kita diberikan kesempatan untuk bertemu lagi dengan bulan penuh berkah ini (amin). Menjelang lebaran ini, saya ingin sekali mengangkat tema tulisan yang saat ini tengah menjadi buah bibir di media massa. Anda pasti sering melihat dan mendengar berita tentang kericuhan pembagian zakat di beberapa daerah. Bahkan salah satu kasus terparah pernah terjadi di Pasuruan dimana arena pembagian zakat berubah menjadi arena meregang nyawa bagi orang-orang miskin yang tak berdaya.

Hal-hal tersebut memunculkan banyak pertanyaan di benak saya, apakah itu yang dinamakan zakat? Apakah orang-orang kaya itu tidak paham aturan zakat atau saking pahamnya mereka dapat mengubah aturan zakat dengan “kreativitas” masing-masing? Apakah orang-orang miskin itu memang harus antri mengambil sesuatu yang memang sudah seharusnya menjadi hak mereka? Saya memang bukan ulama atau ahli fiqh zakat. Saya hanya ingin mengikuti panggilan hati sekaligus mencoba menyampaikan ilmu yang dahulu saya dapat ketika “nyantri” di sebuah kampus Islam negeri Jakarta. Semoga kontribusi kecil saya ini dapat membantu meluruskan pemahaman tentang zakat yang terlanjur mewujud menjadi fenomena yang sangat salah kaprah di masyarakat. Selamat menikmati artikel EG edisi khusus Ramadhan kali ini.


Zakat: Sebuah Definisi
Boleh jadi, kesalahkaprahan pembagian zakat yang sekarang berkembang merupakan buah dari pemahaman yang salah tentang definisi zakat itu sendiri. Untuk itu, mari kita telaah kembali makna dari ibadah berdimensi sosial ekonomi ini. Secara bahasa, zakat memiliki makna: tumbuh, berkembang, kesuburan atau bertambah (Hadis Riwayat At-Tirmidzi). Dalam Q.S. At-Taubah: 10 dijelaskan pula bahwa pengertian zakat juga berarti membersihkan atau mensucikan.

Kemudian secara istilah seperti yang dimuat dalam UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pada pasal 1 bab 1 ketentuan umum dijelaskan bahwa definisi zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Secara bahasa, kita dapat memahami bahwa makna dasar dari zakat adalah pertumbuhan, perkembangan atau pertambahan. Hal ini tentu sangat sejalan dengan konsep ekonomi yang berprinsip senantiasa mengalir (flow concept). Kemudian dipandang dari sudut hukum positif, jelas bahwa zakat adalah bagian harta orang lain yang keberadaannya untuk sementara “dititipkan” oleh Allah kepada orang muslim yang lebih mampu. Artinya, jika si kaya tidak segera memenuhi kewajibannya untuk membayar zakat sama saja mereka telah mencuri harta si dhuafa.


Zakat: Syarat Wajib dan Sah beserta Jenisnya
Adapun hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Selanjutnya kita juga perlu mengetahui syarat-syarat yang wajib diketahui para penunai kewajiban zakat atau biasa disebut muzakki. Fakhruddin (2008) berdasarkan kitab al-fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu membaginya menjadi 2, yaitu syarat wajib dan syarat sah zakat. Adapun syarat wajib zakat di antaranya:
1. Merdeka
2. Islam
3. Baligh dan berakal
4. Harta tersebut merupakan harta yang memang wajib dizakati
contoh: emas dan perak, barang tambang dan barang temuan (rikaz), barang dagangan, tanam-tanaman dan buah-buahan, serta hewan ternak.
5. Harta tersebut telah mencapai nishab (ukuran jumlah yang memenuhi untuk dikeluarkan zakat). Kadar nishab dari harta yang wajib dizakati adalah 20 Dinar emas atau 200 Dirham perak.
6. Harta tersebut adalah milik penuh dari pemiliknya (al-milk al-tam)
7. Harta yang dimiliki telah berlalu satu tahun atau cukup haul (ukuran waktu atau masa)
8. Tidak adanya hutang
9. Melebihi kebutuhan dasar atau pokok
10. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara baik dan halal
11. Harta yang dimiliki berpotensi untuk terus berkembang
Selanjutnya yang termasuk syarat sah zakat yaitu:
1. Adanya niat muzakki (orang yang mengeluarkan zakat)
2. Pengalihan kepemilikan dari muzakki ke mustahiq (orang yang berhak menerima zakat)
Setelah memahami syarat-syaratnya, mari kita pahami jenis-jenis dari zakat. Secara umum, Shiddieq (2007) membagi zakat ke dalam dua kategori yaitu:
  1. Zakat maal: bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu. Contoh: zakat profesi, zakat perusahaan, zakat surat-surat berharga.
  2. Zakat fitrah: adalah pengeluaran wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari raya Idul Fitri.
Zakat: Dari Muzakki, Oleh Amil, Kepada Mustahik
Pada pembahasan pertama, saya telah membahas definisi zakat dari sudut pandang bahasa dan istilah. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana mewujudkan definisi tersebut menjadi sebuah aktivitas yang berperan penting bagi pengembangan ekonomi umat? Siapa saja stakeholder yang harus terlibat agar aliran dana zakat bisa berjalan dengan lancar? Untuk itu, mari kita bahas satu per satu.
Zakat merupakan ibadah yang pelaksanaannya terdiri dari tiga komponen utama: muzakki¸amil dan mustahiq. Adapun definisi singkat dari ketiga komponen tersebut yakni:
a. Muzakki : orang yang wajib mengeluarkan zakat
b. Amil : orang yang bertugas menerima zakat dan menyalurkannya kepada mustahiq
c. Mustahiq : orang yang berhak menerima zakat yang terdiri dari delapan golongan:
- Faqir
- Miskin
- Amil (orang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan harta zakat)
- Mu’allaf (orang yang baru masuk Islam yang masih lemah sehingga memerlukan bantuan moril dan materiil)
- Riqaab (untuk memerdekakan budak, termasuk untuk melepaskan orang muslim yang ditawan oleh orang yang bukan muslim)
- Ghaarim (orang yang berhutang atau bangkrut)
- Sabilillah (orang yang berjuang di jalan Alla, baik individu seperti guru agama atau lembaga seperti pesantren maupun instansi)
- Ibnu Sabil (orang yang sedang dalam perjalanan atau terlantar)
Sebuah ketentuan agama tentu memiliki maksud dan tujuan, termasuk zakat. Allah telah menciptakan skema yang indah dalam ibadah ini melalui ketiga komponen tersebut. Zakat memiliki fungsi social intermediary yang pelaksanaannya dimulai dari muzakki, dikelola oleh amil dan diperuntukkan bagi mustahiq.

Namun yang sangat disayangkan, konsep tersebut harus ternoda dengan cara-cara yang seolah dibenarkan di mata agama. Beberapa muzakki mengumpulkan mustahiq layaknya pengantri BBM bersubsidi dan mustahiq hanya bisa pasrah untuk mengambil harta yang seharusnya menjadi hak mereka.

Rekan-rekan muzakki yang terhormat, ingatlah bahwa zakat yang anda keluarkan bukanlah harta anda melainkan hak dari mustahiq yang wajib anda penuhi. Jaga keikhlasan anda dengan menyalurkan zakat anda melalui lembaga amil zakat yang terpercaya. Utamakan ketentuan yang benar sebagai ukuran, bukan dalih kepuasan yang tanpa sadar membungkus niat ingin pamer harta.

Untuk para amil, yuk berikan kepercayaan kepada para muzakki agar mereka mau menyalurkan zakatnya melalui lembaga zakat anda masing-masing. Tugas anda sangatlah mulia, maka dari itu yuk saling berlomba dalam kebajikan untuk menyejahterakan para mustahiq.

Untuk para mustahiq, ingatlah bahwa zakat merupakan hak anda. Allah ingin memuliankanmu melalui para muzakki yang sadar bahwa sebagian hartanya adalah milikmu. Semoga zakat yang diberikan kepadamu dapat membuatmu lebih bersemangat lagi dalam menjalani kehidupan. Amin
Akhir kata, saya ucapkan selamat Idul Fitri 1432 H. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita semua dapat kembali kepada kefitrahan, amin.


Referensi
Fakhruddin. Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang: UIN Malang Press, 2008.
Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani Press, 2002.
Shiddieq, Umay M. Dja’far. Harta, Kedudukannya Dalam Islam. Jakarta: Al-Ghuraba, 2007.



Jumat, 26 Agustus 2011

Megamind : X Y Behavior Theory Analysis



Film yang baik dan berkualitas selalu bisa memberikan inspirasi, dan seringkali justru sering saya temukan di film kartun. Inspirasi kali ini berasal dari Megamind. Alkisah dari sebuah planet yang yang akan hancur di luar tata surya kita dikirimlah dua orang bayi super, yang satu adalah bayi dengan kekuatan super,kecepatan super, kemampuan terbang (ya gampangnya mirip bgt sama Superman™) bayi ini kemudian dikenal dengan nama Metroman. Bayi yang kedua dianugerahi kejeniusan dalam merakit senjata, robot dsb, bayi ini kemudian menamai dirinya Megamind.



Singkat cerita si Metroman yang beruntung jatuh ke keluarga kaya yang baik, ditanamkan nilai-nilai kebaikan, hidup berkecukupan akhirnya tumbuh sebagai seorang pahlawan. Sedangkan si Megamind sialnya jatuh ke sebuah penjara dan dibesarkan oleh narapidara disana, ia kemudian mendapat perlakuan tidak adil dari lingkungannya, disakiti, dijauhi. Tumbuh dengan kebencian akhirnya dia memilih jalan untuk menjadi penjahat.

Metroman dan Megamind terlibat dalam sebuah endless fight, perang tanpa akhir, namun pada suatu titik si Metroman bosan menjadi pahlawan dan memilih untuk pensiun. Si Megamind yang putus asa karena kehilangan rival akhirnya memutuskan untuk “menciptakan” seorang pahlawan. Tanpa sengaja ia memilih seorang yang terlihat baik, polos, dan tanpa catatan kejahatan. Dengan alatnya si Megamind membuat orang ini menjadi berkekuatan super seperti Metroman. Namun ternyata setelah mendapat kekuatan justru ia memanfaatkan kekuatannya untuk kepentingannya sendiri, memiliki kecenderungan merusak dan menguasai. Singkat cerita akhirnya Megamind berhasil mengalahkan “pahlawan jahat” itu dan justru akhirnya Megamind menjadi pahlawan sejati kota tersebut.


Film tadi menggelitik ingatan saya untuk kembali ke kelas Organizational Behavior saya dulu. Pada pembaca juga pasti tau teori yang cukup terkenal ini, ya X-Y Behavior Theory ciptaan Douglas McGregor. Om McGregor mengungkapkan bahwa persepsi manusia terbagi menjadi dua, persepsi X dan persepsi Y.

Persepsi X memandang semua orang adalah pemalas, cenderung menghindari pekerjaan, dan hanya akan bekerja dengan baik apabila diawasi , singkatnya harus menggunakan pendekatan “carrot and stick”. Sedangkan kebalikannya persepsi Y memandang setiap orang adalah orang yang rajin dan pekerja keras, yang memiliki semangat untuk memajukan perusahaan sebagai sebuah achievement. Mereka cukup ditunjukkan visi dan mereka akan berjuang menuju kesana dengan kreativitas dan usaha mereka sendiri.



Sekali lagi saya tekankan bahwa ini teori mengenai persepi, cara pandang seseorang terhadap orang lain dan bukan teori yang membagi manusia kedalam dua golongan, Corect me if I wrong.

Kali ini saya mengajak pembaca untuk berpikir bersama memodifikasi teori tersebut dari teori persepsi mengenai “pemalas” dan “pekerja keras” menjadi teori persepsi mengenai “orang baik” dan “orang jahat”. Terlihat mirip? semoga yang saya pikirkan juga seperti yang anda pikirkan sekarang.


Tanpa kita sadari kita sering mempersepsikan orang lain sebagai orang baik dan orang jahat. Entah itu berdasar berita, cerita teman kita, ketok tular(word of mouth), maupun memang streotip yang ditanamkan kepada kita sejak kecil. Benarkah persepsi tersebut? Adilkah bagi mereka? Saya akan mengajak anda untuk bermain dengan persepsi anda tersebut.


Seperti saya ceritakan di epilog, sebagian besar orang jahat atau bahkan semua, mungkin tidak terlahir jahat. Karakter-karakter seperti Megamind terlahir dari pendidikan lingkungan yang salah, perlakuan yang tidak adil, kemiskinan dan hal-hal negatif lainnya. Apabila mereka diberikan kesempatan untuk berubah kemungkinan mereka akan menjadi baik bukanlah sebuah kemustahilan. Pada dasarnya saya berpersepsi bahwa pada dasarnya semua orang terlahir baik. Orang yang paling jahat sekalipun pasti memiliki “sebab” mengapa menjadi jahat, karena kita bersepsi bahwa semua orang terlahir baik.


Nah sekarang anggap saya telah dicuci otak dan sekarang saya bersepsi bahwa orang jahat pada dasarnya memang jahat. Wow? Menarik bukan? Setiap orang dilahirkan dengan bakat jahat, bakat untuk berbohong, licik, mencuri. Mereka berbuat jahat karena menyenangkan dan mudah dibanding harus bekerja keras untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Sebagian besar orang tidak berbuat jahat karena mereka tidak memiliki kesempatan, contohnya sering kita lihat(atau bahkan kita sendiri?!) saat pengawas ujian lengah sebagian dari kita cenderung akan memanfaatkannya untuk mencontek. Sebagian lagi karena takut akan hukuman, contoh yang sama, sebagian dari kita takut untuk mencontek karena bila ketahuan akan tidak lulus. Dan sebagian lagi karena tidak memiliki kemampuan untuk itu, kita tidak mencontek karena tidak ahli untuk mencontek (sering saya takjub dengan kemampuan beberapa teman saya yang sangat ahli dalam mencontek).


Nah dari dua buah cara pandang diatas, manakah yang merupakan cara pandang Anda? Manakah yang menurut anda benar? Implikasi dari persepsi diatas sangatlah besar. Dalam tingkat ekstrem, bila anda berpersepsi pertama, anda akan memandang bahwa semua kejahatan yang dilakukan seseorang bukanlah salah orang tersebut. Kehajatan itu hanya akibat dari faktor-faktor eksternal yang disebabkan orang lain. Sehingga akan sangat tidak adil bila orang tersebut dihukum. Sedangkan bila anda berpersepsi kedua, anda akan selalu curiga pada semua orang. Memandang setiap orang akan bisa berbuat jahat kepada anda dan tentu saja anda akan menjadi paranoid.

Saya yakin pembaca dapat mengambil keputusan yang tepat atas persepsi yang anda miliki. Apakah kita memang Angel and Demon yang ditakdirkan untuk baik atau jahat? Ataukah kita manusia yang memiliki pilihan, sehingga pada suatu saat nanti kita memang pantas diberi ganjaran atas pilihan kita yang telah kita buat.


Tak lupa pada kesempatan ini saya mengucapkan Selamat Idul Fitri. Atas kesalahan dan kejahatan pada anda yang pernah saya perbuat saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga amal kita diterima di sisi-Nya, dan kita ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya kelak.


Oleh : Thontowi Ahmad Suhada

Rabu, 24 Agustus 2011

Pesona Tambal Ban


Oleh: Ahmad Munadi

"Mun.Mun Bangun Mun" suara kawan membangunkan. Hari sudah pagi, terasa sekali sang surya memancarkan sinarnya di setiap sudut kamar dengan begitu indah. Aroma di pagi hari kota Yogyakarta begitu membakar semangat untuk beraktivitas. Pagi ini begitu menyegarkan hanya kurang kicauan burung sehingga menjadi awalan cerita di setiap cerita dongeng.
Cerita ini bercerita pesona seorang tambal ban. Pesonanya sudah terlihat dari kejauhan, seorang wanita berparas cantik, berkulit putih, dengan rambut dan tubuh yang terawat, mata yang indah serta senyum yang hangat.(Maaf saia ngibul, Mana mungkin ada seorang penambal ban seperti itu). Cerita ini adalah kisah nyata betapa takjubnya saia melihat pesona pria tambal ban yang menjalankan prinsip-prinsip manajemen.
Tepatnya setelah saia mengantar teman ke kampus dan berniat untuk menambal sepeda. Sepeda saia adalah sepeda pinjaman WANA yang tidak ingin disebutkan namanya. Bermerk wimcycle roadchamp berwarna hijau muda dengan ukuran ban 26. Sekilas melihat sepeda ini orang langsung tau bahwa ini sepeda lama sekitar 5 tahunan yang garansi rangkanya sudah habis. Sepanjang body sepeda ini terdapat banyak stiker seperti WADEZIG, sate kacang, dan brownies lukis 89, sepeda ini jelas telah memiliki banyak pengalaman hidup dengan para penunggangnya. Meskipun sudah tua dan old fashion dan dari fisik yang sudah banyak tempelan, dari jauh sepeda ini mengkilap karena 2 hari yang lalu baru dicuci dengan sunlight sehingga tampak awet muda.
Dengan ban belakang yang sudah bocor kemarin tanpa sebab yang jelas saia membawa wadezig(panggilan untuk sepeda ini) menemui penambal ban. Sesampainya di penambal ban, kutanya:
"bisa nambal sepeda pak?"
"g bisa saia tidak punya."
mungkin bapak ini tidak dengar, maka saia ulangi
"Bisa nambal sepeda pak?"
"G bisa mas, yang untuk nambal bannya saia sudah habis"
Oh ternyata bahan untuk nambalnya habis sehingga ia tidak bisa nambal. Kuucapkan terima kasih dan kemudian mencari tempat tambal lain. Sepertinya ia bukan penambal ban dalam cerita ini dan memang ia bukan. Kuteruskan perjalanan sambil menarik stang wadezig. Wadezig begitu penurut, dia bukan anjing atau ayam ataupun kucing yang ditarik kepalanya akan mundur ke belakang.
5 menit kemudian saia menemukan tambal ban tersebut. Dia adalah penambal ban dalam cerita. Pria muda berambut lurus berkaos hitam agak junkies bercelana pendek coklat kotak kotak sampai lutut dan bersandal jepit hitam dengan merk sun swallow, sekali melihatnya saia langsung tau bahwa dia belum mandi. Selain belum mandi saia tau dia tukang tambal ban karena disebelahnya ada mesin angin yang saya sebut LPG 12 kg dengan embel-embel warna orange beserta roda dan mesin. Kutanya padanya "Bisa nambal sepeda mas?" "BISA!"
Dibaliknya wadezig agar dia bisa membuka ban. Dicongkelnya ban belakang bagian luar wadezig. Diambilnya baskom berisi air. Diambil ban dalam dan diisi angin. Dimasukkanlah ban tersebut kedalam baskom air untuk mencari bagian yang bocor hingga terlihatlah bagian yang bocor. Bagian yang bocor itu berupa robekan, di daerah bagian dalam ban dekat dengan pentil sepeda.
# Capability
sebentar ia melihat robekan itu. Ia langsung berkata "Ban baru ya mas?". Benar sekali, yang ia katakan benar. Ban dalem tersebut adalah ban baru merk swallow, ban tersebut baru 3 hari kugunakan karena sebulan ini ban belakang sudah bocor 3x dan ini yang keempat. Bocor ketiga kuputuskan kuganti dengan ban baru karena keseringan bocor. Salut sekali dengan kapabilitasnya dalam melihat. Mungkin ini yang dikatakan oleh Malcolm Gladwell sebagai Blink.
#Extra Service
" Mas ini robekan bukan lubang, penyebabnya bukan karena jarum atau benda tajam mungkin ada jari-jari yang menusuk" kemudian ia melihat jari-jari dan mengatakan " ohh mas ini penutup jari-jarinya terlalu tajam pantas robek, ini masih terlalu tajam apa mau saya ganti?" Luar biasa. Selain kemampuan pemahaman yang cepat ia juga menawarkan jasa lebih. Dia adalah tukang tambal ban bukan tukang sepeda tapi kemampuannya lebih. Apa yang dikatakannya lagi-lagi benar. Penutup jari2 tersebut terbuat dari tali meteran kuning yang biasa digunakan tukang bangunan. Setelah dirobeknya kulihat2 dan benar bahwa bagian yang tajam persis sama dengan lokasi robekan.
#Multi Tasker
Dibuatnyalah penutup jari-jari dari bahan sepeda dan memulai menambal ban. Ia putar alat tambal ban, menyiram bensin dan api menyala. Menunggu tambalan selesai ia membuat penutup jari2 sepeda. Ia kemudian berhenti sejenak untuk memasukkan ban dalem motor sebelah saia yang baru saja selesai ditambal. Selesai nambal ban, ia meneruskan membuat jari2 sambil memperhatikan proses tambal ban. (Ia benar2 seorang multi tasker dan memiliki time efisiensi yang baik)
#SOP
penutup jari2 dipasangnya, kemudian ban yang selesai ditambal dicek kembali dalam baskom air. Setelah yakin ia kemudian memasukkannya kedalam sepeda. Ia masukkan ban dalam dan memperbaiki posisi ban, kemudian ditutup dan diisi angin. Setelah kupikir selesai, ia memutar ban tersebut, saya melihatnya dan terlihat baik-baik saja. Namun menurutnya hasilnya belum bagus, sehingga ia kembali memperbaiki posisi ban tersebut, mengempiskannya kemudian memperbaiki posisinya dan mengsi anginnya. Semua yang dilakukannya sesuai dengan SOP pekerjaan tambal ban. Dia mematuhi SOP-nya dengan amat baik. Selain itu, ia juga berpegang terhadap quality control . Fantastis.
Selesai hal tersebut, kubayarkan 7rb untuk semuanya. Semuanya untuk sepeda yang semakin baik, service yang memuaskan, dan pada rasa kagum saia. Terima kasih mas-mas tambal ban utara pertanian ugm. Kalo ban saia rusak saia pasti kesana lagi.

Kamis, 18 Agustus 2011

Motif Agama


Oleh: Muhammad Nurcholis*)

Saya mempunyai kawan, seorang PNS Kementerian Keuangan, yang bekerja sebagai pemeriksa. Karena jabatannya itu, maka ia berkewajiban untuk mengisi Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang merupakan isian tentang Harta dan Kewajiban seorang pejabat untuk dilaporkan ke KPK. Wajar memang, sudah sepantasnyalah para pejabat melaporkan kekayaannya kepada suatu lembaga pengawas supaya tidak terjadi penyalahgunaan wewenang, kegiatan memperkaya diri sendiri atau, sebut saja fraud, dalam penyelenggaraan negara.

Umum diketahui, pengisian LHKPN harus mengungkapkan seluruh harta yang dimiliki oleh penyelenggara negara yang wajib lapor beserta kewajiban-kewajiban yang dimilikinya. Dari manapun asalnya dan apa pun bentuknya, asal milik wajib lapor.

Lalu, marilah kita menengok ke lembar isian kawan saya tadi.

Kawan saya, walaupun saya tidak memeriksa secara detil isi LHKPN-nya, mengungkapkan bahwa ia tidak mempunyai harta yang berarti setelah kurang lebih 4 tahun bekerja sebagai PNS. Cukup aneh, karena teman-teman seangkatannya rata-rata menginvestasikan penghasilannya dalam bentuk harta-harta yang mempunyai nilai cukup besar: tanah, rumah, perhiasan, logam mulia, atau dalam bentuk usaha. Tentu, mereka tidak memperoleh harta itu secara serta merta. Karena sudah kodratnya, PNS adalah sebuah profesi yang erat kaitannya dengan mencicil: kredit. Penghasilan sebagai PNS, meski cukup untuk hidup sehari-hari, tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan papan, kebutuhan tersier secara serta merta. Maka, dengan kredit, semuanya dapat teratasi. Penghasilan tetap mereka sebulan adalah jaminan pelunasan kredit mereka, meski harus dicicil bertahun-tahun—bahkan puluhan tahun. Sungguh membosankan, bukan?

Dan, apakah yang menyebabkan kawan saya tadi belum mempunyai harta? Ya, dia tidak mau mencicil. Sebuah alasan yang saya kira berhubungan dengan suatu prinsip: mencicil, adalah kegiatan mengangsur dengan memberikan bunga di dalamnya, dan bunga—secara ajaran Agama—adalah haram hukumnya, maka mencicil, bagi kawan saya: tidak benar.

Seperti itulah, kawan saya tadi dalam hidup dan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya didasari oleh suatu motif ekonomi, yang dapat saya simpulkan sebagai: Motif Agama.

___

Sedikit memberikan definisi, Motif ekonomi adalah alasan ataupun tujuan seseorang sehingga seseorang itu melakukan tindakan ekonomi. Sedang tindakan ekonomi sendiri dapat berarti setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling baik dan paling menguntungkan.

Dari dua definisi di atas, kawan saya telah meletakkan ajaran Agamanya sebagai tujuan dalam memenuhi kebutuhannya yang merupakan pilihan terbaik dan paling menguntungkan.

Menguntungkan? Mari kita bicarakan lebih lanjut.

Dalam dunia ekonomi dikenal dengan istilah: kebutuhan manusia tidak terbatas, namun alat pemuas kebutuhan manusia adalah terbatas. Dan, apa tujuan utama manusia hidup di dunia? Tentu untuk memperoleh kebahagiaan. Secara garis besar, pemenuhan kebutuhan manusia ditujukan untuk dua hal: kepuasan jasmani dan kepuasan rohani. Dalam kasus kawan di atas, agaknya kepuasan rohani telah mengalahkan kepuasan jasmani. Di sini, pemuas kebutuhan yang dicapai berdasarkan dengan prinsip ajaran agama yang ia pegang, telah memberikan kepuasan bagi dirinya. Bila demikian, apa yang harus dicari lagi?
___

Boleh dikatakan, salah satu faktor penyebab kebutuhan manusia tidak terbatas adalah: makin meluasnya lingkungan pergaulan. Semakin seseorang berinteraksi dengan kelompok sosial di luar pergaulannya sekarang, semakin besar jenis kebutuhan yang ia inginkan. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang berasal dari desa, akan merasa cukup dengan fasilitas yang ia miliki sebelumnya: handphone monochrome, tas dan sepatu kuliah yang secara ukuran penduduk desa sudah bagus, baju-baju dan kaos seperlunya dan mungkin alat “kosmetik” yang hanya berupa sabun batangan dan odol. Namun, ketika beberapa waktu ia kuliah dan tinggal di kota besar, pergaulannya akan meluas. Ia mulai mempunyai keinginan untuk membeli handphone merk terbaru, sepatu dan kaos keluaran label major atau kosmetik yang tadinya hanya dipakai oleh saudari perempuannya: pencuci wajah dan facial.

Akan tetapi, bagaimana apabila lingkungan pergaulan kita adalah dari jenis kawan saya di atas?

Sangat sedikit barang-barang yang secara manfaat kurang, atau alat pemuas yang hanya berfungsi secara semu: diukur dari kenikmatan dunia semata. Segala alat pemuas kebutuhan dipenuhi dengan pertimbangan keuntungan dari sisi rohani dan tujuan yang lebih jauh dari sekedar kepuasan di dunia.

Barangkali, ini sesuai dengan salah satu hadits:

”Dan perumpamaan teman duduk yang baik itu bagaikan penjual minyak wangi kasturi, jika minyak kasturi itu tidak mengenaimu, maka kamu akan mencium bau wanginya. Dan perumpamaan teman duduk yang jelek adalah seperti tukang pandai besi, jika kamu tidak kena arangnya/percikannya, maka kamu akan terkena asapnya.” (HR Abu Dawud).

Atau dalam hadits lain:

”Agama seseorang itu tergatung teman sepergaulannya, maka melihatlah engkau pada siapa berteman?” (HR at – Tirmidzi)

Spirit ini pula yang dituangkan dalam syair Tombo Ati: “yang ketiga berkumpullah dengan orang shaleh”.

Jadi, kereligiusitasan seseorang berpengaruh terhadap perilaku ekonominya. Dan tentu, kita berharap mempunyai kawan-kawan yang religius. Demikian. Wallahu a’lam.

*)Penulis adalah seorang abdi negara yang jujur dan sholeh di departemen yang ngurusin duit Republik Indonesia :p

Minggu, 14 Agustus 2011

Teka-Teki Akuntansi

Oleh: D. A. Rohmatika

Diambil dari status Facebook salah satu teman saya, sebut saja dia Putri (ya memang itu namanya, haha). Soalnya susah loh... Mau tahu? Begini katanya:

“Aku jadi pusing... Aku mau beli kapal jadi aku hutang A = 50 juta dan B = 50 juta sehingga totalnya = 100 juta. Aku membeli kapal dengan harga 97 juta, jadi uangnya sisa 3 juta. Untuk mengurangi hutang, aku mengembalikan 1 juta ke A, 1 juta ke B, dan 1 juta sisanya aku kantongi. Jadi hutangku dengan si A = 49 juta dan hutang dengan si B = 49 juta. Tetapi bila dijumlahkan = 49 juta + 49 juta = 98 juta + 1 juta di kantongku = totalnya ada 99 juta, padahal tadi awalnya ada 100 juta. Bagaimana ini???”

Pertanyaan ini jangan dikira remeh temeh nggak penting loh. Pertanyaan ini bahkan pernah diterbangkan sesuka hati di ruang T300 alias ruang yang biasa dipakai untuk pendadaran. Jadi, kunci pertanyaannya di mana? Nah, karena pertanyaan inilah si Penulis merasa ilmu akuntansi yang didapat 365 hari x 4 tahun ini ternyata memang benar-benar bermanfaat (lebih banyak manfaat daripada madharatnya *edisi Bulan Ramadhan*). Jadi di manakah kuncinya? Hmm... tahukah rumus dasar akuntansi yang selalu dipakai sejuta umat? Bunyinya:

Aset = Modal + Utang
Kenapa begitu? Karena para akuntan itu adalah orang yang “nyinyir”, “cerewet”, “banyak tanya” dan bukan orang gampangan, terutama gampang percaya (sebutan gampang untuk skeptis). Jadi, daripada omongan orang, dia lebih percaya dengan bukti yang bisa dilihat di depan mata, bisa diitung, diterawang, diraba (quizflash: mirip dengan karakter zodiak apa hayo?). Dasar si akuntan yang banyak tanya, kalau ada aset pasti dia tanya, dapat dari mana? Modal sendiri atau utang orang lain?

Nah, dalam kasus di atas ketika ingin membeli kapal, si aktor yang bingung (sebut saja Bunga) meminjam masing-masing uang 50 juta pada si A dan si B. Jadi, uang yang di tangannya ada 100 juta. Uang yang dipegang Bunga dinamakan aset. Ketika dia membeli kapal seharga 97 juta dan uangnya sisa 3 juta, namanya tetap saja aset hanya saja dalam bentuk uang kas dan kapal (sama-sama bisa dilihat kan? Ini buat lebih gampangnya, nggak termasuk intangible asset yaaa). Nah, saat Bunga mengembalikan uangnya ke si A dan si B masing-masing 1 juta, maka dia tinggal memiliki utang ke si A dan si B masng-masing 49 juta. Lalu uang yang dia pegang 1 juta bagaimana? Benar! Uang itu kalau dijumlah dengan harga kapal totalnya 98 juta, sama dengan total utangnya. Masih bingung? Begini gampangnya...

Aset = Utang + Modal
100 juta (kas) = 50 juta (pinjam si A) + 50 juta (pinjam si B) + 0 (modal sendiri)
97 juta (kapal) + 3 juta (kas) = 50 juta (pinjam si A) + 50 juta (pinjam si B)
Saat Bunga mengembalikan uang pada si A dan si B masing-masing 1 juta maka...
97 juta (kapal) + 1 juta (kas) = 49 juta (pinjam si A) + 49 juta (pinjam si B)
Mudah kan? Ternyata hanya seperti itu ya... hahaha~ Inilah salah satu kegunaan Akuntansi! :)

Jumat, 12 Agustus 2011

Segmentasi Diferensiasi Kyai


Oleh: Yoga PS 

Zaman dahulu, kita hanya mengenal filsafat sebagai induk seluruh ilmu pengetahuan. Mother of knowledge.Tokoh-tokoh seperti Plato, Aristoteles, Ibnu Sina, Khawarizmi, dan tokoh2 baheula dikenal sebagai ahli disegala bidang. Mulai politik, pengetahuan alam, biologi, seni, social budaya, hingga hukum. Namun zaman terus berubah. Tuntutan kompleksitas pengetahuan memaksa kita menggolongkan pengetahuan menjadi kamar-kamar yang lebih kecil.

Pengetahuan mengalami spesialisasi. Pengelompokan menjadi sub-bagian yang lebih spesifik. Ilmu pengetahuan alam digolongkan fisika, kimia, biologi (SMA bangettt), atau ilmu social masih bisa dibagi lagi menjadi ekonomi, politik, antropologi, sosiologi, gigologi (zzzzzzz) dan masih banyak lainnya. Lantas apa hubungannya dengan Ustadz yang ahli agama? Yang jelas bukan hubungan intim (astaghfiruloh kakak…), atau hubungan kelamin (inget puasa kakak…). Bukan juga hubungan *&*&#*@ (sorry terpaksa disensor).

Marketing Dakwah
Coba antum perhatikan televisi. (Cieeh. Antum…) Oke cuk, coba perhatikan televisi atau jalan2 ke toko buku. Tapi jangan toko buku porno ya (mulai deh…). Kita akan menemukan sebuah spesialisasi dakwah. Dalam artian, ustadz zaman sekarang memiliki kekhususan bidang dakwah yang digeluti.

Yusuf Mansur terkenal dengan anjuran sedekah. Abu sungkan dengan terapi sholat khusyu’. Quraisy Shihab konsisten dengan tafsir qur’an. Ary Ginanjar dengan ESQ untuk kalangan eksekutif. Arifin Ilham dengan majelis dzikir yang mengharu-biru. Uje ustadz Jeffry dengan gaya gaul dan bintang iklannya, atau Aa Gym dengan anjuran poligaminya (kalo ini Cuma bercanda hehehe.. sorry A’).

Trennya apa: Sudah ada diferensiasi dalam “memasarkan” dakwah!!! Ustadz-ustadz ngetop zaman sekarang lebih terfocus pada salah satu aspek dalam islam, menciptakan diferensiasi dan nilai tambah, serta “memasarkan”-nya dengan sangat baik. Apakah salah? Tentu tidak. Toh, dakwah itu perlu pemasaran!. Dakwah itu artinya panggilan. Iklan itu juga dakwah. Karena berasal dari bahasa arab I’laan yang berarti pengumuman.

Segitiga PDB
Menjadi Da’I ngetop hampir seperti menjadi artis. Ia harus mampu menghibur dan membuat pendengar terkesan. “Konsumen” (dalam hal ini jamaah) juga mengalami segmentasi. Ibu-ibu lebih doyan dengan gaya “Mamah curhat donk…”, atau yang suka melambai-lambai, “jamaaaahhh… ooh… jamaahhhh”. Yang dimongin ya masalah rumah tangga dan kelakuan bejat suami.

Sedangkan segmen remaja lebih sreg dengan model ustadz gaul dan ganteng lengkap dengan nyanyi-nyian dan pertanyaan standar sejuta zaman: “Bagaimana hukum pacaran dalam Islam???”. Kadang-kadang ada juga yang tanya bahasa arabnya I love U. Biar jadi pacaran syariah katanya. Ada-ada aja. Haha.

Sementara kalangan eksekutif paruh baya ada yang lebih menyukai pendekatan klasikal spiritual. Ceramah di hotel berbintang. Pake sound system megah. Visualisasi wah. Ada nangis-nangisnya segala. Ga tau nangis beneran atau nangis karena udah bayar mahal-mahal dan ternyata ngerasa biasa aja.

Jika Anda sedang ikutan Pildacil (Pemilihan Dai Licik :p) saya sarankan untuk menciptakan segitiga PDB (Positioning, differensiasi, dan brand) Anda sendiri. Yang unik, otentik, dan sukar ditiru. Sedikit nyontek teori marketing, positioning adalah citra yang ingin Anda ciptakan di benak jamaah. Diferensiasi adalah pembeda, apa yang membedakan Anda. Sedangkan brand adalah “merk” atau nama yang ingin Anda jual.

Contohnya Yusuf Mansur. Positioning: ustadz sedekah. Diferensiasinya jelas: ceramah pake humor dan testimony pelaku sedekah. Hasilnya, brand ustadz yusuf Mansur ahli sedekah. Inget sedekah, inget Yusuf Mansur.



Jika saya ingin jadi ustadz ngetop, saya harus tampil beda. Ga akan sukses kalau Cuma ngekor yang sudah ada. Karena sudah banyak yang ngebahas rahasia sholat, maka saya pengen jadi ustadz yang menyingkap rahasia TIDAK sholat. Wah pasti rame kayaknya.
“Kejaiban Tidak Sholat..” wuiihh judul buku calon best seller tuh. Tapi siap-siap juga jadi calon babi guling buronan FPI. Hehehe.

Kyai Kampung
Berbeda dengan ustadz gaul dan ngetop di layar kaca, selalu ada tempat untuk “kyai kampung” di hati saya. Pembela agama Allah yang sesungguhnya. Saya masih mengingat jasa Cak Dji dan Cak Toha, guru ngaji saya dulu. Mereka tidak dibayar. Tidak juga terkenal. Mereka hanya guru ngaji biasa di musholla dekat rumah saya.

Saya masih ingat betul ketika diperkenalkan dengan si alif, ba, ta, dan rombongannya. Merangkai kalimat. Menghapalkan ayat. Lalu ada pelajaran tentang sholat. Mencari arah kiblat.

Mereka menyampaikan Islam tanpa “diferensiasi” macam-macam. Islam ya Islam. Lengkap dengan akidah, syariah, dan muamalah. Ada rukun agama, ada rukun iman. Ada surga, ada neraka. Ceramahnya biasa saja. Tidak membuat saya tertawa. Atau menangis tersedu-sedu didalam dada. Semua disampaikan dengan sederhana. Tapi justru semakin mengena.
Karena sesuatu yang disampaikan dari hati, akan sampai ke hati.
Semoga amal mereka dibalas di hari akhir nanti.

Akun Ikan

Oleh: Muwahid Ummah

Ilmu akuntansi dipercaya sebagai alat untuk mengukur  sekaligus meningkatkan efektivitas suatu industri. Begitupun untuk industri perikanan. Namun disayangkan ilmu akuntansi belum memberikan efek nyata bagi pelaku industri ini di tingkat hulu, yaitu nelayan kecil. Penelitian terhadap kehidupan nelayan oleh Pak Neil menunjukkan bahwa pendapat yang menyatakan nelayan berpenghasilan rendah merupakan sebuah stereotype. Dari pantauan Pak Neil di beberapa desa nelayan, penghasilan nelayan dalam satu kali melaut mencapai ratusan ribu rupiah. Hal ini sangat rasional sebab seekor ikan kakap merah ukuran sedang harganya bisa mencapai Rp 200.000,- sehingga jika dikalkulasi pendapatan nelayan kecil saja bisa mencapai lebih dari Rp 5.000.000,-.

Setelah ditelisik pengeluaran terbesar pada keluarga nelayan adalah pada anak kecil yang umumnya 5-10 yang menyerap konsumsi hingga 50%, menyusul perbaikan kapal di peringkat  kedua. Hal ini tentu disebabkan masih kurangnya kesadaran para nelayan untuk me-manaj keuangan mereka untuk kehidupan yang lebih baik.

Disini akuntansi bisa mengambil peranannya untuk mengawal nelayan kecil mulai dari pencatatan hasil tangkapan pada tingkat pengumpul hingga maintenance kapal. Tentunya akuntansi yang dikembangkan adalah akuntansi yang berbasis sosial sehingga mampu memberi kesejahteraan bagi nelayan Negeri Maritim ini.

***

Sorry, Won Bin… LG Put Your CF in a Wrong Place…

When marketing to a woman, do not forget her husband. When marketing to a girl, do not forget her mother. When marketing to parents, do not forget their children. (Assoc. Prof. Hooi Den Huan, 2009 – NTU)


Oleh: Dwi Andi Rohmatika

It is actually an unfinished research driven from a silly question after watching LG advertisements in Indonesia. Well, what’s wrong with that? Yes, I realized that unique difference also after having a short discussion with Prof. Maykel. So, let me explain a little bit about this silly-yet-interesting matter.

So, what is wrong with Won Bin then? Does he make something weird in the commercial film (CF) or what? Well, no he doesn’t. But he himself in the LG advertisement is weird! Yet, I am saying this upon the Indonesian consumers’ point of view. I absolutely recognize that Won Bin is extremely well-known in Indonesia since he is a senior actor and his dramas are very famous (lets say, there were Endless Love, Hotelier, etc when I was a teens). However, the purchasing behavior in Indonesia is indeed “different” from what LG try to portray.

In marketing world, it has been known that opposite gender will attract another gender very well. That is why we often found out a beautiful-sexy-seducing model on the automotive showroom. Well, it does not necessarily relate to every kind of products. Of course you need a girl to advertise a lipstick or cosmetic products to other girls. But for some certain products, the “sex appeal” matters here.

Lets take the example of other electronics ads on TV screen in Indonesia, mostly using beautiful women appear; Kathy Sharon and Julie Estelle for Sharp fridge ads, Mulan for TV ads, Sherina for TV ads also, and Agnes Monica for LG TV ads few years ago. Well, all of them use women in their ads, don’t they? And I do think this is driven by one motive: most consumers in Indonesia are men! Well, it is men (or husbands) who act as decision makers for such electronic tools, though.
Abother TV Ads -Mostly Using Women Models in Indonesia


Personally, I think what makes LG uses this international ads in Indonesia is because of the Korean rising (or hallyu wave) in Indonesia. But, this trend mostly get “teens fever” and could not be generalized to all people in Indonesia. Although my mother might watch the Korean dramas, I don’t think she remembers the actor’s name. Or even I don’t think she realizes their appearances in any CF. So, I consider this matter as a second problem.

Well, no offense though. I don’t say that it is wrong to put such Korean faces on Indonesian ads. All they have to do is observe the consumers thoroughly and carefully examine the impact of the ads. The result of my skimming examination still see that put women on such ads is the best choices. So, giving the ads of Lee Young Ah (another model of LG) in Indonesia will be better.

Lee Young Ah -LG Ads
And to overcome the second problem I elaborate above, using the Indonesian artists as a brand ambassador is still much better to be recognized among people on their 20s-40s. Using Korean stars on ads could give best impact to teens (or people who are concerned as hallyu wave lovers). Therefore, as I said earlier, this article is just a raw hypothesis only. If any of readers could get any data about the numbers of LG TV sold before and after Won Bin’s CF in Indonesia, then it could strengthen (or destroy) this hypothesis. As what I know, Samsung also using Hyun Bin’s CF to advertise its TV. Is this action pulled out by the success of Won Bin’s LG CF or this ads is used because LG does? We don’t know the answer as long as the data doesn’t exist then.

Kamis, 11 Agustus 2011

Accounting Profession

Oleh: Muh Fatchul Ulum


Apakah itu profesi?? Kalo diterjemahkan dengan kamus besar bahasa orang awam (emangnya ada..!) profesi biasanya dikaitkan dengan pekerjaan/bidang pekerjaan. Misalnya orang yg bekerja sebagai seorang dokter bisa dikatakan profesinya adalah dokter, bekerja sebagai bintang film bisa dikatakan profesinya artis/aktor, CMIIW. Begitu juga dengan orang yang bekerja dalam bidang akuntansi bisa dikatakan profesinya adalah sopir angkutan (loh..), akuntan maksudnya (hehe).

Lalu apa sajakah jenis-jenis profesi akuntansi itu?? Tentu mahasiswa yang mengambil jurusan akuntansi ingin tahu apa sajakah profesi yang bisa digelutinya nanti setelah lulus kuliah. Mungkin sebagian besar mahasiswa akuntansi kalau ditanya “mau jadi apakah kalian nanti kalo sudah lulus kuliah??”, saya yakin sebagian besar dari mereka akan menjawab jadi akuntan, sebagian menjawab jadi auditor, atau bahkan ada yang menjawab jadi manten(pengantin), haha udah kebelet kali ya…? Ok, kembali pada jawaban mayoritas “ jadi akuntan”, trus pertanyaan dilanjutkan “jadi akuntan apa??” mungkin sebagian lagi pada bingung sambil dalam hati berkata “akuntan apa ya enaknya?? ya pokoknya akuntan lah.. la wong jurusannya akuntansi, masa jadi psikolog..! salah sambung cuy..”.

Baiklah biar mereka gak pada bingung, langsung saja penulis akan menjelaskan macam-macam profesi akuntansi menurut sepengetahuan penulis (jadi bila saya ada kesalahan mohon mangap selebar-lebarnya.. maksudnya mohon maaf sebesar-besarnya karena ini adalah debut pertama saya di EG ini, hehe).

Financial Accountant
Akuntan ini adalah akuntan yang berhubungan dengan penyusunan laporan keuangan kepada pihak-pihak luar yang berkepentingan dengan laporan keuangan dari entitas/organisasi dimana dia bekerja. Karena pihak-pihak luar tersebut beragam kepentingannnya, maka laporan keuangan yang dihasilkan harus bersifat “general purpose”, oleh karena itu diperlukan suatu aturan dalam penyusunan laporan keuangan yang disebut “Standar Akuntansi Keuangan”. Akuntan ini beragam levelnya mulai dari clerk (tukang jurnal dan entry data), supervisor, sampai dengan kepala akuntansi tergantung luas organisasi.

Auditor
Auditor ini merupakan akuntan pemeriksa, dalam hal ini yang diperiksa adalah laporan keuangan yang disusun oleh financial accountant apakah sudah sesuai dengan Standar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi Berterima Umum (Generally Accepted Accounting Principles, bahasa kerennya getu), kemudian memberikan pendapatnya. Dalam perkembangan saat ini profesi auditor tidak hanya berhubungan dengan pemeriksaan laporan keuangan, tetapi juga pemeriksaan Sistem Pengendalian Internal dan Kepatuhan Perusahaan terhadap peraturan-peraturan yang berlaku. Secara umum auditor ini ada 2, yaitu: internal auditor yang tak lain adalah karyawan perusahan itu sendiri (biasanya bertugas di bagian SPI) ,dan eksternal auditor biasanya disebut akuntan publik (akuntan ini bekerja di KAP).

Management Accountant
Akuntan ini berhubungan dengan penyediaan informasi keuangan untuk kepentingan internal. Informasi tersebut tersebut tentunya akan digunakan akan digunakan untuk proses pengambilan keputusan oleh manajemen peusahaan, misalnya monitor arus kas, penetapan harga dan produksi, investasi, pembelanjaan, dll.

Cost Accountant
Akuntan ini menurut penulis adalah bagian dari akuntan manajemen yang bertugas dalam monitor dan penetapan harga pokok produksi. Tentunya tidak semua perusahaan memiliki karyawan jenis akuntan ini, perusahaan manufaktur tentu butuh akuntan jenis ini tapi perusahaan yang usahanya di bidang financial service tentu tidak.

Tax Accountant
Sesuai dengan sebutannya akuntan jenis ini tentu tugasnya adalah mengenai segala sesuatu tentang perpajakan perusahaan. Dalam bahasa kasar seorang tax accountant ini berusaha bagaimana caranya perusahaan terbebani pajak sekecil mungkin tanpa melanggar peraturan perpajakan yang berlaku. Laporan keuangan yang digunakan untuk tujuan perpajakan berbeda dengan laporan keuangan untuk tujuan lain, bukan apa-apa tetapi karena konsep dan metode yang digunakan memang biasanya berbeda.

Akuntan Pendidik
Akuntan ini memang tidak serta merta disebut memiliki profesi akuntan, malahan sering disebut profesi pengajar/pendidik. Tetapi juga tidak sedikit dari mereka yang berprofesi sebagai akuntan profesional. Apabila dilihat dari kontribusinya , akuntan pendidik ini justru sangat mulia dan penting sekali keberadaannya dalam menghasilkan akuntan-akuntan profesional.

Nah.. itulah beberapa jenis profesi akuntan (setidaknya yang saya ketahui, hehe.. mungkin ada yang mau menambahkan). “Tapi apakah hanya itu profesi yang bisa digeluti oleh jebolan jurusan akuntansi???”, tentu tidak!! Banyak lulusan akuntansi yang berprofesi lain, tapi tentunya masih berhubungan dengan akuntansi atau setidaknya masih berhubungan dengan keuangan, misalnya: Budget & Cost Controller, Banker, Financial Analyst, Financial Consultant, Treasurer, dan lain sebagainya. Kalo tidak percaya coba lihat berbagai lowongan pekerjaan untuk posisi-posisi tersebut, pasti syaratnya adalah antara lain adalah lulusan akuntansi. Jadi?? Selanjutnya terserah anda..

Rabu, 10 Agustus 2011

Financial Freedom Katenye...



Oleh: Priyok

Saya sedikit terusik ketika kemarin saya mengikuti sebuah training dan trainer pada saat itu bertanya kepada para peserta. What do you want to be, What is your target, pertanyaan khas trainer. Yang menarik bukan pertanyaannya, karena sudah sangat umum sekali. Yang menarik adalah jawaban dari pesertanya. Saya cukup mengenal siapa-siapa yang ikut dalam training itu, sehingga saya bisa mengadakan analisis singkat dan tak akurat dengan membandingkan antara keseharian dengan cita-citanya. Karena saya sangat percaya bahwa cita-cita berbanding lurus dengan apa yang kita lakukan hari ini. Cita-cita hanya akan menjadi mimpi kalau hari ini kita "bertolak jalan" dengan cita-cita kita.


 Apa sih jawaban mereka?sehingga mengusik saya untuk menulis.

Sebagian dari mereka menjawab. Bahwa mereka akan/ingin menjadi seseorang yang kaya dan juga financially freedom nantinya. Sepintas tak ada yang salah dengan jawaban tersebut. Ya, karena memang semua orang juga ingin menjadi seperti itu. Jadi, jawabannya terlalu umum. Bukan juga. Saya hanya terusik apakah benar financial freedom yang dipahami orang memang benar-benar konsep yang seharusnya, tidak salah kaprah. Karena saya agak sedikit ngeri juga, tren kata-kata financial freedom telah nyangkut ke otak-otak manusia tanpa paham konsep yang sebenarnya. Jadi ya itu financial freedom tren, bukan mind set financial freedom yang sesungguhnya. It is not that simple, pals.

Saya disini bukan meluruskan pemahaman financial freedom, saya hanya mencoba menafsirkan financial freedom yang sesungguhnya versi saya sendiri berdasarkan pengalaman-pengalaman saya bergaul dengan Rich Dad dan Poor Dad. Saya sangat terbuka sekali apabila tulisan ini ditanggapi dengan komentar yang banyak.

Yang harus jadi garis bawah adalah jalan menuju financial freedom itu tidak enak. Bangun harus pagi-pagi, harus rajin, tidur sedikit, sedikit waktu bermain/hang out, kurang bisa punya barang bagus, stop belanja berlebih, dll. Itu yang sifatnya kesenangan, belum lagi yang sifatnya fisik. Motor jelek (shogun keluaran 2001), makan bawa dari rumah, ngampet beli mobil bagus, dll. Bukan masalah tidak mampu beli sebenarnya, tapi terlebih penting melatih mental. Kenapa harus seperti itu. Cobalah tengok pengusaha-pengusaha papan atas yang meraih hidup sukses. Mark Zuckerberg, rumah aja masih ngontrak. Warren Buffet, sebagai orang terkaya, hidupnya termasuk biasa-biasa saja. Apalagi Bill Gates, terbiasa naek subway ke kantornya.

Kuncinya bukanlah memperoleh pekerjaan dengan penghasilan besar, seperti bekerja di perusahaan minyak. Bukan pula memulai bisnis, jd entrepreneur seperti yang selama ini didengung2kan orang-orang. Tapi mengelola berapapun pendapatan yang kita terima. Tidak saja berhenti di menabung, tapi lebih dari itu. Menurut saya, lebih baik penghasilan 2.500.000 tp bisa menabung 1.000.000 drpd pengasilan 10.000.000 tapi habis 9.999.999.

Saya teringat sekali pesan dosen saya di kelas Perekonomian Indonesia. Menjadi kaya, kata beliau, bukan dari berapa harta yang dikumpulkan. Namun dari seberapa kita meminimalisir realisasi keinginan kita. Percuma saya kalau kita punya banyak uang, tapi realisasi keinginan kita melebihi apa yang kita miliki. Misalnya anda punya tabungan 50 juta, tapi ingin sekali membeli mobil. Bagi sebagian orang yang memang butuh mobil uang tersebut sudah bisa untuk membeli mobil yang layak. Akan tetapi anda ingin sekali membeli Avanza, alhasil uang 50jt tersebut menjadi DP dan sisanya anda cicil. Anda tak mampu menahan keinginan anda. Maka anda jauh dari financial freedom.

Financial freedom adalah meraih hasil dari aset yang anda miliki, bukan menambah kos dan expense dari aset yang anda miliki. Kalau anda masih berdiri pada deretan orang yang tidak bisa menahan keinginannya, jangan harap anda bisa financial freedom. Financial freedom adalah masalah perilaku, bukan hanya sekedar materi. Dia mempengaruhi pola konsumsi kita untuk tetap humble namun tidak pelit. Saya tidak bilang anda tak boleh tas Hermes, hanya saja ada tapinya.

Financial freedom memang butuh modal penghasilan yang besar. Tapi lebih dari itu, ia hanyalah manajemen keinginan. Suatu hari Pak Jalal menanggapi pertanyaan Udin dan Asrul "Doain saya Pak Jalal biar punya pemasukan banyak kaya Pak Jalal". Statement itu dibalas dengan ketus oleh Pak Jalal. "Eh gw tuh ga jago nyari duit, gw tuh jadi kaya begini gara-gara bisa ngelola duit, gw mah nyuruh orang aja buat nyari duit".

Selasa, 09 Agustus 2011

Feminisme

Oleh: Romadhani Hasan

Setelah membaca beberapa artikel di blog gila ini, menurut saya artikel yang paling laris dibahas kebanyakan mengangkat isu gender dan cinta. Isu-isu yang rada ga nyambung dengan ekonomi itu lalu dianalisis dengan teori ekonomi. Menarik sekaligus menggelitik, Nah.. dalam rangka ikut trend tersebut, ane berusaha untuk mengangkat isu serupa. Sebelumnya ane mohon maaf kalo ceweks (cewek-cewek) yang ada disini merasa tersinggung.

Asal-usul Feminisme menurut versi resmi
Gerakan feminisme dimulai pada abad ke-19 di Amerika Serikat dengan focus gerakan pada satu isu yaitu untuk mendapatkan hak memilih. Pada saat itu, kaum perempuan dianggap sebagai warga negara kelas dua yang disamakan dengan anak di bawah umur yang tidak boleh ikut pemilihan umum. Pada tahun 1948, sejumlah wanita berkumpul di Seneca Falls, New York untuk menuntut hak-hak mereka sebagai reaksi terhadap pelarangan pada wanita untuk bicara di depan umum. Pada pertemuan ini ada 4 hal yang menjadi tuntutan para wanita tersebut, yaitu : (1) mengubah Undang-undang perkawinan, yang menjadikan wanita dan hartanya mutlak berada di bawah kekuasaan suaminya, (2) memberi jalan untuk meningkatkan pendidikan wanita, (3) menuntut hak-hak wanita untuk bekerja, dan (4) memberikan hak penuh untuk berpolitik.

Asal-usul feminisme menurut dugaan ane
Gerakan feminisme muncul karena motif ekonomi. Pada zaman ketika para perempuan masih sibuk di dapur dan mengurus anak.. Perusahaan-perusahaan melihat bahwa para perempuan itu adalah potensi yang belum di”berdaya”kan. Potensi ini sangat besar karena kaum perempuan adalah setengah dari populasi manusia. Otak para bisnisman dan ekonom mengatakan “jika yang bekerja cuma laki-laki maka yang menghasilkan duit cuma mereka dan ini tidak cukup untuk memaksimalkan keuntungan”. Disamping itu laki-laki dalam berbelanja juga lebih rasional dan tidak emosional, sehingga advertisement yang dibuat terkadang gagal.
Maka dilakukanlah berbagai propaganda agar perempuan pergi bekerja. Propaganda itu dilakukan sedemikian halusnya sampai perempuan tidak sadar telah dicuci otaknya. Tabir kemunculan feminimisme dimulai ketika pecah perang dunia pertama dan kedua. Waktu itu para lelaki sibuk mengurus perang dan yang bekerja menjalankan roda perekonomian adalah perempuan. Mereka bekerja untuk memproduksi “aksesoris” militer dari makanan kaleng sampai pesawat terbang. Ketika perang usai, kaum perempuan enggan untuk kembali ke rumah mengurus anak. Kondisi demikian menjadi momentum yang paling tepat untuk meluncurkan gerakan feminimisme.

Dalam tahun-tahun awal feminisme. Perekonomian mengalami kemajuan pesat, banyak barang diproduksi (karena perempuan juga ikut dalam angkatan kerja) dan banyak barang dikonsumsi (istilah “perempuan suka shopping” mulai jadi trending topic). Peningkatan produksi dan konsumsi ini sekaligus meng”generate” profit para bisnisman. Feminimisme juga menjadi berkah dan ladang bisnis baru. Barang-barang kewanitaan banyak di”invent” dan diinovasi untuk memenuhi “syahwat shopping” kaum perempuan. Pada intinya semua senang dengan hadirnya feminisme. Bagi bisniman, mereka menjadi semakin kaya, Bagi laki-laki, mereka semakin bergairah keluar rumah karena banyak melihat perempuan cantik berkeliaran di muka bumi. Terlebih lagi bagi perempuan yang merasa terbebas dari kekangan dan jeruji penjara (baca: rumah n dapur)

Tapi apa yang terjadi pada masa sekarang? Perekonomian tidak melaju seperti dulu lagi, Hal ini terjadi karena generasi muda yang menjalankan perekonomian sedikit jumlahnya dan tidak sebanding dengan generasi tua yang kurang produktif. Sebabnya sudah jelas, karena kaum perempuan yang seharusnya melahirkan dan mendidik generasi baru, malah larut dalam euphoria feminisme.

Para ekonom yang dulu menilai feminisme sebagai berkah, sekarang menilainya menjadi musibah. Para ekonom dulu hanya melihat perempuan sebagai potensi yang terpendam untuk menjadi konsumen baru, tetapi tidak melihat bahwa potensi perempuan sebenarnya adalah untuk melahirkan generasi terbaik dalam mengelola kehidupan (termasuk ekonomi) di masa depan. Untuk mengatasi kemunduran ekonomi ini, para ekonom tersebut berubah menjadi “ekonom gila”. Mereka megeluarkan kebijakan “gila” dengan menaikan batas pensiun seseorang menjadi 70 tahun. Ada juga yang mengeluarkan kebijakan “gila” lainnya yaitu memberi insentif dan gaji untuk para perempuan yang mau hamil dan mendidik anak.

Ane cuma bisa tertawa melihat realita sejarah yang terjadi di barat sana, mereka yang dulu menyerukan agar perempuan keluar rumah dan melupakan urusan mendidik anak, sekarang malah menyerukan agar perempuan kembali ke rumah dan kembali mengurus anak. Ane cuma mau bilang “cape deh”

Ane jadi teringat perkataan Julia Delpy dalam film Before Sunrise (1995), dia berkata “mungkin feminisme diciptakan oleh laki-laki supaya mereka bisa bebas berhubungan dengan perempuan yang mana saja” dalam bahasa ekonomi perkataan Julia ini dapat diterjemahkan “perempuan yang dulu adalah barang private (terjadi karena ikatan pernikahan) karena feminisme berubah menjadi barang publik (budaya sex bebas dsb)”

Akhir kata ane cuma mau bersyukur, Alhamdulillah ane dilahirkan ketika ibu ane belum mengenal feminisme. Sehingga ibu ane rela resign dari pekerjaannya untuk mendidik dan membimbing ane. Padahal ibu ane lulusan pondok pesantren terkenal loh.. Alhamdulillah ane ga dididik oleh MTV atau X-Box kayak generasi sekarang.

Jumat, 05 Agustus 2011

Stop Pembangunan Jalan

Oleh: M. Syarif H.

Kebijakan pelarangan truk untuk memasuki tol dalam kota menunjukkan betapa frustasinya pemerintah dalam mengatasi kemacetan Ibukota. Kemacetan merupakan musuh utama dalam kehidupan Ibukota Jakarta. Data menunjukkan bahwa kecepatan tempuh rata-rata kendaraan pada jam sibuk di Jakarta hanya mencapai 13-15 Km/jam, sangat jauh dibandingkan dengan kecepatan tempuh perkotaan di kota-kota di Jepang (20 Km/jam) ataupun di Inggris (40 Km/jam) (Parikesit, 2011).

Selama ini, solusi untuk mengatasi kemacetan stagnan pada opsi perlunya menambah ruas jalan, baik jalan umum ataupun jalan tol. Solusi seperti ini tidak sepenuhnya salah, akan tetapi, penambahan ruas jalan secara terus menerus tidak akan menyelesaikan masalah kemacetan.
Hubungan antara konsumsi jalan dan kendaraan adalah komplementer atau saling melengkapi. Adanya jalan baru justru menjadi stimulus bagi penggunaan kendaraan bermotor. Dilihat dari logika ini, pembangunan jalan justru kontraproduktif untuk mengurangi kemacetan. Terbukti semakin menjamurnya kendaraan bermotor di Jakarta. Menurut data Polda Metro Jaya (2010), setiap tahunnya ada penambahan 364.810 unit sepeda motor dan 50.880 mobil baru di DKI Jakarta.

Meningkatkan mobilitas perkotaan
Kemacetan di Jakarta tidak akan tuntas dengan mengandalkan pendekatan konvesional seperti membangun ruas-ruas jalan baru. Sudah saatnya mobilitas perkotaan ditingkatkan.  Menurut Midgley (2011) mobilitas perkotaan adalah paradigma yang memusatkan perhatian pada lalu lintas manusia dan barang bukan pada lalu lintas kendaraan. Tujuannya adalah menciptakan sistem mobilitas perkotaan yang efisien dan memperhatikan kepentingan pengguna jalan, aman dan terjangkau. Mobilitas perkotaan akan memprioritaskan angkutan umum, pejalan kaki, dan kendaraan pengangkut barang (Midgley, 2011).

Membangun mobilitas perkotaan tentunya pekerjaan yang sangat besar. Pemerintah harus memperbaiki sarana transportasi publiknya dan memperbaiki pedestrian sehingga menjadi nyaman dan aman bagi pejalan kaki. Selain itu, kesadaran masyarakat perkotaan untuk menggeser pola mobilitasnya, dari kendaraan pribadi ke sarana publik tentu diperlukan. Saat ini pangsa pengguna angkutan umum terus menurun. Pada tahun 2002, share penggunaan angkutan umum untuk pergi ke tempat kerja masih sebesar 38,3%, sedangkan pada tahun 2010 hanya 12,9% yang menggunakan jasa angkutan umum (JUTPI, 2010).

Untuk menunjang mobilitas perkotaan, pembangunan transportasi publik Jakarta harus dipercepat. Jakarta sudah memiliki desain yang begitu bagus untuk pembangunan transportasi publiknya. Sebut saja rencana pembangunan monorail, MRT (mass rapid transportation), perluasan koridor busway, kereta api Bandara Soekarno-Hatta, dan lainnya. Untuk mempercepat rencana-rencana tersebut, ada dua hal yang harus dilakukan.

Pertama, memperkuat skema pendanaan dengan pola PPP (public private partnership) untuk proyek transportasi publik. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa dana untuk membangun infrastruktur sangatlah besar, dan pemerintah tidak memiliki cukup dana untuk memenuhinya, oleh sebab itu digunakanlah skema PPP. Akan tetapi, skema PPP cenderung digunakan untuk pembangunan ruas-ruas jalan tol yang memang sangat menjanjikan dari sisi profit. Proyek pembangunan transportasi publik dicap kurang “menarik” oleh investor karena memang biaya dan resikonya begitu besar.

Fenomena tersebut juga terlihat pada perencanaan PPP yang dibuat oleh pemerintah. Jumlah proyek jalan tol yang akan menggunakan skema PPP mencapai 35 proyek dengan nilai investasi mencapai US$ 26,85 Miliar. Sedangkan untuk proyek yang tergolong transportasi publik hanya berjumlah tiga proyek dengan nilai investasi US$ 1,7 Miliar (PPP Book 2010-2014, Bappenas).

Proyek pembangunan transportasi publik tidak mungkin dilaksanakan murni oleh pihak swasta. Pemerintah perlu campur tangan, agar swasta mau untuk berinvestasi pada proyek pembangunan transportasi publik. Pemerintah bisa menanggung untuk pembangunan pra sarana transportasi (jalan, rel, terminal) sedangkan swasta menanggung untuk membangun prasarana transportasi/sebagai operator (kereta, bus). Contohnya adalah proyek pembangunan monorail. Akan sangat sulit apabila swasta menanggung keseluruhan proyek, dari rel hingga operasional keretanya. Oleh sebab itu, akan lebih baik apabila pemerintah yang membangun prasarana rel nya, sedangkan swasta yang menyediakan kereta sekaligus menjadi operatornya.

Kedua, menyelesaikan permasalahan pembebasan lahan. Masalah lahan menjadi momok utama dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Banyak proyek infrastruktur yang tidak bisa berjalan akibat ada salah satu bagian lahannya (yang bahkan hanya sebagian kecil) belum dapat dibebaskan. Oleh sebab itu, RUU penyediaan lahan untuk kepentingan umum harus segera disahkan. Dengan adanya UU ini, penyediaan lahan untuk infrastruktur akan menjadi lebih cepat, dan tentunya kompensasi bagi pemilik lahan akan lebih adil.

Pada akhirnya, untuk memperkuat mobilitas perkotaan, peran serta seluruh stakeholders sangat dibutuhkan. Pemerintah dituntut berperan aktif, sebagaimana Uni Eropa yang menggelontor dana sebesar US$ 180 juta untuk membangun mobilitas perkotaannya atau seperti pemerintah India yang mengeluarkan dana hingga US$ 150 juta untuk memperbaiki sistem transportasi publiknya dengan harapan mobilitas perkotaanya dapat meningkat. Dengan adanya komitmen dari berbagai pihak, maka mobilitas perkotaan akan berjalan dengan baik dan diharapkan permasalahan kemacetan akan teratasi. 

Buang Sampah Sembarangan Juga Korupsi (mungkin)

Oleh: Aulia Rachman Alfahmy

Oke, tulisan ini sebenarnya tulisan  sangat lama dan sedikit dimodifikasi. Intinya ada soal kekesalan saya kalau melihat orang membuang sampah sembarangan. Nah buat kamu semua yang selama ini katanya sangat anti sama korupsi, hati-hati dengan membuang sampah sembarangan. Baiklah, apa hubungnya? Mari simak artikel ini.

Suatu kali saya sempat berjalan kaki, ada anak SD sedang mengendarai sepedanya sambil menghabiskan minumannya dalam sebuah plastik. Dengan seenaknya ia membuang sampah minumannya ke jalan dengan melepaskannya begitu saja, dan sampah itu pun tergeletak di jalan.

Saya shock!, dalam hati saya berpikir dan bertanya-tanya, kenapa sih sampah itu tidak dipegang sebentar sampai ada tempat sampah di dekatnya. Sebuah tindakan yang tidak susah untuk  dilakukan dan 100% bisa. Ternyata  sikap ini tidak hanya dilakukan oleh anak SD itu saja. Ketika aku berjalan-jalan (tentunya dengan kaki) hal-hal serupa sering terjadi. Bahkan sampah yang dibuang bukan hanya sampah industri tapi sampah dari tubuh manusia, mohon maaf, misalnya kencing di sembarang tempat.

Saya jadi berpikir, betap mahalnya biaya pemerintah agar bisa membersihkan semua kotoran itu. Mulai dari upah pegawai Dinas Kebersihan Pemerintah (DKP) sampai sosialisasi anti buang sampah dengan papan reklame yang besar-besar. Sebuah pengeluaran yang tidak semestinya dikeluarkan jika semua masyarakat sadar akan kebersihan. Lagi-lagi kita dihadapkan kenyatan bahwa kebersihan adalah barang publik di mana pemerintah lagi-lagi harus membiayai itu semua, mau tidak mau, suka tidak suka.

Logika sederhannya: semakin banyak kita buang sampah sembarangan, semakin banyak uang pemerintah yang harus dikeluarkan untuk membersihkan. Jika kita benturkan logika ini pada beberapa definisi korupsi. Maka semakin jelas bahwa tindakan membuang sampah sembarangan adalah korupsi, mari kita simak definisi korupsi yang saya cuplik dari website Masyrakat Transparansi Indonesia

Dari segi semantik, "korupsi" berasal dari bahasa Inggris, yaitu corrupt, yang berasal dari perpaduan dua kata dalam bahasa latin yaitu com yang berarti bersama-sama dan rumpere yang berarti pecah atau jebol. Istilah "korupsi" juga bisa dinyatakan sebagai suatu perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yang dilakukan karena adanya suatu pemberian. Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal sebagai menerima uang yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa ada catatan administrasinya.
Secara hukum pengertian "korupsi" adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi. Masih banyak lagi pengertian-pengertian lain tentang korupsi baik menurut pakar atau lembaga yang kompeten. Untuk pembahasan dalam situs MTI ini, pengertian "korupsi" lebih ditekankan pada perbuatan yang merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas untuk keuntungan pribadi atau golongan.

Kenapa membuang sampah mungkin saja bisa golongkan dalam tindakan korupsi? Pertama, membuang sampah adalah perbuatan yang merugikan kepentingan publik, mulai dari aspek yang tangible yang dapat dimoneterkan hingga aspek yang intangible yang tidak bisa dimoneterkan. Contoh kerugian yang tangible seperti yang saya jelaskan sebelumnya, biaya yang keluar dari APBN/APBD pemerintah. Padahal biaya tersebut bisa saja ditekan bahkan dihindari jika kita tidak membuang sampah sembarangan. Mari kita asumsikan biaya pemerintah untuk membersihkan kotoran akibat tindakan membuang sampah sembarangan adalah Rp100juta, seandainya biaya itu bisa dihindari, bayangkan berapa pedagang kecil di pasar yang dapat melanjutkan usahanya karena mendapat subsidi pemerintah dari uang Rp100juta tersebut. Di sisi lain. contoh kerugian dari aspek intangible adalah terganggunya “kenyamanan” dan “keindahan” yang seharusnya menjadi hak bagi setiap orang.

Faktor kedua yang menjadi alasan mengapa membuang sampah sembarang adalah tindakan korupsi adalah karena tindakan tersebut didasarkan pada kepentingan pribadi, padahal memiliki kekuatan untuk menghidari hal itu. Korupsi adalah abuse of public power or position for personal advantage (ADB's definition).  Iya! pertama kita sebenarnya memilik power untuk mebuang sampah itu sendiri, akan tetapi demi kepentingan pribadi lalu menganggap dunia ini adalah “tempat sampah“ terbesar sehingga dengan gampangnya membuang sampah di manapun ia berada. Orang-orang merasa malas untuk hanya sekedar mencari tempat sampah, “agh buang di sini aja, kan entar ada yang bersihin”, mereka hanya melandaskan pernyataan mereka pada kepentingan pribadi saja, sekali lagi, padahal mereka mampu!

Pesan yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kita harus sadar bahwa membuang sampah sembarangan mungkin saja adalah bagian dari tindakan korupsi. Jangan sampai kita hanya demo sana-sini menentang korupsi tapi sehabis demo kita meninggalkan sampah di mana-mana. Tanpa terasa kita menelan ludah kita sendiri, tanpa sadar ternyata kita sendiri melakukan tindakan korupsi. Maka tidak heran jika dalam sebuah hadist menyatakan, “kebersihan adalah sebagian dari iman”, karena memang benar, para koruptor adalah orang-orang yang imannya patut dipertanyakan (nyambung gak ya? :P).

Oke, terakhir buat para pembaca ekonom gila, yuk mari kita melihat diri kita sendiri, sudahkan kita membuang sampah pada tempatnya. Bahkan untuk sampah-sampah yang terlihat sepele sekalipun. Misalnya bungkus sedotan aqua, tisu, sampai sobekan pembungkus permen yang sangat kecil. Kalau sampah itu sifatnya anorganik, sekecil apapun akan tetap sangat mengganggu.